METODE UNTUK MENDAPATKAN DATA

/ On : 6:40 AM/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan Tinggalkan Comentar Anda.

 

Bagian sub bab ini tidak dimaksudkan untuk mengupas metode metode yang digunakan pada penelitian pada umumnya, tetapi di sini akan dikemukakan secara singkat beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data di dalam rangka realisasi bimbingan dan konseling, khususnya yang berlangsung di sekolah.

Pengumpulan data merupakan suatu hal penting dalam penelitian-penelitian pada umumnya, maupun dalam bimbingan dan konseling, lebih-lebih dalam konseling. Konseling baru dapat diberikan dengan baik kalau telah ada data mengenai individu yang mau dibimbing sudah diperoleh.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui berbagai metode yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data di dalam merealisasi bimbingan dan konseling.

3.1 Observasi

Observasi merupakan salah satu metode khusus untuk mendapatkan fakta. Apa yang dimaksud dengan observasi ini dapat dilihat pada apa yang dikemukakan oleh Pauline V Young (1975) sebagai berikut:

"Observation is a systematic and deliberate study through the eye of spontanous occurrences at they acour. The purpose of observation is to percive the nature and extent of significant interalated elements with complex social phenomena culture patterns or human conduct"

Jadi observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Oleh karena observasi dilakukan dengan menggunakan alat indera maka agar observasi dapat berhasil dengan balk, salah satu hal yang harus terpenuhi ialah bahwa alat indera harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena observasi dijalankan dengan menggunakan alat indera, maka segala sesuatu yang dapat ditangkap dengan alat indera dapat diobservasi. Oleh karenanya observasi menyangkut masalah yang sangat kompleks, dan observer dalam hal ini pembimbing harus sensitif di dalam menangkap data itu.

3.1.1 Jenis Observasi .

1) Observasi yang berpartisipasi (participant observation). Dalam observasi ini observer (pembimbing) turut mengambil bagian di dalam peri kehidupan atau situasi dari orang-orang yang diobservasinya (obsenvees). Pada utnumnya bentuk ini dipergunakan untuk melakukan penelitian yang bersifat eksploratif dan biasanya untuk meneliti satuan-satuan sosial yang besar. Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa untuk satuan yang kecil tidak dapat digunakan metode ini. Untuk kelompok yang kecilpun orang dapat menggunakan bentuk ini. Sebagai contoh, pembimbing dapat ikut bermain basket untuk mengobservasi tingkah laku anak yang dibimbingnya, ataupun sifat-sifatnya lain yang ingin diketahuinya. Jadi di sini pembimbing ikut mengambil bagian di dalam situasi kehidupan yang mau diobservasinya.

2. Observasi non-partisipasi (non participant observation). Jenis observasi ini merupakan kebalikan dari teknik sebelumnya

Pada teknik ini observer tidak ambil bagian secara langsung di dalam situasi kehidupan yang diobservasi, tetapi berperan sebagai penonton. Sebagai contoh, pembimbing melakukan observasi pada waktu anak sedang bennain. Pembimbing tidak ikut bennain tetapi hanya melihat bagaimana mereka bermain. Sebagai penonton, pembimbing menangkap aneka faktor yang ingin didapatkannya, seperti bagaimana aktivitasnya, bagaimana kontak sosialnya, dan lain sebagainya.

3) Kuasi partisipasi, di mana dalam observasi itu seolah-olah observer turut berpartisipasi. Jadi sebenarnya hanya pura-pura saja turut ambil bagian dalam situasi kehidupan pihak yang diobservasi.

Klasifikasi tersebut di atas adalah bila dilihat dari peranan observer (pembimbing), yaitu pada turut-tidaknya observer dalam situasi kehidupan dari yang diobservasi. Di samping itu observasi juga dapat dibedakan sebagai observasi yang sistematis dan yang tidak sistematis (non-sistematis).

1)Observasi sistematis dilaksanakan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu sehingga sering pula disebut sebagai Structured Observation. Jadi telah ada suatu struktur yang tertentu. Segala sesuatunya telah disistematisasi, mengenai hal-hal apa yang akan diobservasi dan juga telah dibuat kategori-kategori yang tertentu. Oleh karenanya observasi ini juga sering disebut sebagai observasi dengan sistem kategori.

2). Observasi non-sistematis merupakan observasi di mana yang akan diobservasi belum disistematisasi terlebih dahulu. Tetapi ini tidak berarti bahwa observasi ini adalah observasi yang tidak berencana. Observasi ini tetap telah terencana, hanya materi atau hal-hal yang mau diobservasi belum disistematisasi seperti pada observasi yang sistematis. Jadi pada observasi macam ini observer belum membatasi bahan atau materi menurut kategori tertentu seperti pada sistem kategori. Dengan

Dilihat dari situasinya, observasi dapat dibedakan dalam free situation, manipulated situation, partially controlled situation.

1) Free situation, yaitu merupakan observasi yang dijalankan dalam situasi yang bebas, tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya observasi itu. Karenanya situasinya belum merupakan situasi yang terkontrol (uncontrolled situation).

2) Manipulated situation, yaitu merupakan observasi yang situasinya dengan sengaja diadakan. Dengan sengaja observer memasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel dalam situasi itu untuk menimbulkan situasi yang dikehendaki. Karenanya situasi yang demikian merupakan situasi yang selalu dalam kontrol si observer.

3) Partially controlled situation observation, yaitu merupakan percampuran dari keadaan observasi yang terdahulu. Jadi sebagian situasinya dengan sengaja ditimbulkan sehingga sifatnya terkontrol, sebagian lagi tetap dalam situasi bebas.

Bimbingan dan Konseling di Sekolah

demikia pada sistem ini bidang geraknya masih luas, belum terbatas ke hal-hal yang tercantum dalam kategori. Kalau pada sistem kategori kita tinggal memberikan ceking, misalnya, kepada sifat-sifat yang telah ditentukan terlebih dahulu, maka dalam non-sistematis hal yang semacam ini belum ditentukan.

Dengan adanya bermacam-macam jenis observasi ini, masing-masing dapat digunakan sesuai dengan keadaan yang dihadapi.

