PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA KELAS XI SMA AL HIKMAH MUNCAR

/ On : 5:44 AM/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan Tinggalkan Comentar Anda.

clip_image002

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh

AHMAD FAUZI

52.05.1635

PRODI BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI

2007
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini disetujui dan disahkan untuk diajukan untuk

ABSTRAK

Ahmad Fauzi, 2007, Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle Pada Siswa Kelas XI SMA AL HIKMAH MUNCAR

Kata kunci: peningkatan motivasi, hasil belajar Biologi, metode learning cycle

Learning cycle merupakan salah satu strategi pembelajaran biologi dengan paradigma konstruktivisme, yaitu strategi pembelajaran siswa aktif. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana strategi pembelajaran learning cycle dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi kelas XI SMA Al Hikmah Muncar

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA.1 dan XI IPA.2 SMA AL HIKMAH MUNCAR pada akhir semester genap tahun ajaran 2006–2007. Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Rencana tindakan beserta instrument penelitian (skenario pembelajaran, bahan ajar, lembar kegiatan siswa, serta angket siswa) disiapkan peneliti dan didiskusikan dengan guru pengajar sebelum diterapkan. Pelaku tindakan adalah guru dan peneliti sebagai pengamat. Hasil tindakan dalam suatu siklus yang berupa keaktifan siswa dikelas dan hasil belajar siswa kemudian dievaluasi sebagai hasil pertimbangan dalam melaksanakan tindakan disiklus berikutnya. Konsep kimia yang dikaji adalah larutan asam-basa dan aspek terapannya adalah menentukan kadar asam asetil salisilat dalam aspirin.

Hasil pembelajaran menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran learning cycle pada pokok bahasan asam basa dapat meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran biologi. Peningkatan motivasi dapat ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam bertanya maupun melaksanakan eksperimen. Sedangkan hasil belajar siswa juga meningkat. Kesan bahwa ilmu biologi menarik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari muncul menggantikan kesan bahwa ilmu biologi sulit dan mejemukan.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan karya tulis ilmiah yang berupa Penelitian Tindakan Kelas ini selesai sesuai rencana.

Penelitian Tindakan Kelas ini penulis lakukan sebagai salah satu kegiatan dalam pengembangan profesi penulis sebagai calon guru/ pendidik. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Bila guru senantiasa mengembangkan kualitas dirinya, diharapkan mampu menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas yang merupakan salah satu aset pembangunan bangsa.

Penyelesaikan karya tulis ilmiah hasil Penelitian Tindakan Kelas ini mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama Kepala SMA AL HIKMAH MUNCAR dan semua dewan guru Biologi. Untuk itu penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.

Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman seprofesi untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran biologi di SMA.

Banyuwangi, April 2007

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

D. Kontribusi Penelitian ........................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kimia di SMA ............................................................ 7

B. Metode Pembelajaran Learning Cycle.............................................. 8

C. Motivasi Siswa ................................................................................. 11

D. Prestasi Belajar ................................................................................. 12

E. Penelitian Tindakan Kelas ................................................................ 14


BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian ............................................................................. 16

B. Rancangan Penelitian ....................................................................... 16

C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 18

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 21

E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Siklus I ............................................................................................. 23

B. Siklus II ............................................................................................ 24

C. Siklus III .......................................................................................... 25

D. Perkembangan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ............................ 26

E. Kelemahan-kelemahan Penelitian ..................................................... 28

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 30

B. Saran ................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 33


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Paparan Tahap-tahap Kegiatan Penelitian .............................................. 17

Tabel 4.1. Hasil Angket Siswa X-7

(Sikap siswa terhadap Mata Pelajaran Kimia) ........................................ 27

Tabel 4.2. Hasil Angket Siswa X-8

(Sikap siswa terhadap Mata Pelajaran Kimia) ........................................ 27

Tabel 4.3. Kesan-kesan Siswa tentang Kegiatan 1 s.d 3 ......................................... 27

Tabel 4.4. Skor Sikap Siswa .................................................................................... 28

Tebel 4.5. Perkembangan Rerata Nilai Siswa dari Siklus I sampai III .................... 28


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 (Skenario Pembelajaran) ....................................................................... 33

Lampiran 2 (Bahan Ajar) .......................................................................................... 36

Lampiran 3 (Lembar Kegiatan Siswa) ...................................................................... 38

Lampiran 4 (Lembar Observasi) ............................................................................... 44

Lampiran 5 (Angket Siswa) ...................................................................................... 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, masyarakat moderen sangat tergantung pada alam dan lingkungan sekitar. Akibat dari ketergantungan itulah suatau pemahaman tentang lingkungkungan dan alam sekitar perlu dikaji ulang dengan ilmu-ilmu biologi.

Oleh karena itu masyarakat moderen perlu memahami tentang ilmu biologi sehingga dapat memanfaatkan alam dengan tepat dan bijak serta memperhitungkan dampak yang ditimbulkan. Pemahaman tersebut dapat dicapai dengan baik tentunya melalui proses pendidikan (Sri Rahayu, 1992).

