Karya Ilmiah, Makalah, Tugas Harian, Penelitian Tindakan Kelas, PTK, Portofolio, Skripsi, Tesis, Desertasi Media Pembelajaran, Media Pendidikan

/ On : 10:41 PM/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan Tinggalkan Comentar Anda.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
   Penggunaan  media  pembelajaran tidak dilihat dari segi kecanggihan  media  pembelajarannya, tetapi yang lebih penting ialah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses  pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan Guru dalam menggunakan  media pembelajaran untuk mempertinggi kualitas  pembelajaran.
   Pertama, Guru perlu memiliki pemahaman  media pembelajaran diantaranya jenis dan manfaat  media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan  media pembelajaran, menggunakan  media  pembelajaran sebagai alat bantu mengajardan tindak lanjut penggunaan  media  pembelajaran dalam proses mengajar.
   Kedua, Guru terampil membuat  media pembelajaran sederhana untuk keperluan  pembelajaran, terutama  media  pembelajaran dua dimensi atau  media  pembelajaran grafis, dan beberapa  media  pembelajaran tiga dimensi.
   Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan  media pembelajaran. Menilai keefektifan  media pembelajaran penting bagi Guru agar ia bisa menetukan apakah penggunaan  media  pembelajaran mutlak diperlukan atau tidak selalu diberikan dalam  pembelajaran sehubungan dengan prestasi pembelajaran yang dicapai siswa. Apabila penggunaan  media pembelajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas  pembelajaran, sebaiknya Guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar  media pembelajaran.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan  media  pembelajaran tertentu suatu peristiwa  pembelajaran, sesiswa Guru perlu memahami prinsip-prinsip atau faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu  media  pembelajaran.
Setiap mata pelajaran memiliki kekhususan atau spesifikasi muatan dan tujuan yang berbeda. Mata Pelajaran Pendidikan IPS  misalnya, diberikan kepada siswa dalam rangka memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Sehingga mata pelajaran ini menjadi strategis dan penting. Tidak hanya itu, mata pelajaran  Pendidikan IPS  juga  penting karena beberapa hal, antara lain: (1). Pendidikan IPS  merupakan pelajaran yang memberikan muatan ideologi dan pedoman moral bangsa  sebagai tujuan utama  dalam kehidupan sebagai manusia yang berbangsa dan bertanah air Indonesia.  (2). Pendidikan IPS  menjadi syarat kenaikan dan kelulusan siswa. Artinya jika siswa memperoleh nilai dibawah syarat yang ditetapkan  maka tidak dapat naik atau lulus. (3).Pendidikan IPS  ditempatkan sebagai pelajaran yang diharapkan memberikan kontribusi moral  kepada siswa dalam pengertian bahwa dengan  pendidikan IPS  , moralitas siswa menjadi seperti  yang diharapkan oleh IPS. Namun demikian realitasnya tidaklah demikian.
Pembelajaran Pendidikan IPS    pada umumnya dan di SDN 1 Sambimulyo  pada khususnya , justru menghadapi permasalahan  yang cukup dilematis. Beberapa  permasalahan dalam pembelajaran Pendidikan IPS  itu antara lain : Pertama :   Pembelajaran Pendidikan IPS  kurang menarik minat siswa, hal ini ditunjukan dengan  sikap siswa yang pasif, menjadi pendengar  dan kurang terjadi umpan balik atas materi yang telah disampaikan oleh guru.  Sebenarnya sikap siswa yang demikian juga disadari oleh penulis sebagai guru Pendidikan IPS . Sikap siswa yang demikian disebabkan karena  metode pembelajaran yang digunakan kurang fariatif, cenderung monoton dan mengandalkan metode ceramah. Sehingga siswa hanya menjadi pendengar saja. Media dan sumber belajar Pendidikan IPS  yang relatif kurang sehingga beberapa materi pembelajaran yang  mestinya menarik jika memakai media, justru menjadi membosankan karena hanya berisi dongeng dongeng saja.  Jadi siswa tidak dapat disalahkan dalam hal ini.
Kedua: Waktu pembelajaran yang hanya  2 jam per minggu atau 2 x 45 menit per tatap muka menyebabkan materi pembelajaran tidak dapat diselesaikan dengan optimal.   Materi ini harus dituntaskan dalam waktu yang terbatas. Padahal aspek utama pembelajaran pendidikan Pendidikan IPS  adalah aspek afektif. Pada pembelajaran dengan aspek ini, guru dituntut dapat menanamkan nilai-nilai moral pada siswa, memantau pelaksanaan moralitas ke-IPS-anya dan mengevaluasi kesadaran berbangsa dan bernegaranya. Guru juga harus tahu apakah materi yang telah diterima siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau belum. Muatan aspek afektif yang begitu rupa, tentu belumlah cukup kalau hanya diberikan dalam dua jam tatap muka setiap minggu.
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis berusaha untuk menemukan jalan keluarnya melalui pendekatan pembelajaran dengan model kontekstual. Model kontekstual yang mengedepankan pembelajaran dengan masalah - masalah akurat yang terjadi di masyakat dan lingkungan siswa. Dengan model kontekstual ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa, yang selanjutnya   dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan IPS . Adapun media yang dipakai dalam model ini adalah kliping koran atau surat kabar. Dipilihya surat kabar sebagai media, karena media ini dapat dengan mudah diperoleh, mudah dibawa ke sekolah dan harganya terjangkau.
B.    Identifikasi Masalah
Menjadikan mata pelajaran IPS menjadi menarik dan menyenangkan penting dilakukan. Hal ini karena metode penyampaian  mata pelajaran Pendidikan IPS  yang selama ini banyak dilakukan oleh guru cenderung monoton dan konvensional. Guru-guru Pendidikan IPS  pada umumnya menyampaikan pelajaran dengan ceramah saja sehingga siswa menjadi jenuh, bosan dan tidak kreatif. Memang tidak semua ceramah membosankan. Jika penceramah memiliki kemampuan orasi yang baik,maka dapat juga menarik perhatian siswa. Namun demikian penggunaan metode ceramah yang terus menerus akan memilki banyak kelemahan. Seperti siswa menjadi pasif, pembelajaran terlalu berpusat pada guru, sulit mengukur tingkat pemahaman siswa dan tidak semua materi dapat disampaikan dengan ceramah.
Dalam rangka untuk mengatasi kejenuhan tersebut, guru perlu mencari model-model pembelajaran kontekstual yang kreatif, rekreatif dan inovatif. Salah satunya melalui media kliping koran. Untuk itu diperlukan  Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Dengan classroom action research pelaksanaan pembelajaran dapat diteliti, disempurnakan, ditingkatkan dan dapat dievaluasi hasilnya.
Model pembelajaran kontekstual  yang digunakan dalam pembelajaran ini diharapkan merubah suasana belajar yang berpusat kepada guru menjadi berpusat kepada murid. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, membangkitkan gairah untuk mencari, menemukan dan memecahkan masalah  secara bersama- sama.
Melalui media kliping koran sebagai media pembelajaran siswa dapat memanfaatkan waktu di rumah , di perpustakaan sekolah dan melalui media lainya , untuk mencari informasi yang cocok pada  kliping koran atau  yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang dibahas. Sehingga pembelajaran IPS terjadi pula diluar kelas, selanjutnya didalam kelas hasil belajarnya dikomunikasikan dengan teman satu kelompok maupun kelompok lainnya. Sehingga kegiatan ini menambah wawasan, minat dan kerjasama antar siswa. Guru Pendidikan IPS  hanya menjadi fasilitator dan narasumber dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