3.1.2 Materi Observasi

Materi yang diobservasi bergantung pada maksud serta tujuan dari observasi tersebut. Karena yang dapat diobservasi banyak sekali, bahkan tidak terbatas, maka yang membatasi apa diobservasi adalah maksud serta tujuan dari observasi itu. Apakah

hendak mengobservasi tingkah laku, latar belakang sosial, ataupun hal-hal lain. Oleh karena itu menentukan apa yang akan diobservasi merupakan langkah yang penting di dalam observasi. Setelah menentukan apa yang akan diobservasi maka observer harus menggunakannya sebagai titik tolak dalam melakukan observasi. Observer tidak boleh menyimpang dari tujuan.

3.1.3 Pencatatan Hasil Observasi

Bilamana clan bagaimana mencatat basil observasi adalah merupakan hal yang penting di dalam rangka observasi. Banyak basil observasi menjadi kurang sempurna hanya karena tidaktepat di dalam mencatat hasilnya. Mencatat basil dengan segera adalah langkah yang sebaik-baiknya dalam observasi karena pencatatan dengan segera (on the spot) akan mengeliminasi hal-hal yang tidak sebenarnya. Apalagi bila mengingat bahwa ingatan manusia itu terbatas, mudah lupa. Pencatatan on the spot ini akan mengatasi kelupaan yang mungkin terjadi atas apa yang diobservasi. Namun cara inipun memiliki kelemahan, yaitu bahwa observasi menjadi kurang teliti karena perhatian menjadi mendua, yaitu mengikuti kejadian-kejadian dan mencatat apa yang diobservasi. Di samping itu juga dapat menimbulkan rasa curiga pada pihak yang diobservasi sehingga situasi akan terganggu.

Di samping cara pencatatan secara langsung, ada pula pencatatan yang dilakukan apabila observasi telah selesai. Cara ini juga memiliki kelemahan di samping juga memiliki keuntungan. Dengan cara ini situasi observasi tidak akan terganggu karena yang diobservasi tidak merasa curiga. Namun demikian oleh karena kekuatan ingatan manusia terbatas, sering basil observasi tidak sesuai dengan kenyataan sehingga hasilnya juga menjadi kurang balk.

Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas maka kemudian sering diambil jalan tengah (lebih-lebih bila observasi itu membutuhkan waktu yang lama), yaitu mencatat hasil observasi pada garis besarnya dengan menggunakan key words maupun key symbols. Dengan cara ini kelemahan-kelemahan dari kedua cara tersebut di atas dapat diatasi. Key words clan key symbols ini, apabila observasi telah selesai, kemudian dapat diolah lebih lanjut sehingga menjadi hasil yang lengkap dari observasi.

3.1.4 Fakta dan Interpretasi

Fakta clan interpretasi merupakan hal yang harus diperhatikan dalam observasi. Observasi merupakah hal yang objekti£ Apa yang diobservasi adalah fakta. Sedangkan interpretasi merupakan sudut pandang atau pendapat dari observer. Karenanya dalam observasi harus selalu diingat bahwa apa yang didapat masih merupakan fakta. Interpretasi baru diberikan setelah observasi selesai. Fakta tetap merupakan fakta yang objektif, sedang interpretasi bersifat subjektif.

Sekedar contoh, anak yang menangis sama-sama diobservasi. Faktanya sama, yaitu anak menangis. Tetapi masing-masing orang dapat memberikan interpretasi yang berbeda satu dengan yang lain. Yang satu menyatakan anak itu sakit, sedang yang lainnya menyatakan bahwa anak itu lapar, dsb.

Karena itu pencatatan di dalam observasi sering dibedakan, mana yang fakta, clan mana yang interpretasi. Catatan itu memiliki kolom fakta clan kolom interpretasi.

Contoh: Keadaan rumah anak: dinding : gedeg lantai : tanah

peralatan : 1 meja 2 kursi

interpretasi : keadaannya kurang mampu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam observasi:

1) menentukan materi apa yang hendak diobservasi. Hal ini berhubungan dengan maksud serta tujuan observasi.

2) menentukan cara atau teknik apa yang akan digunakan. Hal ini berhubungan dengan keadaan yang hendak diobservasi. 3) menentukan cara di dalam mencatat hasil observasi. Seyogyanya diambil jalan tengah, lebih-lebih kalau observasi berjalan lama.

4) dalam mencatat hassil observasi haruslah dibedakan mana yang merupakan fakta dan mana yang merupakan interpretasi.

5) harus diingat bahwa kemahiran observasi hanya dapat dicapai dengan mengadakan latihan observasi.

6) selama observasi berlangsung jangan sampai memberikan interpretasi. Interpretasi hanya boleh diberikan setelah observasi selesai.

3.1.5 Beberapa Alat 4bservasi

Menurut Hadi (1968), ada beberapa macam alat yang dapat digunakan dalam situasi yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah: (1) anecdotal records, (2) catatan berkala, (3) check list, (4) rating scale, (5) mechanical devices.

3.1.5.1 Anecdotal Records

Apakah yang dimaksud dengan anecdotal records? Menurut Wrightstone, dkk.(1956), yang dimaksud dengan anecdotal records ialah: anecdotal records are comulative notes of an individual's behavior observed in typical situations.

Sedang apa yang dikemukakan Had] (1968) adalah sebagai berikut: "anecdotal records: biasanya juga disebut Daftar Riwayat Kelakuan; anecdotal records merupakan catatan-catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa (typical behavior)

Jadi anecdotal records merupakan record atau catatancatatan yang bersifat kumulatif dari tingkah laku individu yang luar biasa. Hal-hal yang luar biasa inilah yang dicatat oleh observer atau pembimbing. Pembimbing mempunyai kebebasan untuk menentukan tingkah laku mana yang akan ia catat, yang dianggapnya penting atau luar biasa. Anecdotal records ini sangat membantu pembimbing di dalam mengadakan evaluasi terhadap anak-anak sehingga dengan melihat record ini pembimbing dapat lebih tepat di dalam memberikan evaluasi.

Pada prinsipnya anecdotal records harus segera dibuat setelah suatu peristiwa terjadi. Pembimbing harus mencatat dengan teliti kapan, apa dan bagaimana kejadian itu di dalam keadaan yang objekti£ Jadi bukan bagaimana menurut pendapat observer atau pembimbing. Catatan ini akan memberikan gambaran yang lebih lengkap dari anak yang diobservasi.

