RINGKASAN LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
OLEH :
DRS. SAID RIPIN BUKARYO
WORKSHOP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SATKER PEMBINAAN PENDIDIKAN MENENGAH UMUM
2005 – 2006
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Matematika acapkali dikategorikan sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipahami dan cenderung membosankan sehingga membuat penguasaan konsep matematika siswa rendah memerlukan upaya-upaya kreatif dan inovatif guru untuk mengatasinya.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalah yang dapat kami rumuskan berdasarkan latar belakang tadi adalah apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning dengan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions ) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep matematika pokok bahasan vektor dan sub pokok bahasan proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui PTK ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep matematika.
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi guru, siswa, maupun sekolah
Siswa : Lebih tertarik untuk mengembangkan ketrampilan belajar matematika
Guru : Menambah wawasan guru matematika mengenai alternatif metode pembelajaran khususnya metode Penemuan terbimbing.
Sekolah : Sekolah mendapatkan masukan /informasi tentang alternative metode pembelajaran Penemuan Terbimbing yang dapat digunakan oleh guru lain.
BAB II
Kajian Pustaka dan Rencana Tindakan
2.1 Pembelajaran Konsep
Belajar konsep adalah hasil utama pendidikan. Pemahaman konsep menurut Ausubel (1968) dapat diperoleh dengan dua cara yaitu konsep formasi dan konsep Asimilasi. Berdasarkan konsep formasi, pemahaman konsep diperoleh sebelum peserta pendidik masuk sekolah sedangkan menurut konsep asimilasi pemahaman konsep diperoleh selama dan sesudah sekolah. Dalam penyampaian pembelajaran jenis konsep perlu ditempuh lima langkah yaitu : penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (Exercise), pemberian umpan balik (Refleksi), pemberian tes
2.2.Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (dalam Rahayu, 1998; 156) adalah siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan masing-masing bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar baik individu maupun kelompok. Metode model Slavin ini dipilih karena merupakan metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pembeljaran kooperatif, serta sesuai dengan kodrat manusia yang merupakan makhluk individu juga makhluk sosial.
2.3.Rencana Tindakan
Rencana Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pemetaan dan pembentukan kelompok, penjelasan konsep dan aturan main, pemberian lembar kegiatan siswa, pemberian kuis, pengahargaan (reward)
Bab III
Metode Penelitian
3.1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ibrahimy Sukorejo kelas X1 dan Kelas 3 IPA 3 mata pelajaran Matematika Semester 1 tahun pelajaran 2005-2006. SMA Ibrahimy Sukorejo terletak di dalam lokasi Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo dengan jarak perjalanan 15 menit naik beca dari jalan protokol.
3.2 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : pendataan nilai raport mata pelajaran Matematika siswa kelas 3 IPA 3 sebagai langkah awal pemetaan kemampuan akademik siswa , pendataan suku, pemetaan hubungan emosional.
3.3. Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan rancangan satu siklus yang mengacu pada rancangan Kemmis dan Taggart (1988), setiap siklus terdiri dari tahapan plan, action/observation, reflection dan revised plan.
Siklus I : Pembentukan tim berdasarkan kemampuan akademik, ras, dan hubungan emosional dengan pokok bahasan Vektor untuk siswa kelas 3 IPA 3.
3.4. Instrumen
3.4.1. Teknik Pengumpulan data
a. angket untuk mengetahui heterogenitas suku, hubungan personal, serta efektivitas penggunaan STAD.
b. Observasi untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru baik yang diamati oleh guru peneliti maupun kolaborator.