C.    Rumusan Masalah.
          Masalah dalam classroom action research ini adalah nilai dan pemahaman  siswa yang masih rendah dalam pelajaran Pendidikan IPS   sehingga perlu ditingkatkan  khusunya materi  kerjasama  pada kelas 1  (satu) semester kedua tahun pelajaran 2002/2004
      Adapun rumusan masalah yang akan diuji melalui penelitian  tindakan kelas ini adalah :
1.    Apakah  melalui model pembelajaran  kontekstual, dengan media kliping koran dapat meningkatkan prestasi belajar keaktifan dan kerja sama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan IPS ?
2.    Bagaimankah cara menerapkan model pembela jaran konteks tual dengan media kliping koran agar dapat meningkatkan  prestasi belajar, keaktifan dan kerja sama siswa ?

D.    Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.    Meningkatkan keaktifan, prestasi belajar dan kerja sama siswa pada mata pelajaran Pendidikan IPS  dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan media kliping koran .
2.    Meningkatkan proses belajar yang ada awalnya kurang menarik minat siswa menjadi lebih menarik sehingga meningkatkan minat belajar siswa.
 
E.    Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat penelitian ini  bagi pengelolaan pembelajaran  Pendidikan IPS , yaitu :
1.    Menjadi contoh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keaktifan proses belajar, prestasi belajar  dan kerjasama siswa pada mata pelajaran  Pendidikan IPS .
2.    Menjadi salah satu contoh model penggunaan media kreatif yang mudah didapat, murah harganya  dan dapat dengan mudah dilakukan oleh siswa.
3.    Mendorong minat para guru untuk terus melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan proses dan mutu pembelajaran , sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan secara umum.