Pengajaran biologi di SMA merupakan tantangan besar bagi guru. Hal ini disebabkan karena sebagian besar materi biologi di SMA merupakan konsep-konsep yang abstrak (Kean dan Middlecamp, 1984), Tetapi harus diajarkan dalam waktu relatif singkat. Keterbatasan waktu menyebabkan pengajaran beberapa konsep dengan mentransfer pengetahuan untuk mengejar target kurikulum. Bila transfer konsep kimia yang abstrak dalam jumlah cukup banyak, dalam waktu relatif singkat berlangsung terus-menerus, dapat menyebabkan pelajaran biologi membosankan dan menakutkan bagi siswa. Mereka tidak menyadari bahwa kimia sangat penting dipahami sebagai pengetahuan dasar untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran biologi harus senantiasa dikaitkan dengan masalah siswa atau yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil wawancara penulis terhadap 10 orang siswa kelas XI tentang mengapa mereka mempelajari ilmu biologi, 7 orang mengatakan karena biologi merupakan mata pelajaran wajib yang nilainya menentukan penjurusan dan kenaikan kelas, 2 orang terdorong belajar biologi karena takut tidak bisa menjawab guru dan hanya seorang yang mengatakan karena ingin menguasai ilmu kimia untuk bekal dalam kehidupan. Sedangkan tentang manfaat mempelajari ilmu biologi, sebagian besar siswa mengatakan ilmu kimia tidak berhubungan secara langsung dengan kehidupan sehari-hari. Hasil wawancara ini dapat memberi jawaban bahwa sebagian besar siswa belum memiliki motivasi intrinsik untuk mempelajari ilmu biologi.

Untuk mengetahui kondisi riil/ keaktifan siswa selama proses belajar-mengajar peneliti sebagai guru biologi selama bertahun-tahun mengamati bahwa siswa kurang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. Siswa lebih banyak mencatat keterangan guru (Teacher center).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa dan pengamatan peniliti sebagai guru kimia terhadap proses belajar-mengajar di kelas serta hasil diskusi peneliti dan rekan-rekan guru biologi di SMA AL HIKMAH MUNCAR dapat mengasumsikan bahwa kurang aktifnya siswa di kelas selama proses belajar-mengajar karena metode yang digunakan merupakan metode pembelajaran klasikal yaitu ceramah yang dikombinasi tanya-jawab. Selain itu siswa merasa tertekan belajar di kelas karena takut dengan pertanyan-pertanyaan guru dan takut bila ditunjuk mengerjakan soal di depan kelas. Untuk itu perlu dicari suatu metode yang dapat membuat suasana siswa tidak takut . tetapi senag mempelajari ilmu biologi.

Kurang aktifnya siswa dalam proses belajar-mengajar diduga karena tugas yang diberikan guru kurang merata dan pertanyaan diajukan secara klasikal. Dengan demikian siswa menggangap tidak wajib menjawab secara perseorangan melainkan bersifat sukarela. Selain itu siswa kemungkinan menerima beban berat bila pertanyaan diberikan secara perseorangan sehingga siswa merasa takut dan tidak tenang selama proses tanya-jawab. Karena itu pemberian tugas dan pertanyaan sebaiknya dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Siswa dalam kelompok-kelompok tersebut dapat berdiskusi dan mempunyai tanggung jawab bersama terhadap kesuksesan kelompoknya.

Motivasi siswa untuk mempelajari biologi dapat ditingkatkan dengan memaparkan hubungan konsep-konsep yang diajarkan dengan penggunaannya dalam kehidupan sehara-hari. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi peneliti mencoba mencoba pendekatan konstruktif dengan metode siklus belajar (Learning Cycle). Metode ini diduga dapat mengatasi masalah yang ada di SMA AL HIKMAH MUNCAR. Proses pembelajaran dalam metode ini bertumpu pada siswa dengan tiga tahapan. Tahap Satu diskusi kelompok tentang teori asam-basa Archennius; mengklasifikasi larutan kedalam larutan asam-basa dan netral, serta menyatakan sifat asam-basa dengan pH. Tahap Dua mendiskusikan cara menentukan konsentrasi asam-basa dengan tetrasi asam-basa berdasarkan reaksi penetralan. Tahap Tiga melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi asam asetil salisilat dalam berbagai obat bebas yang mengandung aspirin .

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah penggunaan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan motivasi siswa kelas XI SMA AL HIKMAH MUNCAR dalam mempelajari pokok bahasan larutan asam-basa. Motivasi siswa akan di monitor dari jumlah siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar siswa seperti mengerjakan dan menjawab pertanyaan, keaktifan berdiskusi, rasa ingin tahu dan kesungguhan mengerjakan tugas.

b. Apakah penggunaan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA AL HIKMAH MUNCAR dalam mempelajari pokok bahasan larutan asam-basa .

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah , tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :

a. Sejauh mana model pembelajaran Leaning Cycle daptat meningkatkan motivasi siswa SMA AL HIKMAH MUNCAR dalam mempelajari pokok bahasan larutan asam-basa yang di monitor dari jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan belajar seperti mengajukan atau menjawab pertanyaan, keaktifan berdiskusi, rasa ingin tahu dan kesanggupan mengerjakan tugas.

b. Sejauh mana penggunaan model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA AL HIKMAH MUNCAR dalam mempelajari pokok bahasan larutan asam-basa.

D. Kontribusi Penelitian

1. Bagi Peneliti

Selaku guru kimia dapat meningkatkan kemampuan merancang dan mengefektifkan pembelajaran kimia dengan model Learning Cycle yang masih jarang dilakukan oleh guru di sekolah. Memberi pengalaman langsung kepada peneliti maupun guru kimia yang terlibat dalam penelitian ini untuk memperoleh kelebihan dan mengetahui kendala dalam penerapan metode pembelajaran baru. Penggunaan metode baru ini diharapkan dapat memecahkan masalah pembelajaran di sekolah, sehingga prestsi belajar siswa menjadi lebih baik.