3.4.2. Sistem Penilaian.
- Sistem Penilaian Hasil Kuis dengan skor maksimal 10 dan skor minimal 0
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dengan metode Coperative Learning tipe STAD di SMA Ibrahimy hanya dapat dilaksanakan selama satu siklus karena pada minggu ke II bulan September 2005 seluruh aktivitas belajar mengajar di Pesantren Salafiyah Safiiyah Sukorejo Situbondo libur sampai bulan Nopember 2005 itupun hanya peneliti satu yang dapat melaksanakan penelitian sedangkan peneliti dua tidak dapat melaksanakan penelitian karena mendapat tugas baru dari yayasan sebagai direktur Akademi Manajemen Informatika Komputer Indonesia (AMIKI) dilingkungan Pondok Pesantren Salafiyah Safiiyah Sukorejo Situbondo per satu September 2005 yang memerlukan konsentrasi tinggi dalam melaksanakan tugas barunya, namun demikian dampak dari hasil pembelajaran dengan metode Cooperative Learning tipe STAD ini melalui penelitian yang dilakukan oleh peneliti satu memberi semangat kepada siswa, guru dan sekolah untuk terus dilaksanakan dan dikembangkan ke depan untuk meningkatkan hasil belajar yang baik. Hasil penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut :
4.1.1 SIKLUS I
4.1.1.1 Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan dibuat peneliti berdasarkan pokok bahasan yang disesuikan dengan waktu yang tersedia. Persiapan rencana pembelajaran difokuskan pada penguasaan konsep matematika siswa kelas 3 IPA3 yang seluruh siswa adalah putri pokok bahasan vektor pada sub pokok bahasan proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain. Peneliti membuat dan menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kegiatan siswa dan soal-soal kuis yang disusun mengarah pada penguasaan konsep proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain.
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan
(1) Pembukaan kegiatan belajar mengajar diawali dengan berdoa
(2) Peneliti mengelola kelas dengan membagi 62 siswi menjadi 12 kelompok masing-masing kelompok yaitu 10 kelompok terdiri 5 siswi dan 2 kelompok terdiri dari 6 siswi. Pembagian kelompok berdasarkan prestasi akademik nilai matematika pada rapor semester 5, suku, dan hubungan emosional. Selain itu peneliti dibantu oleh satu guru sebagai pengamat.
(3) Peneliti menyajikan pelajaran dengan menerangkan konsep proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain selama lebih kurang 30 menit kepada seluruh kelompok secara klasikal dengan diamati oleh pengamat.
(4) Setelah konsep disajikan masing-masing anggota kelompok diberikan lembar kegiatan untuk dikerjakan secara berkelompok dalam rentang waktu lebih kurang 60 menit pada lembar kegiatan yang diberikan.
(5) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan durasi waktu lebih kurang 10 menit per kelompok termasuk tanya jawab dari kelompok lain.
(6) Peneliti menvalidasi hasil presentasi masing-masing kelompok dengan waktu lebih kurang 5 menit.
(7) Kurang lebih 90 menit berikutnya seluruh siswi mengerjakan soal-soal kuis yang diberikan peneliti secara individual setelah memisahkan diri dari kelompoknya.
(8) Peneliti memeriksa hasil pekerjaan kuis siswi untuk dianalisis
(9) Peneliti memberikan reward kepada kelompok yang telah mencapai standart ketuntasan yang telah ditentukan dari hasil kuis masing-masing siswi dalam kelompoknya.
4.1.1.3 Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan kolabolator dapat didiskripsikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Diskripsi kesiapan siswa menerima pelajaran
Dari hasil observasi “Kesiapan Siswa Menerima Pelajaran “(instrumen Lampiran 1) diperoleh gambaran kesiapan siswa menerima pelajaran waktu proses pembelajaran selama satu siklus adalah 100 % karena seluruh siswa membawa perlengkapan belajar sebagaimana disyaratkan di tabel lampiran 1
(2) Kegiatan belajar mengajar
Dari hasil observasi “Proses Kegiatan Belajar Mengajar” (instrumen Lampiran 1) diperoleh gambaran aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama satu siklus bervariasi yang aktif sebanyak 67 %, cukup aktif 33 % dan tidak aktif 0 % walau yang aktif sebanyak 67 % tapi hasil belajar yang diharapkan masih jauh dari harapan hal ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain :
a. Tidak ada atau kurangnya guru memotivasi siswa untuk bertanya
b. Tidak ada atau kurangnya guru memberi waktu tunggu siswa untuk menjawab pertanyaan
c. Frekuensi guru memantau siswa dalam kerja kelompok sangat minim
d. Guru kurang membimbing siswa membuat rangkuman secara tertulis
Faktor-faktor tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa sehingga penguasaan konsep matematika yang diharapkan masih jauh/belum tercapai. Sedangkan dari hasil “ Pengamatan Guru Mengajar” (instrumen Lampiran 2) diperoleh hasil sebagai berikut : pada tahap pendahuluan guru/peneliti sudah melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi terdahulu serta telah membangkitkan motivasi siswa agar antusias mempelajari materi yang akan dipelajari kurang lebih 73% guru telah melakukan hal tersebut di atas.