            BAB II
    PEMBAHASAN


A. Penelitian Tindakan Kelas  ( PTK )     
          Penelitian Tindakan Kelas menurut Suyanto ( 1997 ) ,merupakan suatu cara memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, karena guru merupakan orang yang paling tahu mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam pem¬belajaran. Penelitian tindakkan kelas dapat dilakukan secara efektif oleh setiap guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tanpa harus meninggalkan tugas utamanya mengajar. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara logis dan sistematis, serta jujur dalam pelaporannya akan menjadi masukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran, yang secara langsung akan berdampak terhadap perbaikan manajemen sekolah secara keseluruhan.
Penelitian tindakan kelas merupakan sarana penilaian pembe¬lajaran khususnya dan pendidikan pada umumnya, yang hasilnya akan memberikan masukan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, melalui tindakkan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Menurut E .Mulyasa (2002) ,Penelitian pendidikan pada umumnya bertujuan untuk:
 (1) Memperoleh dasar bagi pertimbangan suatu prosedur kerja
 (2) Menjamin cara kerja dalam pendidikan yang efektif dan efisien,
(3) Memperoleh fakta-fakta tentang berbagai masalah pendidikan, dan
     menghindarkan situasi-situasi yang dapat merusak, serta
(4) Meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembe¬
     lajaran, dan organisasi sekolah.
Sehubungan dengan itu, secara umum penelitian tindakkan kelas bertujuan untuk:
a.    Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitaspembelajaran dikelas;
b.    Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajarandikelas, khususnya layanan kepada peserta didik;
c.    Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakkan  dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas; dan
d.    Memberikan  kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap  kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran adalah
1.    Untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran;merupakan  upaya pengembangan kurikulum di tingkat kelas; dan
2.    Untuk meningkatkan profesionalisme guru, melalui upaya penelitian  yang dilakukannya.
        Untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki beberapa hal berikut:
        (a)  Perasaan ketidak¬puasan terhadap praktek pembelajaran;
        (b) Berani dan jujur terhadap diri sendiri;
        (c) Bemahami kelemahan- kelamahan dalam pembelajaran yang dila
              kukannya.
Beberapa langkah umum yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan rancangan penelitian tindakan kelas, adalah sebagai berikut.
 (1) Identifikasi masalah;
 (2) Analisis masalah dan menentukan berbagai faktor penyebab;
 (3) Merumuskan ide-ide sementara tentang berbagai faktor penting      
      yang berkaitan dengan masalah;
(4) Mengumpulkan dan menafsirkan data untuk mengembangkan alter
     natif tindakan
(5) merumuskan tindakan
(6) menilai hasil tindakan.
Beberapa petunjuk praktis yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas, dikemukakan McNiff (1991), sebagai berikut:
        1).  Mulailah dari hal-hal kecil yang terjadi dalam pembelajaran di
               kelas;
        2).  Kembangkan disain penelitian tindakkan secara cermat; buatlah
              jadwal sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia
              secara realistik;
        3). Konsultasikan dan diskusikanlah hasil penelitian tindakan dengan
             orang lain ( kepala sekolah );
4). Carilah dukungan informasi dari pihak lain ( teman sejawat ),  
     untuk  memperkokoh asumsi tindakan yang akan dilakukan;
        5). Ciptakanlah sistem umpan balik untuk melakukan koreksi
             terhadap setiap langkah yang dilakukan;
        6). Buatlah jadwal penulisan laporan penelitian tindakan kelas yang
             telah dilakukan balk secara formal maupun informal.
Untuk merealisasikan petunjuk di atas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanan penelitian tindakan kelas, sebagai berikut.
a.   Apakah alternatif tindakan telah dirumuskan berdasarkan hasil kajian dengan ladasan yang mantap, baik secara teoritis maupun konseptual?
b.  Apakah alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan telah menjawab permasalahan dengan tepat?
c.   Bagaimanakah tindakan pemecahan masalah dilakukan, bagaimana menentukan, dan mengetahui hasilnya?
      d.   Bagaimanakah cara menguji gagasan tindakan sebagai bukti telah terjadi perbaikan kondisi atau peningkatan kinerja sistem pembelajaran mengetahui efektifitas dan efisiensi terhadap penelitian
       tindakan kelas nakan perlu dilakukan pengkajian dan penilaian. Penilaian penelitian tindakan kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
            a.Melihat pemecahan masalah dan perbaikan yang dapat dilakukan
               dalam sistem pembelajaran.
            b.Membandingkan keadaan serta perubahan yang terjadi sebelum dan
               sesudah dilakukan tindakan dapat dicapai.