Di sekolah kadang-kadang hal ini dikenal sebagai buku hitam, di mana dalam buku ini tercantum nama anak-anak yang menunjukkan adanya tingkah laku yang luar biasa dipandang dari norma atau standar umum.

3.1.5.2 Catatan Berkala

Lain halnya dengan anecdotal records, dalam catatan berkala ini pembimbing tidak mencatat kejadian-kejadian yang luar biasa, melainkan mencatat kejadian pada waktu-waktu yang tertentu. Apa yang dilakukan oleh pembimbing ialah mengadakan observasi atas cara anak bertindak, dalam jangka waktu yang tertentu, dan kemudian pembimbing memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah itu pembimbing menghentikan observasi dan untuk kemudian melakukan observasi dengan cara yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya.

3.1.5.2 Check list

Check list merupakan suatu daftar yang mengandung atau tnencakup faktor-faktor yang ingin diselidiki. Misalnya Problem Check List dari Mooney yang berisi berinacam-macam problem yang ingin diselidiki.

Kadang-kadang check list ini dihubungkan dengan nama anak-anak atau murid-murid bila ingin menyelidiki sifat-sifat mereka. Dengan check list ini dimaksudkan agar basil observasi itu lebih bersifat sistematis. Check list dapat membantu pembimbing karena pembimbing dapat mencatat kejadian-kejadian atau sifatsifat yang dipandang penting seperti yang telah ditetapkan dalam check list tersebut terlebih dahulu. Dengan menggunakan check list maka pembimbing tinggal memberikan tanda-tanda (cek) tertentu pada sifat-sifat atau kejadian-kejadian yang mau diobservasi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Kalau checklist ini dipersiapkan dengan sebaik-baiknya maka tidaklah kecil bantuannya terhadap observer atau pembimbing untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan anak-anak yang ada di dalam kelas itu. Sebagai contoh, beikut ini disajikan sebuah chhek lish.

Check list dalam mengikuti pelajaran

Sehubungan dengan check list ini penulis telah mengeluarkan suatu problem check list yang dapat digunakan untuk menyelidiki atau mengungkap persoalan-persoalan yang ada pada anak anak. Berdasarkan pengalatnan yang telah penulis lakukan, ternyata problem check list ini besar sekali manfaatnya dalam rangka memberikan bitnbingan dan konseling kepada anak-anak. Bagaimana bentuk dan wujud dari problem check list ini dapat ditetnukan di bagian belakang.

3.1.5.4 Rating Scale

Rating scale ini sangat erat hubungannya dengan check list. Kalau check list untuk memberikan ceking ada atau tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, maka pada rating scale didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Jadi tidak hanya ada atau tidaknya gejala atau sifat itu. Rating scale pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku atau sifat-sifat yang harus dicatat secara bertingkat. Observer atau pembimbing mencattat

Faktor atau variabel apa yang akan diselidiki dapatbennacammacam. Hal itu sesuai dengan apa yang ingin kita dapatkan.

Rating scale juga dapat berbentuk sebagai berikut: Descriptive rating scale

yang ingin diketahui sebagai judulnya, sehingga dapat diketahui keadaan anak secara seluruhnya. Contoh yang kedua adalah anak demi anak.

Dengan contoh-contoh tersebut di atas maka akan nampak adanya kesamaan antara check list dan rating scale. Observer atau pembimbing tinggal memberikan tanda-tanda pada tingkatan sifat-sifat tertentu. Dengan demikian pembimbing atau observer tidak perlu memberikan evaluasi yang panjang lebar terhadap anak sehingga dapat menghemat waktu maupun tenaga. Namun demikian pada rating scale terdapat kesalahan-kesalahan yang mungkin dibuat oleh observer atau pembimbing. Oleh karenanya hal itu perlu mendapatkan perhatian. Menurut Hadi (1968), kesesatan-kesesatan atau kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ialah halo effects, generosity effects, carry over effects.

a) Halo effects. Kesesatan ini terjadi jika observer dalam pencatatannya terikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada observer, sedang ia tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu. Misal, seorang penyelidik mungkin terpikat oleh tingkah laku yang sangat sopan dari anak yang diamati dan memberikan penilaian yang tinggi pada kerajinan kerja, sungguhpun sebenarnya anak yang bersangkutan sama sekali tidak demikian. Demikian juga keadaan sebaliknya dapat terjadi. Seorang observer dapat memberikan nilai yang lebih rendah daripada semestinya tentang sesuatu hal oleh karena observer berpakaian kurang rapi sementara dia adalah orang yang biasa berpakaian rapi.

Generosity effects. Kesesatan dapat terjadi karena keinginan untuk berbuat baik. Dalam keadaan yang meragukan, seorang observer cenderung untuk memberikan nilai yang menguntungkan subjek. Jika hal itu terjadi maka generosity effects telah merayap memasuki pernilaian observer

memisahkan satu gejala dari yang lain, dan jika gejala yang satu kelihatan dalam keadaan nyata balk, gejala lainnya dicatat juga dalam keadaan yang balk, sungguhpun kenyataannya tidak demikian. Bila pencatatan gejala yang satu dibawa dalam pencatatan gejala yang lain maka hal ini pasti tidak akan menghasilkan fakta yang sesuai dengan keadaannya.

Pembimbing atau observer dapat terlebih dahulu melihat kesesatan-kesesatan atau kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ini agar dapat menghindarinya.

3.1.5.5 Mechanical Devices

Dengan adanya kemajuan di bidang teknik maka observer atau pembimbing dapat menggunakan alat-alat yang lebih balk di dalam melakukan observasi, misalnya dengan foto-foto/slide, tape recorder, dan sebagainya.

3.2 Kuesioner

Kuesioner atau sering disebut angket merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki, yang juga disebut responden. Dengan kuesioner ini dapat diperoleh fakta-fakta ataupun opini (opinions). Pertanyaan dalam kuesioner tergantung pada maksud serta tujuan yang ingin dicapai. Maksud dan tujuan tersebut berpengaruh terhadap bentuk pertanyaan yang ada dalam kuesioner itu.

Pada umumnya di dalam kuesioner itu kita dapati dua bagian pokok, yaitu:

a. Bagian yang mengandung data identitas, dan

b. Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin diperoleh jawab

Bagian yang mengandung data identitas merupakan bagian yang mengandung data tentang keadaan diri orang atau anak yang diberi kuesioner tersebut, misalnya nama, tanggal lahir, seks, bangsa, agama, dsb. Bagian yang mengandung pertanyaan fakta atau opini ialah bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan fakta atau opini.