2. Bagi Siswa

Siswa akan lebih termotivasi belajar biologi dan lebih memahami konsep-konsep biologi, serta akan lebih berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran karena mengetahui penerapan ilmu biologi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk saran kebijakan-kebijakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Hasil ini mungkin pula dapat dimanfaatkan oleh sekolah lain.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Biologi di SMA

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam proses pembelajaran yang ideal, guru berfungsi sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam memperoleh kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan belajar. Siswa sebagai subjek belajar secara aktif membangun pengetahuannya dengan dukungan guru yang seminimal mungkin. Suatu proses belajar dikatakan efektif dan bermakna bila menghasilkan kepuasan bagi guru dan siswa.

Dalam belajar biologi siswa harus mengembangkan aspek kognitif, psikomotor, afektif secara simultan dan seimbang. Dalam pengembangan aspek kognitif siswa harus memahami pengetahuan dan konsep-konsep biologi yang saling berkaitan. Oleh karena itu sejak awal belajar biologi, siswa harus memahami konsep biologi dengan benar yang nantinya dapat dikembangkan di perguruan tinggi maupun dapat dijadikan bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek psikomotorik/ ketrampilan menuntut siswa untuk mampu mempraktekkan/ melaksanakan tugas dengan cara yang benar sesuai dengan standar operasional dan keselamatan kerja. Aspek afektif menitik beratkan pada pembentukan sikap ilmiah yang mencakup ketelitian, ketekunan dan mampu memecahkan masalah secara logis dan sistematis. Disamping itu pengembangan aspek afektif juga diharapkan dapat menimbulkan kesadaran akan keteraturan, keindahan dan kekayaan alam yang diciptakan oleh Tuhan YME.

Tetapi kenyatan yang terjadi dilapangan sering kali bertolak belakang dari apa yang diharapkan diatas (Winarno, 1998). Guru sangat terbebani oleh target kurikulum dan tuntutan pencapaian NEM yang tinggi. Akibatnya guru lebih banyak mengunakan metode ceramah dengan banyak memberi informasi, sehigga timbul kesan bahwa biologi merupakan pelajaran hafalan, sehingga motivasi siswa dalam belajar kimia menjadi rendah, dan akhirnya prestasi siswa dibidang kimia pun memperihatinkan.

Untuk mengatasi masalah diatas berbagai upaya telah dilakukan oleh para ahli pembelajaran IPA, antara lain dengan mengenalkan berbagai pendekatan baru dalam pembelajaran IPA. Salah satu pendekatan tersebut adalah metode pembelajaran bersiklus/ Learning cycle.

B. Metode Pembelajaran Learning Cycle

Strategi pembelajaran biologi saat ini bergeser dari pandangan Behaviorism ke pandangan Kontruktivisme. Pada pandangan Behaviorisme tugas guru mentransfer pengetahuan kedalam pikiran siswa dengan mengedepankan stimulus yang cocok dan mengkondisikan siswa untuk merespon stimulus tersebut.

Metode pembelajaran behaviorisme menekankan pada training (latihan) dan tingkah laku yang dapat diamati. Siswa merupakan obyek yang dapat dimanipulasi oleh guru.

Dalam pandangan konstruktif, siswa merespon pengalaman-pengalaman panca indra dengan mengkonstruksi suatu skema atau struktur kognitif dalam otak. Sebagai konsekuensi dari proses ini adalah pembentukan struktur kognitif yang merupakan pengetahuan siswa. Jadi pengetahuan diperoleh siswa dengan proses konstruksi (aktif) yang berlanggsung terus-menerus dengan cara mengatur, menyusun, menata ulang pengalaman yang berkaitan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Menurut pandangan ini pengetahuan tidak didapat semata-mata transfer oleh guru kepada siswa (Rahayu, 1998) Peran guru disini sebagai fasilitator dan siswa sebagai pebelajar yang aktif (Student center).

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pandangan konstruktif adalah model pembelajaran Learning Cycle yang diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curricullum Improvement Study/ SCIS (Trowbrige & Bybee, 1996).

Learning Cycle pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu Exploration, Consept Introduction, Consept Application. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri dari Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration/ Extention dan Evaluation (Lorsbach, 2002).

Dalam fase pertama Engagement, guru berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan (Curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan dengan mengajukan pertanyaan tentang proses factual dalam kehidupan sehari hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Siswa akan memberikan respon dimana jawaban siswa tersebut dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui bekal konsep awal siswa tentang pokok bahasan dan mengidentifikasi adanya kesalahan konsep yang dimiliki siswa.

Pada tahap kedua Exploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja-sama dalam kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru. Hal ini bertujuan untuk menguji prediksi, dan atau membuat prediksi baru, membuat alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator.

Fase Explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi penjelasan dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. Pada tahap ini guru memberi definisi dan penjelasan, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.

Selama fase Elaboration/ Extention, siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal. Guru dalam hal ini dapat mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti-bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Strategi eksplorasi diterapkan untuk bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan.