B.Media Pembelajaran
1.Pengertian  Media Pembelajaran
           Media  pembelajaran berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah  media  pembelajaran diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
media  pembelajaran menurut Briggs dalam Sumantri (1998:176), ialah
           "Segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan dari pengirim ke penerima pesan serta perangsang peserta didik untuk pembelajaran."
Menurut Gagne dan Reiser dalam Sumantri (1998:176)  media  pembelajaran ialah :
        "Alat-alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang bagi peserta didik untuk pembelajaran."
Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association / NEA) dalam Rohani, (1997:2) berpendapat bahwa  media  pembelajaran ialah :
       "Segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau di
       bicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut."
       Sedangkan menurut Sadiman dkk, (1986:7) menyatakan bahwa  media  pembelajaran ialah :
       "Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
       pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
       perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
       proses pembelajaran terjadi."
Menurut McLuahan dalam Rohani, (1997: 2) mengatakan bahwa :
      " Media  pembelajaran ialah channel (saluran) karena pada hakekatnya telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak ruang dan waktu-waktu tertentu. Dengan bantuan  media  pembelajaran batas¬-batas itu hampir menjadi tidak ada."
Menurut Blake dan Haralsen dalam Rohani (1997:2) mengatakan bahwa :
        " media  pembelajaran ialah medium yang digunakan untuk membawa/ menyampaikan sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan."
Menurut Rohani (1997:4)  media pembelajaran ialah :
       "Sarana komunikasi dalam proses proses pembelajaran yang berupa
       perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan
       hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional
       dapat dicapai dengan mudah."
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan yang terkandung dalam pengertian  media pembelajaran ialah :
a.     media  pembelajaran pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yakni sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
b.     media  pembelajaran pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yakni kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
c.    Penekanan  media  pembelajaran pendidikan terdapat pada visual dan audio.
d.     media  pembelajaran pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
e.     media  pembelajaran pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi Guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
f.     media  pembelajaran pendidikan dapat digunakan secara massa (radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (film, slide, video, OHP), atau persiswaan (modul, komputer, radio/kaset, video recorder).
g.    Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan, manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
 Media  pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebagai salah satu komponen kegiatan proses pembelajaran,  media  pembelajaran dan keterampilan menggunakan  media  pembelajaran merupakan hal mutlak yang harus dikuasai Guru dalam menunjang kegiatan proses pembelajaran.
Adapun alasan penggunaan  media pembelajaran ialah :
a.     Media  pembelajaran merupakan sumber utama yang menunjang proses proses pembelajaran.
b.    Membantu siswa memahami konsep dan memahami pelajaran yang dijelaskan Guru.
c.    Membantu Guru untuk lebih mengefektifkan proses proses pembelajaran sehingga tujuan program  pembelajaran dapat lebih tercapai.
d.     Media  pembelajaran merupakan sarana komunikasi antara Guru dan siswa yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dalam suasana yang positi  dan merangsang siswa untuk lebih berkembang dalam hubungan yang interaktif.

2.Tujuan dan Fungsi Penggunaan  Media Pembelajaran
 Media pembelajaran dapat mempertinggi proses mengajar dalam  pembelajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil pembelajaran yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa  media pembelajaran dapat mempertinggi proses mengajar.
Alasan pertama berkenaan dengan manfaat  media pembelajaran dalam proses proses mengajar diantaranya :
a.     Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi pembelajaran.
b.    Bahan  pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan lebih baik.
c.    Metode mengajarakan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh Guru, sehingga siswa tidak bosan.
d.    Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, sebab tidak hanya mendengarkan uraian Guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Alasan kedua mengapa penggunaan  media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil  pembelajaran ialah berkanaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkrit menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan  media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui  media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Secara khusus penggunaan  media pembelajaran bertujuan sebagai berikut :
a.    Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan  media  pembelajaran yang paling tepat menurut karakteristik bahan.
b.    Memberilkan pengalaman pembelajaran yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk pembelajaran.
c.    Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam tekhnolgi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan  media  pembelajaran tertentu.
d.    Menciptakan suasana pembelajaran yang tidak dapat dilupakan peserta didik karena adanya keterlibatan penuh dari siswa serta menciptakan pembelajaran yang interaktif dan komunikatif.
 media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan itu.
Fungsi penggunaan  media pembelajaran secara umum, yakni :
a.    Alat bantu untuk mewujudkan situasi proses pembelajaran yang efektif.
b.    Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.
c.    Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat  VIerbalisme.
d.    Membangkitkan motivasi pembelajaran peserta didik.
e.    Mempertinggi mutu proses pembelajaran.
Menurut Levie & Lentz dalam Arsyad, (2002:16) terdapat empat fungsi  media pembelajaran yakni :

a.    Fungsi atensi
Fungsi atensi  media  pembelajaran visual merupakan inti, yakni menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b.    Fungsi afektif
Fungsi efektif  media  pembelajaran visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika pembelajaran atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, contohnya informasi yang menyangkut masalah sosial dan sebagainya
c.    Fungsi kognitif
Fungsi kognitif  media  pembelajaran visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d.    Fungsi kompensatoris
Fungsi kopensatoris  media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa  media  pembelajaran visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain,  media pembelajaran berfunsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan menerima dan memahami isi pelajaran yang disaksikan yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Dipandang dari segi peranan  media  pembelajaran dalam efektivitas  pembelajaran memegang peranan yang sangat menentukan sebagai salah satu komponen yang menentukan efektivitas dan keberhasilan kegiatan proses pembelajaran. Penggunaan dari suatu  media  pembelajaran yakni untuk membantu Guru menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan pesan tersebut secara cepat, dan akurat.
Dalam kerangka proses proses pembelajaran yang dilakukan Guru, penggunaan  media  pembelajaran hendaknya dikembangkan dengan maksud agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran itu terhindar dari gejala  Verbalisme, yakni mengetahui kata kata yang disampaikan Guru  tetapi tidak memahami arti atau makna. Hal tersebut hanya akan memberikan pemahaman kepada siswa secara parsial belum menyentuh esensi yang mendasar tentang sebuah konsep yang dipelajari.