3.2.1 Jenis Kuesioner

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat bennacam - macam bentuknya, seperti:

1) pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu pertanyaan - pertanyaan di mana responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan di dalam kuesioner itu. Jadi jawabannya terikat. Responden tidak dapat memberikan jawaban secara bebas seperti yang mungkin dikehendaki oleh responden. Bentuk kuesioner yang mengandung pertanyaan yang demikian coraknya disebut kuesioner yang tertutup (closed questionaire). Biasanya kalau masalah yang hendak dicari jawabannya sudah jelas maka orang menggunakan kuesioner jenis ini.

2) pertanyaan terbuka (open questions), yaitu pertanyaanpertanyaan yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya. Kuesioner dengan pertanyaan jenis ini disebut kuesioner terbuka (open questionaire). Biasanya bila ingin mendapatkan opini, maka dipakailah kuesioner bentuk ini.

3) pertanyaan yang terbuka dan tertutup, yang merupakan pencampuran dari kedua macam pertanyaan tersebut di atas. Dalam kuesioner tersebut di samping ada pertanyaan terbuka juga terdapat pertanyaan tertutup. Kuesioner macam ini disebut kuesioner terbuka tertutup (open and closed questionaire). Jadi dilihat dari macam pertanyaannya maka kuesioner dapat dibedakan atas kuesioner tertutup, terbuka dan tertutup-terbuka

(kombinasi).

Dilihat dari sumber data, kuesioner dapat dibedakan: kuesioner langsung, yaitu apabila kuesioner itu langsung diberikan kepada responden yang ingin diselidiki. Jadi peneliti mendapatkan data dari sumber pertama (first resource), tidak menggunakan perantara untuk memperoleh jawaban. kuesioner tidak langsung, yaitu apabila kuesioner untuk mendapatkan data dibutuhkan perantara, sehingga jawaban yang diperoleh adalah tidak dari the first resources, misalnya orang tua menjawab pertanyaan untuk anaknya, guru menjawab pertanyaan untuk muridnya, dan sebagainya.

Mengingat bahwa kuesioner itu merupakan daftar yang mengandung pertanyaan-pertanyaan dan dapat dikenakan kepada orang-orang yang jauh tempatnya, maka ini merupakan alat yang praktis untuk memperoleh data. Tetapi ini tidak berarti bahwa terhadap semua situasi akan dapat dikenai dengan cara ini, sebab ada situasi yang lebih tepat dikenai metode lain.

3.2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Kuesioner

Dalam kuesioner ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

yaitu:

pergunakan kuesioner dalam keadaan atau situasi yang setepat-tepatnya, sebab ada situasi di mana tidak tepat untuk menggunakan suatu metode tertentu. Misalnya apabila waktu yang tersedia kurang, sasarannya banyak atau luas, maka dalam situasi yang demikian akan lebih tepat apabila digunakan kuesioner.

tentukan terlebih dahulu tujuan dari kuesioner itu, baik tujuan yang umum maupun tujuan khusus. Misalnya, apakah yang dituju adalah latar belakang sosial anak, minat anak

hat-hal yang lain. Tujuan ini akan menentukan pertanyaanpertanyaan yang akan disusun. Tanpa adanya tujuan yang jelas maka akan sulit untuk menyusun pertanyaan dalam kuesioner itu.

3) tentukan dan susunlah pertanyaan-pertanyaan itu dengan sebaik-baiknya. Tidaklah berlebihan kalau dikemukakan bahwa banyak kuesioner yang kurang berharga karena kesalahan dalam pertanyaan-pertanyaannya, karena balk tidaknya kuesioner tergantung pada pertanyaan-pertanyaannya. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam menyusun pertanyaan antara lain adalah:

a) pertanyaan hendaknya pendek dan jelas (mudah dimengerti).

b) pertanyaan hendaknya jangan satnpai dobel, dalam satu pertanyaan jangan ada lebih dari satu aitem.

c) pertanyaan harus konkrit atau tegas sehingga orang dapat menjawab atau tidak.

d) pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan baru. e) pertanyaan jangan sampai menimbulkan hal-hal yang memalukan.

fl apabila di dalam pertanyaan itu ada pemilihan, maka pertanyaan hendaknya didahului dengan pertanyaan tentang posisinya (misalnya pertanyaan "apakah saudara menjahit?" harus didahului pertanyaan "Apakah saudara penjahit?).

4) apabila pertanyaan-pertanyaan itu telah ditentukan maka pertanyaan-pertanyaan itu digolong-golongkan menurut golongannya masing-masing, agar lebih sistematis dan lebih mudah di dalam melakukan penggolongan lebih lanjut.

5) apabila telah tersusun, diadakan checking ataupun try out untuk memeriksa apakah ada aitem-aitem (pertanyaan-pertanyaan) yang perlu diperbaiki, balk mengenai kata-katanya maupun tnengenai kalimat-kalimatnya. Dengan langkah ini maka diharapkan akan didapatkan kuesioner yang lebih baik.

3.2.3 Keuntungan dan Kelemahan Metode Kuesioner

Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan metode kuesioner ini, yaitu:

1) Metode ini merupakan metode yang praktis karena dalam waktu yang singkat dapat diperoleh data yang banyak, dan dapat dilakukan sekalipun tempatnya jauh.

2) Selain praktis, metode ini juga ekonomis, terutama dalam segi tenaga. Untuk menggunakan kuesioner maka sedikit tenaga yang diperlukan.

3) Orang dapat menjawab dengan terbuka atau leluasa, tidak dipengaruhi oleh orang lain.

Tetapi di samping itu juga terlihat kelemahan-kelemahan dari metode ini, yaitu:

Dengan metode ini ada kemungkinan tidak dapat berhadapan muka secara langsung dengan responden, maka apabila ada pertanyaan yang kurang jelas maka responden sulit untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut.

Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah tertentu, tidak dapat diubah atau disesesuaikan dengan situasi sekitarnya atau kemampuan responden, sehingga sifatnya agak kaku.

Sukar untuk responden.

Sulit untuk memberikan jaminan bahwa kuesioner yang telah disebarkan akan kembali seluruhnya.