Pada tahap berikutnya guru kurang memantau siswa dalam kerja kelompok sehingga distorsi penguasaan konsep yang dialami siswa tidak termonitor secepatnya dan baru diketahui setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, kurang lebih baru 15 % guru memantau siswa dalam kerja kelompok.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, munculnya prosentase angka-angka yang kurang maksimal terjadi karena guru belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang didesain dengan model Penelitian Tindakan Kelas serta waktu pembelajaran yang dirasakan kurang karena hanya berlangsung dalam satu siklus.
(3) Hasil belajar
Setelah mempelajari konsep proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain melalui penyajian guru/peneliti dan lembar kegiatan siswa yang disusun terstruktur pada penguasaan konsep kemudian siswa mengerjakan soal-soal kuis konsep proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain secara mandiri dan hasilnya diperiksa oleh guru/peneliti. Hasil belajar yang diperoleh siswa baru 4,83% yang dinyatakan tuntas dan 95,17 % belum tuntas. Artinya siswa yang telah menguasai konsep proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain baru 4,83 % dan 95,17 % masih belum.
(4) Wawancara pengamat dengan siswa
Setelah proses pembelajaran selesai, termasuk kuis, dilakukan wawancara singkat dengan siswa (instrumen 3 dan 4). Hasil wawancara dengan siswa secara garis besar terhadap proses pembelajaran model Cooperative Learning tipe STAD adalah positip karena siswa merasa mendapatkan nuansa baru yang dapat mengerahkan seluruh potensinya secara maksimal dan belajar mengkomunikasikan pikiran-pikirannya berdasarkan tingkap perkembangan kognitif dan afektifnya kepada sesema teman kelompok dan kelompok lainnya.
4.1.1.4 Refleksi
Dari hasil pengamatan peneliti, proses pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe STAD memberi kesempatan kepada siswa menguatkan penerimaan konsep Matematika melalui penyajian guru diteruskan dengan menemukan melalui lembar kegiatan siswa. Siswa dilatih untuk belajar bekerja sama mencapai tujuan bersama. Mau menerima dan memberi pokok-pokok pikirannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya kepada siswa lain dalam satu kelompok maupun pada kelompok lainnya.
Walaupun dari hasil analisis pada siklus pertama hasil belajar belum kelihatan peningkatan penguasaan konsep matematika secara maksimal namun mampu memberi inspirasi baik kepada siswa, guru dan sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran yang serupa pada saat yang lain ke depan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan peneliti, temuan di dalam kelas, wawancara tertulis, dan hasil analisis data penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dapat disimpulkan sebagai berikut “
a. Peningkatan penguasaan konsep Matematika siswa dapat dicapai dengan :
- meningkatkan kinerja/profesionalisme guru
- meningkatkan kesiapan belajar siswa
- meningkatkan kualitas pembelajaran (aktivitas siswa, catatan siswa, iklim belajar)
b. Penataran untuk guru tentang model-model pembelajaran inovatif perlu diteruskan dan dikembangkan baik melalui level sekolah maupun level regional dan nasional.
5.2 Saran
Beberapa hal yang perlu peneliti sarankan atas dasar temuan yang didapat adalah sebagai berikut :
a. Penguasaan konsep matematika dapat diamati dari perilaku siswa pada saat menyampaikan pemahamannya baik pada teman kelompoknya maupun pada kelompok lainnya, serta juga dapat diamati dari hasil belajarnya melalui kuis yang diberikan guru oleh sebab itu rancangan lembar kegiatan siswa dan kuis yang akan diberikan kepada siswa agar disusun secara cermat dan terstruktur.
b. Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas benar-benar disusun sesuai dengan situasi dan kondisi dimana kita belajar dan mengajar agar waktu pelaksanaannya sesuai dengan yang diharapkan.
0 komentar:
Post a Comment