3.Kriteria dan Pemilihan  Media Pembelajaran
Penggunaan  media  pembelajaran tidak dilihat dari segi kecanggihan  media  pembelajarannya, tetapi yang lebih penting ialah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses  pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan Guru dalam menggunakan  media pembelajaran untuk mempertinggi kualitas  pembelajaran.
Pertama, Guru perlu memiliki pemahaman  media pembelajaran diantaranya jenis dan manfaat  media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan  media pembelajaran, menggunakan  media  pembelajaran sebagai alat bantu mengajardan tindak lanjut penggunaan  media  pembelajaran dalam proses mengajar.
Kedua, Guru terampil membuat  media pembelajaran sederhana untuk keperluan  pembelajaran, terutama  media  pembelajaran dua dimensi atau  media  pembelajaran grafis, dan beberapa  media  pembelajaran tiga dimensi.
Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan  media pembelajaran. Menilai keefektifan  media pembelajaran penting bagi Guru agar ia bisa menetukan apakah penggunaan  media  pembelajaran mutlak diperlukan atau tidak selalu diberikan dalam  pembelajaran sehubungan dengan prestasi pembelajaran yang dicapai siswa. Apabila penggunaan  media pembelajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas  pembelajaran, sebaiknya Guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar  media pembelajaran.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan  media  pembelajaran tertentu suatu peristiwa  pembelajaran, sesiswa Guru perlu memahami prinsip-prinsip atau faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu  media  pembelajaran.
Adapun prinsip-prinsip pemilihan  media  pembelajaran tersebut, yakni :
a.    Memilih  media  pembelajaran harus berdasarkan tujuan  pembelajaran dan bahan  pembelajaran yang akan disampaikan.
b.    Memilih  media  pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik utamanya bagi guru.
c.    Memilih  media  pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan Guru, dalam pengadaannya maupun penggunaannya.
d.    Memilih  media  pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
e.    Memilih  media  pembelajaran harus memahami karakteristik dari  media  pembelajaran itu sendiri.
Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih  media  pembelajaran ialah :
a.    Objektivitas, artinya pemilihan  media  pembelajaran tidak didasarkan karena kesukaan pribadi atau sekedar hiburan sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya dengan bahan dan karakteristik peserta didik.
b.    Program  pembelajaran, memilih  media  pembelajaran harus disesuaikan dengan program  pembelajaran karena tidak semua  media  pembelajaran dapat digunakan untuk semua program  pembelajaran.
c.    Situasi dan kondisi, pemilihan  media  pembelajaran harus sesuai dengan situasi proses pembelajaran, artinya disesuaikan dengan pengelolaan kelasmengajar, materi pelajaran, serta lingkungan sekolah dan kelas.
d.    Kualitas teknik, yakni kesiapan operasional  media  pembelajaran sebelum digunakan, contohnya untuk tape recorder apakah semua berjalan dengan baik atau ada kerusakan.
e.    Keefektifan dan efisiensi, penggunaan artinya penggunaan  media  pembelajaran bukan semata-mata karena melaksanakan salah satu komponen  pembelajaran tetapi apakah  media  pembelajaran itu betul-betul berguna untuk penggunaan penguasaan peserta didik.
Dalam hubungannya dengan pengguanaan  media  pembelajaran pada waktu berlangsungnya  pembelajaran setidak-tidaknya digunakan Guru pada situasi sebagai berikut :
a.    Perhatian siswa terhadap  pembelajaran sudah berkurang sebagai akibat kebosanan mendengarkan penjelasan Guru, apalagi bila cara Guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya  media  pembelajaran akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian pembelajaran para siswa.
b.    Bahan  pembelajaran yang dijelaskan Guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini Guru harus menampilkan  media  pembelajaran untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pelajaran. Contohnya menyajikan gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan  pembelajaran.
c.    Terbatasnya sumber  pembelajaran yang tersedia di sekolah. Situasi ini menuntut Guru menyediakan sumber tersebut dalam bentuk  media  pembelajaran.
d.    Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan  pembelajaran secara verbal akibat terlalu lelah karena telah mengajar terlalu lama. Dalam situasi ini Guru dapat menampilkan  media pembelajaran.
Dari segi pengadaan  media  pembelajaran pihak sekolah dan Guru sudah baik untuk mengusahakan berbagai  media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan Guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Untuk suatu penyelenggaraan proses proses pembelajaran, sering Guru sekolah dihadapkan pada berbagai kelangkaan  media pembelajaran yang dibutuhkan. Dalam kenyataanya, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah setempat atas penyelenggaraan pendidikan di sekolah, lebih-¬lebih untuk pengembangan  media pembelajaran amatlah terbatas.
Secara umum mengajukan prinsip-prinsip pembuatan  media  pembelajaran sebagai berikut :
a.    Kesederhanaan (simplicity), yakni suatu  media  pembelajaran hendaknya ringkas, sederhana dan dibatasi dengan hal-hal yang dianggap penting.
b.    Kesatuan (unity) , yakni hubungan yang ada di antara unsur-unsur  media  pembelajaran itu sebagai satu keseluruhan yang bermakna.
c.    Penekanan (emphasis), yakni adanya gagasan atau pesan tertentu yang menjadi fokus perhatian dan bagian-bagian tertentu untuk menarik minat dan perhatian.
d.    Keseimbangan (balance), yakni komposisi penampilan  media  pembelajaran itu untuk memperlihatkan keadaan yang serasi, baik itu penampilan segi-segi estetika / keindahan.