2)

3) 4)

rnengadakan checking terhadap jawaban

Sekalipun terlihat memiliki beberapa kelemahan pada metode kuesioner in], namun kalau disusun dengan sebaik-baiknya maka

sumbangan metode ini tidaklah kecil sebagai salah satu metode untuk mendapatkan data, tennasuk dalam rangka bimbingan dan konseling.

3.3 Interviu (Wawancara)

Interviu merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data tentang anak atau individu lain dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to ftice relation). Kalau dilihat dari segi pertanyaan, maka antara interviu dengan kuesioner terdapat persamaan, di samping juga ada perbedaan. Balk intervlu maupun kuesioner kedua-duanya menggunakan pertanyaanpertanyaan, hanya saja di dalam cara menyajikannya saja yang berbeda. Kalau pada interviu disajikan secara lisan, maka dalam kuesioner disajikan derigan cara tertulis.

3.3.1 Kebaikan dan Kelemahan Interviu

Kedua metode in] masing-masing mempunyai segi kebaikannya tetapi juga mempunyai segi kelemahannya, yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Dengan interviu maka pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diperjelas oleh interviewer (yang menginterviu) sehingga interviewee atau informan lebih mengerti akan apa yang dimaksudkan. Kelebihan ini tidak terdapat pada kuesioner.

2) Bahasa dari interviewer dapat disesuaikan dengan keadaan interviewee. Hal ini juga tidak terdapat pada kuesioner.

3) Oleh karena ada hubungan langsung (face to face), maka diharapkan dapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik, sehingga akan mempunyai pengaruh yang baik pula terhadap hasil interviu. Namun demikian jika sebaliknya, apabila hubungannya tidak balk, maka hal ini juga akan berpengaruh buruk terhadap basil interviu.

Metode untuk Mendapatkan Data

Sebaliknya juga dapat dilihat segi-segi yang kurang menguntungkan dari interviu ini, yaitu antara lain:

1} Interviu kurang hemat, balk dalam soal waktu maupun tenaga karena interviu membutuhkan waktu lama yang tentu membutuhkan lebih banyak tenaga. Dilihat dari segi ini amaka kuesioner lebih menguntungkan.

2) Interviu membutuhkan keahlian, yang memerlukan pendidikan khusus yang membutuhkan waktu yang lama. Hal semacam ini tidak didapati dalam kuesioner.

3) Dalam interviu, apabila telah ada prasangka, maka hal itu akan mempengaruhi basil interviu. Hasilnya menjadi tidak objektif. Hal in] tidak akan didapati dalam kuesioner.

Sekalipun ada segi-segi yang kurang menguntungkan dari interviu ini, namun kalau memperhatikan patokan-patokan di dalam melakukan interviu, maka interviu juga banyak menyumbang sebagai metode untuk mendapatkan data. Bahkan dalam proses konseling, interviu merupakan alat yang pokok (primary tool). Alat yang lain mungkin dapat ditinggalkan, tetapi interviu di dalam proses konseling tidak dapat ditinggalkan sama sekali. Pada umumnya salah satu keuntungan dari interviu ialah sifat fleksibilitasnya.

3.3.2 1Vlacam-macam Interviu

Di dalam interviu terdapat bennacam-macam jenis sesuai dengan tujuan ataupun sifat-sifat lain yang ada dalam interviu itu. Menurut apa yang ingin dituju, interviu dibedakan:

1) The employment interview, yaitu interviu yang dijalankan dengan suatu maksud yang berhubungan dengan employment. Pada umumnya interviu ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai di mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kriteria yang diminta oleh sesuatu employment.

2) Informational interview, yaitu interviu yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

3) Administrative interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan di dalam tindakannya (changes in behavior).

4) Counseling interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan konseling. Interviu ini khas digunakan dalam proses konseling.

Menurut jumlah orang yang diinterviu, maka interviu dapat dibedakan:

1) Interviu perorangan (individual) 2) Interviu kelompok.

Menurut peran yang dimainkan, maka interviu dapat dibedakan dalam:

1) The non-directive interview, yaitu interviu yang digunakan dalam proses konseling.

2) The,focused interview, yaitu interviu yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan dengan objek-objek yang diselidiki.

3) The repeated interview, yaitu interviu yang berulang. Interviu ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan tertentu terutama proses sosial.

3.3.3 Bagian-bagian Interviu

Apabila dianalisis, di dalam interviu terdapat bagian-bagian tertentu yang terdapat dalam semua interviu, yang oleh karenanya dapat dipandang sebagai bagian-bagian dari interviu, yaitu:

1) Pennulaan atau pendahuluan interviu. Bagian ini terutama ditujukan untuk mendapatkan hubungan yang baik (dalam

Mstode untuk Mendapatkan Data

mengadakan kontak yang pertatna) antara interviuer dengan yang diinterviu, dan biasanya diisi dengan penyampaian maksud serta tujuan dari interviu itu. Peran dari bagian ini karena dengan kontak pertama in] akan didapatkan gambaran tentang jalannya intetviu selanjutnya. Kalau telah terjadi hubungan yang balk dan titnbul perasaan saling percaya maka hal ini akan menjadi sumbangan yang besar artinya di dalam interviu selanjutnya.

Inti interviu. Bagian ini merupakan bagian di mana maksud serta tujuan interviu harus dapat dicapai. Apabila maksud dari interviu untuk mengumpulkan data latar belakang sosial, maka pada bagian ini maksud itu harus bisa dicapai.

Akhir interviu. Ini merupakan bagian untuk mengakhiri jalannya interviu. Intetviu dapat ditutup dengan melakukan penyimpulan tentang apa yang telah dibicarakan (tnisalnya dalam counseling interview). Kadang-kadang interviu ditutup dengan menentukan waktu kapan intetviu itu akan dilanjutkan lagi, bila masih dibutuhkan untuk mengadakan interviu lagi.

3.3.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Interviu

Agar interviu dapat mencapai hasil yang balk maka intetviviu tersebut harus memperhatikan beberapa hal berikut:

1)

Orang yang akan mengadakan interviu harus mempunyai latar belakang tentang apa yang akan ditanyakan. Oleh karenanya apa yang akan ditanyakan perlu dipersiapkan dengan sebaikbaiknya agar interviu dapat berlangsung dengan lancar, sistematis dan teratur.

Interviuer harus menjelaskan dengan sebaik-baiknya apa tnaksud serta tujuan dari interviu tersebut.