Pada tahap terakhir Evaluation, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru. Siswa dapat mengevaluasi belajar mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang mengunakan observasi, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Berdasarkan tahap-tahap dalam metode learning cycle seperti dipaparkan diatas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, memperkaya pemahaman mereka tentang konsep yang dipelajari. Pada penelitian ini akan dikembangkan suatu contoh penerapan model tersebut pada pokok bahasan larutan asam-basa. Pokok bahasan ini meliputi pengajaran konsep dengan kegiatan praktikum yang dapat menumbuhkan motivasi siswa belajar ilmu biologi dan dapat memahami keterkaitan ilmu biologi dengan kehidupan sehari-hari.

C. Motivasi Siswa

Tahap mempersiapkan atau memotivasi siswa untuk belajar merupakan tahap penting dalam proses pembelajaran. Tahap ini sering diabaikan karena guru terlalu bernafsu untuk merampungkan materi. Ibarat mempersiapkan tanah untuk ditanami benih, jika dilakukan dengan benar niscaya tercipta kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat. Tujuan memberi motivasi kepada siswa sebelum proses pembelajaran adalah mengajak siswa untuk masuk kedalam komunitas belajar, merangsang minat dan rasa ingin tahu, memberi rasa positif kepada siswa karena topik yang akan dipelajari bermanfaat baginya. Dengan demikian siswa akan tergugah untuk berfikir dan belajar dengan baik.

Disamping itu, memberi motivasi kepada siswa dapat menyingkirkan rintangan belajar yang mungkin dihadapi siswa, seperti takut gagal, merasa sudah tahu atau merasa bosan.

Sugesti positif dapat memotivasi siswa belajar dengan baik. Sedangkan sugesti negatif seperti mengkaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung dan sejenisnya dapat menyebabkan proses pembelajaran terhalang (Dave Meier, 2000). Kadang-kadang guru secara tak sengaja memasukkan sugesti negatif dengan mengatakan hal-hal seperti:

“Banyak sekali materi yang harus kita bahas padahal waktunya hanya sedikit”

“Topik ini sangat sulit dan komplek“

“Jika kalian tidak mengerti hal-hal ini, kalian tidak akan lulus“

Sugesti negatif dapat melumpuhkan proses belajar. Guru hendaknya mengganti sugesti negatif dengan sugesti positif seperti:

“Setelah menguasai topik ini kalian akan mampu ........................... “

Memberi gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pembelajaran dan apa yang mereka akan dapat lakukan sebagai hasil belajar, sangat memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh sehingga diharapkan prestasi siswa dapat meningkat.

D. Prestasi Belajar.

Prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa, meliputi prestasi akademik dan non akademik. Prestasi akademik, berupa nilai ulangan harian, ulangan umum, UAS, UNAS, karya ilmiah, lomba akademik. Prestasi non akademik seperti Imtaq, kejujuran, kesopanan, dan kegiatan ektrakurikuler.

Prestasi siswa dikatakan berkualitas tinggi jika pencapaian prestasi akademik maupun non akademiknya tinggi. Prestasi dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses), seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Prestasi siswa sebagai salah satu output pendidikan saling berkaitan erat dengan input dan proses.

Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa). Sumber daya selebihnya adalah alat tulis menulis, buku-buku, peralatan dan bahan laboratorium. Input perangkat lunak meliputi tata tertib laboratorium deskripsi tugas siswa, rencana, program mengajar. Input harapan-harapan berisi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Kesiapan mutu input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Proses dikatakan bermutu tinggi bila pengorganisasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Memberdayakan berarti peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkanoleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tesebut dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang lebih penting peserta didik mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya) (Depdiknas, 2001).

Jadi usaha peningkatan prestasi belajar siswa perlu diawali peningkatan mutu input dan mutu proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas perlu diadakan Penelitinan Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meneliti apakah peningkatan motivasi dan prestasi siswa dalam belajar kimia dengan metoda learning cycle dapat dicapai.

E. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan professional guru dalam menangani PBM, yang dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendignosis keadaan. Merfleksi adalah melakukan analisis-sintetis, interpretasi-eksplanasi dan berkesimpulan. Selanjutnya mencoba satu alternatif tindakan dan mengevaluasi efektifitasnya dalam satu daur tindakan.

Masalah yang diangkat dapat masalah pembelajaran yang benar-benar dirasakan oleh guru dan atau siswa. PTK dilaksanakan demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru dan mutu sekolah. Dalam PTK guru secara sistimatis meneliti tugas-tugas dan praktek mengajarnya sendiri.

PTK merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa, dengan persefektif yang berbeda. Bagi guru demi peningkatan profesionalnya, bagi siswa demi peningkatan prestasi belajarnya.

Data yang dimanfaatkan dalam PTK terutama diperoleh dari pengamatan dan perilaku empiris. Keketatan ilmiah PTK agak longgar, karena sample dan populasinya terbatas dan tidak representatif. Oleh karena itu temuan-temuannya tidak dapat digeneralisasi. Namun dalam mengkaji permasalahan, prosedur pengumpulan data, dan pengolahannya dilakukan secermat dan seilmiah mungkin.

Dengan melaksanakan PTK yang berkesinambungan akan tumbuh budaya meneliti pada guru. Guru akan semakin percaya diri, makin berani mengambil resiko melaksanakan inovasi yang akhirnya dapat memberikan perbaikan dan peningkatan dalam proses belajar mengajar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Giri Banyuwangi. Subyeknya adalah siswa kelas II-7 dan II-8. Materi yang yang digunakan sebagai model larutan asam-basa dengan metode learning cycle.