       Berbagai usaha memang seharusnya dapat dilakukan sekolah, namun Guru sering harus membuat  media  pembelajaran atau alat peraga  pembelajarannya sendiri atau bersama-sama dengan para peserta didiknya. Sebenarnya kebutuhan untuk membuat suatu  media  pembelajaran bukanlah sekedar merespon permasalahan di atas. Yang paling penting, tujuan penggunaan  media  pembelajaran dalam itu ialah peserta didik, bahwa  pembelajaran yang dikembangkan Guru harus berorientasi pada perkembangan anak, contohnya tujuan  pembelajaran dibangun atas kepentingan anak yang pembelajaran, maka bahan pelajaran haruslah konkrit dan relevan dengan kehidupan anak (reallite).
Oleh karena itu,  media  pembelajaran yang memanipulatif bahan  pembelajaran; yang menjadikan si anak bergairah dalam belajar  merupakan tuntutan yang harus bisa dibuat oleh guru . Menghadapi tuntutan tersebut, berbagai pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan berbagai  media pembelajaran amat diperlukan.

4.Jenis Jenis  Media Pembelajaran
 Media pembelajaran yang digunakan dalam proses  pembelajaran diklasifikasikan menjadi 4, yakni  media  pembelajaran visual, audio, audio visual dan  media  pembelajaran asli dari siswa.

a.     Media  Pembelajaran  Visual
 Media  pembelajaran visual merupakan  media  pembelajaran yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Jenis  media  pembelajaran ini terdiri dari :
1.     Media  pembelajaran gambar dan grafis
 Media  pembelajaran ini ialah hasil potret dari berbagai peristiwa atau kejadian, objek, yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata¬-kata, simbol-simbol maupun gambaran.
Yang termasuk dalam kelompok  media  pembelajaran ini diantaranya grafik, chart atau bagan, peta, diagram, poster, karikatur, komik, gambar mati dan foto.
2.     Media  pembelajaran papan
 Media  pembelajaran papan ialah  media pembelajaran dengan papan sebagai bahan baku utamanya yang dapat dirancang secara memanjang maupun secara melebar. Alat-alat lain yang digunakan dalam  media  pembelajaran papan ini ialah berupa kain flanel, kapur tulis, guntingan kertas untuk ditempel, brosur dan sebagainya.
Yang termasuk dalam kelompok ini, diantaranya papan tulis, papan flanel, papan tempel dan papan pameran.
3.     Media  pembelajaran dengan proyeksi
 Media  pembelajaran ini ialah penggunaan  media  pembelajaran dengan menggunakan proyektor sehingga gambar tampak pada layar. Yang termasuk dalam kelompok  media  pembelajaran ini diantaranya slide, film strips, opague projector, transparansi, micro film dan sebagainya.
b.     Media  Pembelajaran Audio
 media  pembelajaran audio merupakan jenis  media  pembelajaran yang didengar.  media  pembelajaran ini memiliki karakteristik pemanipulasian pesan hanya dilakukan melalui bunyi atau suara-suara.  media  pembelajaran ini sangat cocok untuk kepentingan  pembelajaran bahasa. Namun demikian untuk tujuan yang berkaitan dengan penguasaan informasi faktual, prosedur dan sikap,  media  pembelajaran ini masih memungkinkan untuk digunakan.
Yang termasuk dalam jenis  media  pembelajaran ini diantaranya cassete tape recorder, radio dan sebagainya.
c.     Media  Pembelajaran Audio  VIisual
 Media  pembelajaran ini ialah  media  pembelajaran yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga dapat didengar. Jenis  media  pembelajaran ini diantaranya televisi dan video cassette.
d.     Media  Pembelajaran Asli
 Media  pembelajaran ini merupakan benda yang sebenarnya,  media  pembelajaran yang membantu pengalaman nyata peserta didik.
Yang termasuk dalam  media  pembelajaran ini diantaranya :
1.    Specimen, merupakan bagian atau pecahan dari benda yang sebenarnya. Seperti specimen mahluk hidup dalam akuarium, kebun binatang dan sebagainya.
2.    Mocks-up, ialah model tiruan suatu benda yang menonjolkan bagian-bagian tertentu dari suatu benda asli dan menghilangkan bagian lain dengan maksud untuk menghilangkan perhatian siswa terhadap bagian-bagian yang tidak dipentingkan dan lebih memusatkan perhatian pada bagian yang dimaksudkan.
3.    Diorama, ialah model pemandangan yang dibuat seperti keadaan asli, contohnya pemandangan suasana perang dengan tentara dan senjata.
4.    Laboratorium di luar sekolah, contohnya pasar, sungai, laut dan sebagainya yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran.
5.    Museum, ialah tempat menyimpan dan memelihara benda¬-benda bersejarah dan purbakala.
6.    Community study ialah program yang dirancang agar peserta didik dapat mengetahui keadaan sosial masyarakat yang sebenarnya. Kegiatan ini dapat berupa widyawisata.
7.    Walking trips ialah memberikan pengalaman pembelajaran kepada peserta didik melalui demonstrasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan pekerja-pekerja di lingkungan masyarakat, contohnya polisi, pak pos dan sebagainya.
8.    Field study, ialah studi lapangan bagi siswa untuk memahami suatu informasi tentang sesuatu. Contohnya untuk memahami suatu informasi pertanian maka siswa dibawa ke lahan atau sawah.
9.    Model nara sumber, yakni proses proses pembelajaran dengan mengggunakan manusia sebagai nara sumber. Contohnya untuk menjelaskan dan memelihara kesehatan gigi, sekolah mendatangkan dokter gigi.
10.    Special learning trips ialah penggunaan  media  pembelajaran di lingkungan sekitar sekolah, seperti perkemahan di perkebunan untuk memahami masalah-masalah perkebunan.
Model, yang merupakan  media  pembelajaran tiga dimensi yang mewakili benda sebenarnya.