Dalam interviu harus dijaga agar selalu ada hubungan yang baik. Hubungan yang baik ini akan tnetnberikan sumbangan

yang besar terhadap proses dan hasil yang akan dicapai.

4) Interviuer atau pembimbing harus dapat dipercaya. la harus dapat menjaga rahasia. Bila tidak maka klien tidak akan mau mengutarakan masalahnya secara terbuka.

5) Pertanyaan hendaknya diajukan dengan had-hati, teliti dan dengan kalimat yang jelas.

6) Harus dijaga jangan sampai ada hal-hal yang mungkin akan mengganggu jalannya interviu. Apabila ada hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan gangguan, sebaiknya hal tersebut disingkirkan terlebih dahulu.

7) Bahasa yang digunakan oleh interviuer harus disesuaikan dengan kemampuan dart yang diinterviu.

8) Sekalipun pertanyaan-pertanyaan telah dipersiapkan terlebih dahulu, namun hendaknya pertanyaan-pertanyaan jangan diberikan secara kaku. Masing-masing pertanyaan dapat diperluas ke hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan itu (cross examining).

9) Interviuer atau pembimbing harus menjaga jangan sampai ada waktu diam yang terlalu lama karena hal itu akan dapat mematikan suasana interviu.

10) Interviuer atau pembimbing harus melakukan kontrol di dalam interviu. Kalau ada hal-hal yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya maka interviuer perlu mencari ketegasannya.

11) Pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan kontrol diajukan setelah interviu sampai pada suatu titik tertentu. Jadi jangan memotong pembicaraan karena hal itu akan mengganggu jalannya interviu.

12) Kalau di dalam interviu terdapat miracle, maka interviuer harus mencari jalan untuk keluar dart miracle tersebut, misalnya mencari topik pembicaraan yang lain.

13) Waktu pelaksaanaan interviu sebenarnya tergantung kepada masalahnya, tetapi pada umumnya interviu yang terlalu lama

akan melelahkan kedua belah pihak, karenanya waktu interviu sekitar l/2 jam sudah dapat dianggap cukup.

14) Di dalam interviu hendaknya dihindarkan tentang "AKU" dari interviuer atau konselor (personal pronoun). Jangan sampai aku tersebut ditonjol-tonjolkan.

3.4 Sosiometri

Menurut Wrightstone, dkk. (1956), yang dimaksud dengan sosiometri ialah:

"Sociomerry may be describe as means of presenting simply and graphycally the entire structure of relations existing at a given time among members of a given group" (Wrightstone, dkk., 1956, p. 199).

Pengertian sosiometri pertama-tama dikemukakan oleh Moreno dalam buku Who shall Survive yang kemudian mengalami perkembangan lebih lanjut.

Dengan kata lain, sosiometri sebenarnya menunjukkan sesuatu, yaitu tentang "ukuran berteman". Jadi dengan sosiometri ini dapat dilihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik tidaknya seseorang di dalam berteman atau bergaul dapat dilihat dengan menggunakan sosiometri ini. Dengan demikian besar sekali peran sosiometri untuk mendapatkan data sekitar anak-anak terutama di dalam hubungan atau kontak sosialnya.

3.4.1 Kriteria Hubungan Sosial

Balk tidaknya hubungan sosial seorang individu dengan individu yang lain dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:

1) Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau individu tersebut bergaul. Makin sering individu bergaul maka pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan

lebih-lebih bagi seorang pembimbing, di dalam menyelidiki atau memahami keadaan masing-masing anak di dalam kelas. Anak yang terasingkan atau yang.ditolak oleh teman-temannya merupakan problem child yang mungkin sekali akan mengganggu kemajuan dalam pelajarannya. Untuk membantu anak tersebut maka pembimbing harus mengetahui alasan teman-temannya mengapa menolak dia. Jawaban itu dapat diperoleh dari alasan yang diajukan oleh anak-anak dalam kuesioner sosiometris itu. Bei•dasar alasan ini pembimbing dapat mengambil langkah lebih lanjut dalam memberikan bimbingan kepada anak tersebut. Dari contoh ini dapat dikemukakan bahwa hasil dari sosiometri dapat digunakan sebagai titik tolak untuk memberikan konseling.

3.4.2 Sosiogram

Apa yang dicapai dengan kuesioner sosiometris pada umumnya akan diolah lebih lanjut. Hasil dari kuesioner itu dikumpulkan dan dimasukkan dalam daftar tabulasi dan dikalkulasi, menjadi suatu bentuk matriks seperti di bawah ini. Ini yang disebut analisis matriks. Hasil perhitungan dari hasil sosiometri itu kemudian dibuat menjadi sosiogram. Ini yang sering disebut analisis sosiogram.

Contoh pembuatan sosiogram adalah sebagai beriku

Keterangan:

1. Angka-angka pada tabulasi merupakan kode anak-anak. 2. Y- = sigma/jumlah

3. Buat lingkaran-lingkaran sebanyak range frekuensi (dari yang paling rendah ke yang paling tinggi). lni yang disebut pembuatan sosiogram model lingkaran.

DI dalam sosiogram, arah pemilihan yang positifdigambarkan sebagai anak panah dengan garis yang utuh, sedangkan arah penolakan digambarkan dengan anak panah dengan garis yang terputus-putus.

Contoh:

A > B Arah yang menunjukkan pemilihan A kepada B

A < > B saling mengadakan pemilihan, A memilih B, dan B memilih A.

A -'--> B Anak panah dengan garis putus-putus menunjukkan penolakan, A menolak B.

A -~ B A menolak B, tetapi B memilih A.

A *-~ B Saling tolak menolak, A menolak B dan B juga menolak A.

Hubungan atau relasi sosial individu-individu dalam suatu kelompok yang membentuk suatu susunan yang tertentu disebut konfigurasi. Untuk memberikan gambaran tentang adanya bennacam-macam konfigurasi dapat dilihat konfigurasi-konfigurasi di bawah ini.

A- Bentuk ini merupakan suatu persahabatan atau hubungan yang erat dengan intensitas B E----C cukup kuat.

A Konfigurasi ini kurang baik sebab kalau

F-_,~, I /B M (yang berkedudukan sebagai pusat) tidak

M ada maka kelompok itu akan pecah

E~ I -\C (desintegrasi). Ini yang disebut konfigu

D rasi bentuk bintang atau bentuk roda.