B. Rancangan Penelitian

Pemecahan masalah dimulai dengan mengumpulkan data secara langsung melalui pengamatan di kelas. Perumusan pemecahan masalah disusun bersama-sama antara guru dengan peneliti. Sebelum guru melakukan proses pembelajaran di kelas, dilakukan peer teaching antara guru pengajar dan guru peneliti.

Tabel 3.1. Paparan Tahap-tahap Kegiatan Penelitian

No

Tahap Kegiatan

Proses

1

Diagnostik

a. Pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas

b. Diskusi antara guru pengajar dengan peneliti

c. Merumuskan masalah yang terjadi

d. Mengidentifikasi permasalahan pokok

e. Menyusun hipotesis pemecahan

2

Menyusun instrumen rencana pembelajaran

a. Peneliti dan guru mendiskusikan bahan pengajaran yang akan dilakukan sesuai kurikulum

b. Menyusun rencana/ skenario pembelajaran

c. Mengumpulkan bahan-bahan dan media pembelajaran

d. Melakukan peer teaching untuk melakukan pengajaran

e. Diskusi hasil peer teaching

3

Proses pembelajaran

a. Guru melakukan pengjaran berdasarkan rencana yang disusun bersama dan sesuai dengan latihan pada peer teaching

b. Peneliti mengadakan pengamatan dan mecatat proses yang terjadi

c. Diskusi anatara gpeneliti dan guru tentang pelaksanaan rencana yang telah dilakukan

d. Evaluasi pelaksanaan pembelajaran , mencatat hambatan-hambatan dan kelemahan yang terjadi

4

Diagnostik II

a. Merumuskan dan megidentifikasi masalah pada pelaksanaan pengajaran tahap I

b. Membuat rencana baru untuk memecahkan masalah

5

Melengkapi atau menyusun bahan pembelajaran

a. Melengkapi atau merevisi rencana pengajaran sebelumnya

b. Peer teaching unttuk pembelajaran berikutnya

c. Diskusi pelaksanaan peer teaching

6

Proses pembelajaran di kelas

Seperti tahap 3 dilanjutkan dengan diagnostik III

clip_image003Secara singkat proses yang akan dilaksanakan berulang seperti pada gambar berikut:

Pelaksanaan pembelajaran di kelas dilakukan dengan model pembelajaran learning cycle yang terdiri atas tahap-tahap Engagement (tahap ekplorasi bekal awal siswa dalam kaitannya dengan konsep yang akan dibahas serta upaya membangkitkan minat dan keinginan siswa), Exploration (tahap ekplorasi konsep baru melalui eksperimen atau diskusi kelompok atau tahap menguji hipotesis/ prediksi tentang suatu konsep), Explanation (tahap pemaparan hasi eksplorasi yang dapat dilakukan melalui diskusi kelas), Elaboration (tahap penerapan konsep dan keterampilan pada situasi yang baru dipelajari).


C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri atas: bahan ajar, petunjuk praktikum, skenario pembelajaran, lembar observasi, angket untuk siswa, serta tes pemahaman larutan asam-basa. Instrumen pembelajaran disusun oleh peneliti dan sebelum diaplikasikan didiskusikan terlebih dahulu dengan guru kelas.

1. Bahan Ajar

Bahan ajar dalam penelitian ini berisi pembahasan tentang larutan asam–basa yang antara lain memuat aspek-aspek: larutan asam dan basa dapat dikenal menggunakan indikator asam-basa, menentukan konsentrasi asam dan atau basa dengan titrasi asam basa, menentukan kadar asam asetil salisilat dalam beberapa obat yang mengandung aspirin. Bahan ajar ini diberikan pada siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung.

2. Petunjuk Praktikum

Instrumen ini diberikan pada siswa saat praktikum. Aspek yang dipraktekkan adalah penggunaan indikator untuk mengenal asam dan basa. Menentukan konsentrasi asam atau baasa melalui reaksi penetralan dalam titrasi asam dan basa.Menentukan kadar asam asetil salisilat dalam aspirin dengan titrasi asam-basa.

3. Sekenario pembelajaran

Skenario pembelajaran disusun agar proses pembelajaran dikelas terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk tiap tujuan pempelajaran khusus (TPK) disusun suatu skenario yang terdiri atas lima tahap seperti yang telah diuraikan dalam kajian pustaka, yakni Enggagement, Exploration, Explaination, Elaboration/exention, dan Evaluation.

4. Lembar Observasi

Instrumen ini digunakan untuk melihat perkembangan suasana pembelajaran, motivasi belajar dan keaktifan siswa dikelas (laboratorium) selama diterapkannya model pembelajaran learning cycle dari satu tatap muka ke tatap muka berikutnya.Motivasi dan keaktifan siswa dijaring berdasarkan jumlah siswa yang mencoba menjawab pertanyaan-pertanyan, jumlah siswa yang bertanya, serta kualitas jawaban serta pertanyaan siswa.

5. Angket siswa

Angket ini digunakan untuk melihat terjadi tidaknya peningkatan motivasi belajar dan perkembangan persepsi dan wawasan kimia terhadap kimia umumnya dan khususnya terhadap pemahaman penentuan kadar asam atau basa dengan titrasi asam-basa. Peningkatan tersebut disimpulkan berdasarkan jawaban angket siswa pada akhir tindakan.