C. Model Pembelajaran Kontekstual.
 E. Mulyasa (2005:102) dalam Buku Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa: Model pendekatan pembelajaran Kontekstual atau  Contekstual Teaching and   Learning atau sering disingkat CTL adalah model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) 2004.
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara  materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu menerapkan  dan menghubungan peristiwa belajar dengan kehiduan sehari hari . Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari hari , siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap materi yang dipelajarinya.
Nurhadi (2002:4 dalam E.Mulyasa :2005:103) mengemukakan  pentingnya lingkungan  belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
a.    Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada  
       siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “ Siswa
       aktif bekerja dan berkarya,guru mengarahkan”.
b.   Pembelajaran  harus berpusat pada “ bagaimana cara “ siswa
      menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih
      dipentingkan dibandingkan hasilnya.
c.   Umpan balik sangat penting bagi siswa, yang berasal dari proses
      penilaian yang benar.
d.   Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu
      penting.
      Dari uraian diatas dapatlah diketahui bahwa pembelajaran kontekstual diperlukan dalam rangka menumbuhkan proses belajar yang menyenangkan  bagi siswa, menarik untuk beraktifitas dan berkreasi, bekerja dalam kelompok dan sebagainya sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

D.Media Kliping Koran
Media pendidikan adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran (2001 ; 76). Media pembelajaran dibedakan atas media fisual, audio dan audiovisual. Media fisual adalah media yang dapat dilihat atau dipandang seperti gambar, kliping koran ,gambar  pada majalah, foto, poster dan sejenisnya. Media audio adalah media pembelajaran yang dapat didengarkan seperti radio dan tape recorder.Sedangkan media audio visual adalah media pembelajaran yang dapat berwujud dapat dilihat dan daat didengar, seperti TV, VCD,Video, LCD dan Komputer yang difungsikan secara audiovisual. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah kliping koran sebagai media fisual. Dengan menggunakan kliping koran sebagai media fisualisasi pembelajaran maka akan diperoleh fakta sosial kemoralan yang daat digunakan sebagai bahan pembahasan dalam proses pembelajaran.
Tujuan penggunaan media kliping koran  dalam pembelajaran kontekstual antara lain :
1.    Menjelaskan fakta, konsep, realitas, kegiatan dan tindakan pembelajaran yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
2.    Mendekatkan pemahaman siswa terhadap materi pembejaran yang dihadapi.
3.    Meningkatkan gairah dan minat belajar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Media Pembelajaran adalah :
1.    Sesuaikan dengan tema, waktu belajar dan tingkat usia siswa.
2.    Rumuskan tema pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan oleh siswa.
3.    Berhentilah sesaat demi sesaat untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi (Supriyanto, 2001).
Dengan penjelasan tersebut berarti bahwa kliping korandaat digunakan sebagai media pembelajaran. Mengingat harganya yang murah, dapat menggunakan kliping koran  bekas dan mudah didapat, maka media ini dapat diterakan dengan mudah oleh siswa.
        Petunjuk pembuatan kliping koran :
a.    Alat dan Bahan :
1.    Koran bekas yang ada gambar kegiatan yang berkaitan dengan tolong menolong.
2.    Kertas HVS untuk menempel gambar yang sudah digunting.
3.    Gunting atau kater pemotong
4.    Penggaris untuk memotong ketas agar lurus.
5.    Lem kertas
6.    Alat tulis
b.    Cara Kerja:
1.    Ambilah gambar gambar dari koran yang ada kaitanya dengan tema pembelajaran seperti kegiatan menyumbang bencana, kegiatan membantu korban bencana, membantu anak – anak terlantar dan kegiatan kemanusiaan lainya.
2.    Tempelkan pada lembar kertas HVS dan berilah komentar atau keterangan di bawah gambar.
3.    Tempelkan pada karton yang besar dan jelaskan di depan kelas masing masing gambar.
c.    Peran Guru:
1.    Mengarahkan kegiatan  pembuatan kliping.
2.    Memberikan penjelasan cara kerja dan cara presentasi
3.    Memberikan penguatan dan kesimpulan akhir
4.    Melakukan pengamatan jalanya kegiatan
5.    Melakukan tes akhir atau evaluasi hasil kegiatan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1.    Prestasi belajar Pendidikan IPS  pada materi yang di classroom action research kan meningkat dengan model pembelajaran kontekstual dengan media kliping koran
2.    Aktivitas siswa mengalami peningkatan seperti presentasi, diskusi kelompok, diskusi kelas, mengerjakan tugas, mengajukan pertanyaan dari kelompok lain, menjawab pertanyaan dan menyelesaikan soal.
3.    Ketrampilan dalam berkerjasama antar siswa semakin berkembang dengan model pembelajaran kontekstual dengan media kliping koran.