A

Suatu hubungan sosial yang intensitasnya lebih kuat dari contoh pertama. lni kofigurasi bentuk segi tiga.

Konfigurasi in] mempunyai intensitas yang kuat.

Bimbingan dan KonsEting di Sekotah

3.4.3 Analisis Indeks

Pada umumnya hasil sosiometri akan dianalisis lebih lanjut, yaitu dengan analisis matriks, analisis sosiogram, dan analisis indeks. Dalam analisis indeks dihitung berapakah besarnya indeks untuk masing-masing individu dalam kelompok yang diselidiki itu.

Di dalam analisis indeks ini ada 3 status atau kedudukan, yaitu: (1) status pemilihan (choice status: cs), (2) status penolakan (rejection status: rs), dan (3) status pemilihan dan penolakan (cs dan rs ).

D E-- C

A konfigurasi ini mempunyai intensitas yang

Z~ ~\ kuat sekali, yang tidak mudah terpisah ka B E rena masing-masing mempunyai hubungan sosial yang baik. Ini yang disebut konfiguCHD rasi bentuk jala (network).

Metode untuk Msndapatkan Data

91

1) Status pemilihan (cs)

Status pemilihan dari seseorang dalam suatu kelompok dapat dicari dengan menggunakan rumus:

jumlah anak yang memilih A cs A = -----------------------------------

Keterangan:

A = kode anak yang diselidiki dalam kelompok N = jumlah anak di dalam kelompok

Contoh:

Misalnya dicari indeks pemilihan dari A. N = 16 (jumlah anak dalam kelompok ada 16). Anak yang memilih A ada 9.

Maka:

9

es A = = 0,6 (ini merupakan indeks popularitas). 16

Kalau cs = 0 maka hal ini menunjukkan indeks tak terpilih, di mana tidak ada anak yang memilih anak tersebut.

Kalau cs = 1 maka oerarti semua anak memilih anak tersebut.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa rentang (range) cs bergerak dari 0 sampai 1. Tiap-tiap anak dapat ditempatkan pada rentang tersebut.

2) Status penolakan (rs)

Status penolakan dapat dicari dengan rumus: jumlah anak yang menolak A

rs A = ---------------------------N - 1

92

3) Status pemilihan dan penolakan (cs dan rs)

Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Jika rs lebih besar dari cs, setelah dikurangkan maka status individu yang bersangkutan adalah negatif.

Dengan cara ini dapat ditentukan apakah anak tersebut dalam pergaulan sosialnya disukai oleh teman-temannya atau sebaliknya. Jika angka indeksnya minus berarti anak tersebut tidak disenangi oleh teman-temannya.

Setelah diketahui indeks dari masing-masing anak dalam pergaulan sosialnya dengan teman-temannya, maka selanjutnya dapat ditempatkan masing-masing anak tersebut dalam rentang pergaulan sosialnya.

Karena range cs bergerak 0 sampai 1, ini berarti anak yang paling balk akan mendapatkan nilai indeks popularitas 1, sedang yang paling jelek akan mendapatkan nilai indeks 0.

Sedangkan rs memiliki rentang dari -1 sampai 0. Ini berarti bahwa yang paling banyak ditolak mempunyai indeks -1, sedang yang tidak mendapatkan penolakan samasekali mendapatkan nilai 0.

Dalam cs.rs memiliki rentang yang akan bergerak antara -1 sam-pai 1. Ini berarti bahwa yang paling baik (yang paling populer) mencapai nilai 1, sedangkan yang paling ditolak mencapai nilai - l.

Dengan skala ini masing-masing anak dapat ditempatkan di dalam rentang pergaulan sesuai dengan nilai indeks yang dicapai oleh masing-masing anak di dalam kelompok itu. Dengan demikian

Status ini dapat dicari dengan rumus:

jumlah pemilih A - jumlah penolakan A cs.rs.A = -----------------------------------------------N -1

menjadi jelas bagaimana sosiometri memberikan sumbangan yang besar di dalam bimbingan dan konseling.

3.5 Test

Test adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang telah dipilih dengan seksama dan telah distandardisasikan. hm berarti telah ada standar yang tertentu.

Dilihat dari cara mengerjakannya, test ini kelihatan seperti eksperimen. Namun kedua metode ini adalah berbeda. Perbedaan yang pokok justru terletak pada standardisasi dari test itu. Dengan eksperimen orang mau menimbulkan gejala atau situasi yang ingin diselidiki dengan tujuan untuk mengecek sesuatu pendapat atau hipotesis atau ingin mendapatkan sesuatu pendapat. Pada test orang ingin mengetahui kemampuan-kemampuan ataupun faktor-faktor yang lain dari testee (orang yang ditest). Yang penting pada test telah ada standardisasi clan hal ini tidak terdapat dalam eksperimen.

Dalam kesempatan ini bukanlah maksud penulis untuk membicarakan segala persoalan mengenai test, sebab untuk hal ini sudah ada bidang sendiri yang membicarakannya, yaitu psikodiagnostik. Di sin] penulis hanya ingin mengemukakan bagaimana sumbangan atau peranan test sebagai salah satu metode atau alat untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah bimbingan dan konseling.

Test sebagai suatu metode penyelidikan mulai dikenal setelah Binet, yang pada tahun 1904 mendapatkan tugas dari pemerintah Perancis untuk mengadakan penyelidikan atas anak-anak yang mengalami kelambatan belajar bila dibandingkan dengan temantemannya. Setelah Binet mengadakan penyelidikan ternyata bahwa anak yang terlambat di dalam mengikuti pelajaran memang

anak-anak yang kurang normal apabila dibandingkan dengan teman-temannya. Di waktu kemudian penyelidikan dikerjakannya bersama-sama dengan Simon, hingga sering pula dikenal sebagai test Binet-Simon, mengenai inteligensi. Sumbangan yang utama dari Binet ialah merintis adanya test clan menentukan standarstandar pertanyaan yang didasarkan atas keadaan anak-anak yang nonnal. Ini berarti kalau anak itu nonnal maka akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan untuk masing-masing tingkatan umur atau golongan umur tertentu. Test Binet ini disempurnakan oleh ahli-ahli yang lain. Salah satu revisi yang terkenal ialah revisi dari Tennan untuk dipakai di Amerika. Karena Tennan ini bekerja di Stanford University maka revisinya dikenal dengan Stanford Rrevision, clan sering disebut test inteligensi Stanford-Binet.