6. Tes Pemahaman Asam dan Basa

Instrumen yang disusun untuk mengevaluasi pemahaman konsep siswa tentang siswa tentang asam basa diaplikasikan kepada siswa tiap akhir tahap tindakan. Dengan demikian terjadinya peninkatan hasil belajar siswa dari satu tindakan tahap ke tahap tindakan berikutnya akan dapat diketahui


D. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian berupa data deskriptif yang dikumpulkan dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas, hasil angket siswa, serta hasil tes pemahaman konsep tentang titrasi asam basa di tiap siklus. Berdasarkan data tersebut akan dapat terjawab pertanyan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Dalam proses pembelajaran siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Pelaku tindakan di kelas adalah guru. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dan di laboratorium peneliti bertindak sebagai pengamat. Pelaksanaan tindakan pada awal sampai akhir November 2004.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari instrumen tersebut meliputi data proses dan hasil belajar. Data proses dan hasil belajar siswa dikelompokkan berdasarkan kelompok siswa. Selanjutnya, dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif. Data utama yang dianalisis adalah data verbal dari peneliti, yakni berupa deskripsi proses dan hasil belajar siswa. Data penunjang adalah data dari hasil observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Langkah-langkah analisis data adalah menelaah seluruh data yang terkumpul dari keseluruhan instrumen,, mereduksi data, dan menyimpulkan dan memverifikasi (Rofi’uddin, 1998:36).

Analisis data tersebut dengan menggunakan pedoman berikut:

1. Pedoman Analisis Data Hasil Belajar

Pedoman analisis data hasil belajar siswa dengan menggunakan Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Pedoman Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Indikator Penilaian

Bobot

Skor Maksimal

Bobot X Skor Maksimal

1. Keaktifan melaksanakan eksperimen

25

3

75

2. Membuat laporan eksperimen

25

3

75

3. Menyimpulkan hasil eksperimen

25

3

75

4. Menjawab pertanyaan

25

3

75

Jumlah

100

4

300

Keterangan:

Skor masing-masing aspek dari indikator 0 – 3 (A=3, B=2, C=1, Kimia=0)

Nilai hasil belajar yang dicapai siswa dihitung dengan rumus:

X 100

Jumlah Skor yang dicapai siswa masing-masing aspek X bobot

Jumlah Skor X bobot maksimal

2. Pedoman Analisis Data Proses Belajar

Pedoman analisis data proses belajar siswa dilakukan dengan menggunakan Tabel 3.2. berikut:

Tabel 3.2. Pedoman Analisis Data Proses Belajar Siswa

Tahapan Proses Belajar

Jumlah Siswa yang Terlibat Aktif dari Masing-masing Tahapan

Siklus (1–2) /

Pertemuan (1–2)

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Pra Eksperimen

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan bertanya tentang prosedur eksperimen di laboratorium

2. Siswa membaca dan mencermati cara kerja eksperimen.

3. Siswa menjawab pertanyaan dan mendengarkan penjelasan guru tentang cara kerja, kegunaan alat dan bahan, dan bahaya yang mungkin terjadi.

Saat Eksperimen

4. Siswa mengambil alat dan bahan sesuai petunjuk LKS.

5. Melaksanakan eksperimen.

6. Mengamati dan mencatat hasil eksperimen.

7. Membuat laporan hasil eksperimen.

8. Menjawab pertanyaan yang ada di LKS.

Pasca Eksperimen

9. Siswa mempublikasikan hasil eksperimen yang telah dikerjakan dengan membacakan secara bergantian tiap kelompok.

Penafsiran makna data dari penyimpulan hasil penelitian ditentukan dengan kriteria keberhasilan penelitian berikut:

1. Hasil belajar siswa secara individual yang dinilai dari hasil tes sekurang-kurangnya mendapat nilai 60 atau pencapaian nilai dari masing-masing kelompok siswa (atas/ cepat, tengah/ sedang, dan bawah/ lambat) rata-rata sekurang-kurangnya 85 atau persentase pencapaiannya rata-rata 85%.

2. Persentase keterlibatan aktif siswa dalam metode eksperimen secara individual sekurang-kurangnya 60% atau persentase pencapaian dari masing-masing kelompok siswa (atas/ cepat, tengah/ sedang, dan bawah/ lambat) rata-rata sekurang-kurangnya 85%.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Siklus I

Siklus I berlangsung pada tanggal 1 Nopember 2004. Aspek pertama dan kedua dikaji melalui diskusi kelompok dilanjutkan dengan diskusi kelas (bahan ajar sebagai rujukan), sedangkan aspek ketiga diuji melalui percobaan untuk mengetahui sifat asam dan basa larutan dengan berbagai indikator. Kegiatan siklus I mengikuti alur learning cycle, yakni melalui tahapan-tahapan Engagement, Exploration, Elaboration, Explanation, Elaboration, dan Evaluation. Pelaku tindakan adalah guru kimia (Dra. Trami Winarsih) sedangkan peneliti dan guru kimia yang lain bertindak sebagai pengamat. Minat dan keaktifan siswa dalam kegiatan ini direkam dengan lembar observasi, sedangkan hasil belajar siswa diukur dengan alat evaluasi yang diberikan diakhir kegiatan.