B.    Saran-saran
Dari kesimpulan diatas dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1.    Pembelajaran Pendidikan IPS  yang selama ini hanya menggunakan cara-cara konvensional seperti ceramah sudah waktunya diganti dengan teknik pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan seperti model pembelajaran kontekstual.
2.    Dengan melihat hasil pembelajaran model kontekstual dengan media kliping koran ini, tentunya dapat di kembangkan dengan pendekatan model atau variasi (inovasi) pembelajaran yang lainnya, untuk itu disarankan agar dikembangkan pada kelas yang lain dan mata pelajaran yang lainya juga.

DAFTAR PUSTAKA



Abidin, Zainal.1981.PEMELIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA DALAM
             PROSES BELAJAR MENGAJAR.Jakarta.PPPG.

Aqib. Zainal. 2004 PROFESIONALISME GURU DALAM PEMBELAJARAN.       
            Surabaya : Insan Cendekia.

---------------,2004; KARYA TULIS ILMIAH BAGI PENGEMBANGAN  
            PROFESI   GURU, Bandung, Yrama Widya.

Antonius,2004, PETUNJUK PRAKTIS MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH            
           UNTUK NAIK PANGKAT KE GOLONGAN IV B – IV E:       
           DILENGKAPI  CONTOH KARYA TULIS ILMIAH YANG TELAH         
           DINILAI OLEH  TIM  PUSAT DAN CONTOH MODUL: Untuk  Guru,
           Kepala  Sekolah,Pengawas Sekolah: Bandung, Yrama Widya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. PETUNJUK KHUSUS PENYUSUNAN SILABUS. PENDIDIKAN IPS  UNTUK SDN. Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta ; Depdiknas.

---------------- , 2004, Kurikulum 2004 ; STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN IPS  SEKOLAH DASAR DAN MADRASAH .

---------------- , 2004, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA, NO : 20/2004 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, Jakarta ; Depdiknas.

----------------,1994. PENDIDIKAN IPS  SEKOLAH DASAR KELAS I.Jakarta, DEPDIKNAS.

E.Mulyasa,2004,MENJADI GURU PROFESIONAL ; MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN,Bandung, Remaja Rosda Karya.

Kasihani Kasbolah, ES, 2001. PENELITIAN TINDAKAN KELAS, Malang ; Universitas Malang.

M. Nipan Abdul Halim, 2000. MENGHIAS DIRI DENGAN AKHLAK TERPUJI, Yogyakarta ; Mitra Pustaka.


Supriyanto. 2004. PEMANFAATAN MEDIA CETAK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI ; Makalah Simposium Nasional Indonesia Pembelajaran. Jakarta,Depdiknas Republik Indonesia.

Suyanto,1997. PEDOMAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS :BAGIAN KE SATU PENGENALAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS  (classroom action research) ,Yogyakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Depdiknas,Proyek Pendidikan Tenaga Akademik,BP3GSDN.

Supriyanto, 2004, PEMBELAJARAN GEOGRAFI BERBASIS AL-QUR’AN ; SEBUAH MODEL PENGINTEGRASIAN IMAN DAN TAQWA DENGAN SUMBER AL-QUR’AN, Makalah Lomba Karya Ilmiah Imtaq, Depdiknas Jakarta

Tim Penyusun ; KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA, Depdiknas ; Jakarta, Ihtiar Baru Van Hope.

Zuharini,dkk.1983. METODIK KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA. Surabaya. Bina ilmu.

0 komentar:

Post a Comment

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
 
Copyright © 2015. Literatur Karya Ilmiah . N-A Shop.com
popok cuci ulang | popok cuci ulang | menstrualpad | Biohikmah | clodi banyuwangi| menspad | celana plastik | cloth diapers
Distributor Clodi 2015 Clodi murahCelana Lampin