Baik tidaknya suatu test tergantung kepada validitas serta reliabilitas dari test tersebut. Validitas sesuatu test adalah ukuran sampai di mana test itu mengukur apa yang ingin diukur atau ditest. Semisal test inteligensi, apakah test itu betul-betul mengukur inteligensi, bukan mengukur kemampuan yang lain. Jadi test itu dikatakan valid kalau test itu betul-betul dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur.

Yang dimaksud dengan reliabilitas dari test adaalah keajegan dari test itu, yaitu apabila test itu diberikan pada subjek yang sama pada waktu yang berbeda, maka hasil test tadi akan menunjukkan hasil yang sama, atau dengan kata lain test tersebut menunjukkan adanya keajegan hasil. Oleh karena itu sebelum test dapat digunakan secara menyeluruh maka pada umumnya akan dicari dahulu validitas serta reliabilitas dari test tersebut. Untuk mencarinya ada teknik tersendiri (hal in] adalah penting bagi para ahli yang ingin menciptakan test). Hal ini akan dibicarakan dalam konstruksi tes

Ro, test Binet.

test peraga (performance), yaitu test di mana testee di dalam mengerjakan test itu tidak perlu menggunakan bahasa, cukup menggunakan perbuatan-perbuatan, seperti pada test balok, test menggambar orang.

Test performance ini timbul sebagai suatu usaha untuk mengatasi salah satu kelemahan test, yaitu bahwa test terikat kepada unsur kebudayaan dari mana test itu berasal. Berhubung dengan hal tersebut maka orang lalu mencari atau menciptakan test yang sedikit banyak ingin mengurangi atau bahkan menghilangkan kelemahan ini yaitu dengan menciptakan test yang bebas dari unsur kebudayaan. Karenanya kemudian timbul test performance ini dengan suatu perhitungan bahwa test ini akan bebas dari unsur kebudayaan.

Kalau suatu test digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang maka test ini disebut test bakat atau aptitude test. Dalam bimbingan dan konseling, test bakat ini penting kedudukannya, sekalipun test yang lain juga penting, lebih-lebih dalam hal bimbingan jabatan, untuk menempatkan seseorang yang sesuai dengan bakat yang ada pada individu itu. Banyak anak mengalami kegagalan di sekolah karena apa yang dituntut memang kurang sesuai dengan bakat yang ada padanya. Dengan test ini sedikit banyak akan dapat terungkap bakat yang ada pada individu itu.

Kalau test digunakan untuk mengetahui kecepatan testee dalam bekerja, maka test ini disebut speed test. Dalam test ini yang diutamakan ialah kecepatan kerjanya. Dalam waktu tertentu sampai sejauh mana prestasi yang dapat dicapai oleh individu yang bersangkutan.Kalau test digunakan untuk mengetahui kemampuan individu di dalam mengerjakan sesuatu maka test ini disebut power test. Dalam power test ini soal waktu tidak begitu dipentingkan. Yang

terpenting ialah sampai sejauh mana kemampuan individu itu di dalam mengerjakan test itu.

Ka1au test digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana individu mampu di dalam tnelakukan performance terhadap sesuatu yang telah pernah diterimanya, maka test ini merupakan achievement test. Seperti apa yang dikemukakan oleh Cronbach (1984, p. 31):

"Since one of the principle use of such a test is to evaluate performance of persons who have been given training in the task, these test are often referred to as achievement tests':

Di samping bertnacam-macam test seperti tersebut di atas, masih ada test proyeksi, di mana testee di dalam menghadapi test itu akan memproyeksikan dirinya ke dalam test. Dalam bimbingan dan konseling test in] sering digunakan terutama apabila menghadapi klien yang mengalami gangguan-gangguan pribadi terutama dalam soal emosi. Test proyeksi misalnya test Rorschach (Ro), TAT (Thematic Apperception Test). Pada ummnnya dengan test proyeksi ini konselor dapat mengungkap hal-hal yang tidak dapat terungkap dengan metode-metode yang lain. Misalnya, karena adanya sesuatu hal yang memalukan yang mungkin tidak akan diutarakan oleh klien dalam interviu, maka mungkin akan dapat terungkap dalam test proyeksi int. Dengan uraian ini maka menjadi jelas bagaimana sumbangan test sebagai suatu metode untuk mendapatkan data dalam bimbingan dan konseling.

3.6 Case Study

Case study ini merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Karenanya dalam hal ini terdapat hal-hal yang berbeda dengan metode-metode yang lain, misalnya dengan observasi, interviu, kuesioner. Pada metode case study ini diperlukan ba

informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas.

Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode-metode yang lain. Dengan metode case study ini pembimbing bisa mendapatkan tinjauan yang mendalam. Case study sebagai suatu metode untuk mengadakan persiapan konseling dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu bagian-bagian yang mengandung:

a. Data identitas (data pengenal)

b. Tanda-tanda atau gejala-gejala yang menampak c. Data-data sekitar klien:

1) Latar belakang keluarga (family background), antara lain: - lingkungan rumah

- bagaimana hubungan anggota keluarga - status ekonominya

- disiplin dalam rumah

- bagaimana sikap orang tua terhadap anak dan seba liknya.

2) Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: - kesehatan anak pada umumnya

- keadaan physical defect (kalau ada) - keadaan alat indera pada umumnya. 3) Data mengenai segi pendidikannya:

- records di sekolah

- kemajuan dan kemunduran di sekolah

- kemampuan dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya.

4) Social behavior dan minatnya, antara lain: - hobinya

- hubungan sosialnya

- kepercayaan kepada diri sendiri - inisiatif, dan sebagainya

5) Test data, antara lain:

Mstode untuk Mendapatkan Data 99

- perhatiannya - bakatnya

- achievement, dan sebagainya.

d. Interpretasi dari data dan diagnosis (kesimpulan).

e. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling.

0 komentar:

Post a Comment

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
 
Copyright © 2015. Literatur Karya Ilmiah . N-A Shop.com
popok cuci ulang | popok cuci ulang | menstrualpad | Biohikmah | clodi banyuwangi| menspad | celana plastik | cloth diapers
Distributor Clodi 2015 Clodi murahCelana Lampin