Minat dan keaktifan siswa menonjol mulai dari tahap Engagement. Siswa dengan antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan guru tentang larutan asam dan basa. Siswa juga bersungguh-sungguh melaksanakan percobaan. Kelemahan yang perlu dicatat adalah setiap kali ada pertanyaan guru, siswa selalu menjawab secara serempak, belum muncul adu argumentasi antar kelompok. Kelemahan ini dapat diatasi secara bertahap dengan peran guru sebagai moderator diskusi kelas. Hal positif yang perlu dicatat bahwa dalam pembahasan hasil kegiatan melalui diskusi kelas, siswa benar-benar telah memfungsikan daya nalarnya secara maksimal, khususnya ketika pembahasan cara pengenalan larutan asam dan basa dengan indikator asam-basa. Hasil tes siswa berkisar antara 55 – 65 untuk II-7 dan 59 – 68 untuk II-8 (lihat lampiran 6).

Tanpa mengabaikan kekurangan-kekuranganya, efektivitas pelaksanaan siklus kemungkinan besar ditunjang oleh hal-hal sebagai berikut: (1) Konsep yang dikaji merupakan konsep yang nyata dalam kehidupan sehari-hari., (2) Besarnya keingintahuan siswa tentang cara mengenal larutan asam dan basa.

B. Siklus II

Siklus II berlangsung pada 8 Nopember 2004 di kelas II-7 dan II-8 berturut-turut jam 1–2 dan 3–4. Aspek yang dipelajari adalah cara menentukan konsentrasi lautan asam atau basa dengan praktikum. Tahap Engagement diawali dengan review hasil kegiatan yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan: “Bagaimana cara menentukan konsentrasi atau kadar asam dan basa. Kemudian dilanjutkan dengan praktikum cara menentukan konsentrasi larutan asam dan basa yang merupakan tahap Exploration. Minat dan keaktifan siswa direkam dalam lembar observasi, sedangkan hasil belajar siswa diukur dengan alat evaluasi yang diberikan diakhir kegiatan.

Minat dan keaktifan siswa mulai menonjol dari tahap engagement siswa dengan antusias menjawab pertanyaan guru tentang cara menentukan kadar asam dan basa dengan titrasi asam basa yang berdasarkan reaksi penetralan. Siswa juga nampak bersungguh melakukan percobaan. Hal yang perlu dicatat guru berhasil sebagai moderator sebab jawaban telah diberikan oleh kelompok-kelompok dalam secara argumentative. Dalam percobaan ini siswa nampak telah menggunakan daya nalarnya dengan baik apakah penggunaan indikator dapat digunakan sembarang indikator asam-basa. Pertanyaan ini secara tidak langsung menghubungkan kegiatan ini dengan pelajaran selanjutnya, yakni bagaimana memilih indikator yang tepat dalam titrasi asam-basa.. Hasil tes siswa berkisar antara 45 – 80 untuk II-7 dan 47 – 85 untuk II-8.

Tanpa melupakan kekurangan-kekurangannya. Efektivitas pelaksanaan siklus II kemungkinan besar ditunnjang oleh hal-hal berikut: (1) Konsep yang dikaji merupakan konsep yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, (2) Kegiatan praktikum merupakan kegiatan yang menarik karena jarang diperoleh siswsa.

C. Siklus III

Siklus tiga berlangsung tanggap 15 Nopember 2004 dikelas II-7 dan II-8 berturut-turut pada jam 1–2 dan 3–4. Aspek yang dipelajari adalah cara menentukan kadar asam asetil salisilat dalam aspirin. Aspek tersebut dikaji melalui kegiatan praktikum yaitu titrasi asam-basa.. Asam asetil salisilat yang terdapat dalam aspirin dititer dengan larutan NH40H yang konsentrasinya sudah diketahui dari beberapa obat yang mengandung aspirin akan dipelajari apakah kandungan asam asetil salisilat yang terdapat dalam obat tersebut sesuai dengan atau setara dengan harga obat.. Kegiatan pada siklus tiga juga mengikuti learning cycle. Tahap Engagement diawali dengan review hasil kegiatan siklus II. kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana cara menentukan kadar asam asetil salisilat yang terdapat dalam aspirin? Selanjunya dilaksanakan tahap Eksploratian yang berupa kegiatan praktikum (kegiatan 3). Minat dan keaktifan siswa dalam kegiatan ini direkam dengan lembar observasi, sedangkan hasil belajar siswa diukur dengan alat evaluasi yang diberikan pada akhir kegiatan

Minat dan keaktifan siswa mulai tampak menonjol dari tahap Engagement. Siswa dengan antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan guru tentang cara menentukan kadar asam asetil salisilat dalm aspirin. Siswa sangan bersungguh-sungguh melakukan percobaan dengan penuh antusias. Hasil tes siswa berkisar antara 60 – 100 untuk II-7 dan II-8 (lihat lampiran 6).

Tanpa mengbaikan kekurangan-kekurangannya, efektivitas pelaksanaan siklus III kemungknan ditunjang oleh hal-hal berikut: (1) Konsep yang dikaji berhubungan dengan kesehatan, (2) Topik praktikum sangat menarik karena sulit dilakukan diluar laboratorium, (3) Besarnya keinginan siswa akan esensi dari larutan sam dan basa.


D. Perkembangan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Dari ketiga siklus yang telah berjalan, tampak bahwa baik motivasi dan persepsi siswa cukup bagus. Kesimpulan tersebut ditunjang oleh data yang disajikan dalam tabel 4.1., 4.2., dan 4.3..

Tabel 4.1. Hasil Angket Siswa II-7 (Sikap siswa terhadap Mata Pelajaran Kimia)

Pernyataan

Sikap

SS

S

TS

STS

1. Kimia adalah mata pelajaran yang menarik

2. Kimia erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari

3. Saya belajar kimia hanya karena kewajiban

22

25

18

15

5

29

6

Keterangan:

SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak setuju, STS = Sangat Tidak Setuju

Tabel 4.2. Hasil Angket Siswa II-8 (Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Kimia)

Pernyataan

Sikap

SS

S

TS

STS

1. Kimia adalah mata pelajaran yang menarik

2. Kimia erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari

3. Saya belajar kimia hanya karena kewajiban

20

25

20

15

4

33

3

Keterangan:

SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak setuju, STS = Sangat Tidak Setuju

Tabel 4.3 Kesan-kesan Siswa tentang kegiatan 1 s.d 3 (sampel )

1. Memberi pengetahuan bahwa larutan ada yang bersifat asam, basa dan netral.

2. Sangat senang melakukan percobaan dilaboratorium untuk menentukan asam dan basa dengan indikator, karena pengalaman ini dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Merupakan pengalaman yang mengasikkan dan mengesankan melakukan percobaan titrasi asam basa untuk menentukan kadar larutan asam maupun larutan basa.

4. Titrasi asam basa untuk menentukan kadar asam asetil salisilat dalam obat-obatan yang mengandung aspirin dapat memberi motifasi bagi siswa untuk melakukan percobaan-percobaan menyelidiki kadar asam asetil salisilat dalam obat-obat yang lain yang mengandung aspirin.

5. Kegiatan ini sangat menyenangkan karena siswa dapat merasakan manfaat dan terapan kimia dalam kehidupan seharihari.

Bila tabel 4.1. dan 4.2. dikaji dengan cara memberi skor pernyataan positif 5, 4, 2, 1 untuk pilihan SS, S, TS dan STS dan skor pernyataan negatif 1, 2, 4, dan 5 untuk pilihan SS, S, TS, dan STS maka diperoleh tabel 4. 4.

Tabel 4.4 Skor Sikap Siswa

Pernyataan

Kelas II-7

Kelas II-8

1. Kimia adalah mata Pelajaran yang menarik.

2. Kimia erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

3. Saya belajar kimia hanya karena kewajiban.

4,55

4,62

3,90

4,52

4,64

3,88

Rerata

4,35

4,34

Selain tergambar dalam tabel 4.4., sikap dan persepsi siswa yang dapat dikatakan positif dapat terekam dari komentar siswa yang sebagian ditampilkan dalam tabel 4.5. berikut ini:

Tabel 4.5. Perkembangan Rerata Nilai Siswa dari Siklus I sampai III

Kelas

Rerata nilai

siklus I

Rerata nilai

siklus II

Rerata nilai siklus III

II-7

II-8

60,25

62,31

65,71

69,54

87,71

89,13

E. Kelemahan-kelemahan Penelitian

Disamping hasil positif yang diperoleh dalam penelitian inipun tidak lepas dari kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:

1. Kurangnya waktu yang digunakan untuk menerapkan strategi learning cycle untuk materi asam-basa ini sehingga pada siklus III hanya dapat diuji kadar asam asetil salisilat pada dua macam obat yaitu aspirin dan aspilet, padahal dilapanngan masih banyak obt bebas yang mengandung asam asetil salisilat.

2. Strategi learning cycle membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan metoda konvensional, sehingga membutuhkan persiapan yang benar-benar matang baik bagi guru maupun siswa.

3. Hasil belajar siswa yang berupa perubahan sikap sebagai konsumen obat-obatan yang mengandung asam asetil salisilat dalam kehidupan sehari-hari hanya terekam diatas kertas. Peneliti berharap hasil tersebut dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran learning cycle menjadikan siswa lebih aktif baik dalam kegiatan percobaan maupun diskusi kelas. Kesan bahwa ilmu kimia menarik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari menggantikan kesan ilmu kimia sulit dan menjemukan. Untuk kegiatan praktikum guru membutuhkan bantuan tenaga laboran yang membantu mempersiapkan alat dan bahan percobaan, maupun tenaga pengamat untuk membantu guru mengamati kegiatan siswa baik selama diskusi kelompok maupun praktikum.

2. Model pembelajaran learning cycle menjadikan siswa lebih mudah memahami suatu konsep, sehingga hasil belajar siswa lebih baik. Kelancaran proses sangat dipengaruhi oleh kematangan persiapan pembelajaran. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah adalah tersedianya waktu belajar yang cukup karena model ini membutuhkan waktu yang lebih banyak dari model konvensional.


B. Saran

1. Perlu ada penelitian tindakan kelas serupa lebih lanjut dengan konsep kimia yang lain.

2. Perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan konsep yang sama di SMA yang lain dengan sarana laboratorium yang berbeda.

0 komentar:

Post a Comment

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
 
Copyright © 2015. Literatur Karya Ilmiah . N-A Shop.com
popok cuci ulang | popok cuci ulang | menstrualpad | Biohikmah | clodi banyuwangi| menspad | celana plastik | cloth diapers
Distributor Clodi 2015 Clodi murahCelana Lampin