MAKALAH BAHASA INGGRIS

/ On : 9:12 PM/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan Tinggalkan Comentar Anda.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-Based Curriculum) adalal kurikulum pendidikan yang menjadikan kompetensi sebagai acuan pencapaiai tujuan pendidikan (Competency-Based Curriculum). Kemampuan dai keterampilan apa yang ingin dicapai siswa menjadi tujuan utama pembel ajaran. Ini berbeda realisasinya dengan kurikulum yang berbasis mater (Content-Based Curriculum), yang dampaknya guru 'mengejar penyelesaiai materi'.

Dalam KBK kompetensi dijelaskan dalam bagan berikut :

a. KOMPETENSI ------ PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN NILAI DASAR YANG TERCERMIN DALAM KEBIASAAN BERPIKIR DAN BERTINDAK

b. SISWA YANG KOMPETEN ------ MEMILIKI PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN NILAI DASAR UNTUK MELAKUKAN SESUATU.

KBK adalah perangkat rencana dan pengaturan tentang:

  1. KOMPETENSI & HASIL BELAJAR SISWA YANG INGIN DICAPAI
  2. STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR YANG DIGUNAKAN
  3. SISTEM PENILAIAN YANG DIACU
  4. PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA PENDIDIKAN

Keempat hal itu terdokumentasikan sebagai satu kesatuan Dokumen Kurikulun Berbasis Kompetensi.

B. Bagaimana Karakteristik Utamanya?

a. MENEKANKAN PENCAPAIAN KOMPETENS TUNTASNYA MATERI.

(Nanti tidak ada lagi keluhan guru di akhir semster “ Wah metriku belum habis!" atau "Wah, saya belum menyelesaikan materi )

b. KURIKULUM DAPAT DIPERLUAS, DIPERDALAM, DAN

DISESUIKAN DENGAN POTENSI SISWA (NORMAL, SEDANG,

DAN TINGGI )

c. BERPUSAT PADA SISWA

d. ORIENTASI PADA PROSES DAN HASIL

e. PENDEKATAN & METODE YANG DIGUNAKAI BERSIFAT

KONTEKSTUAL

f. GURU BUKAN SATU-SATUNYA SUMBER ILM (SISWA DAPAT

BELAJAR DARI APA SAJA)

g. BUKU PELAJARAN BUKAN SATU-SATUNYA SUP

h. BELAJAR SEPANJANG HAYAT BELAJAR MFNGETAHUI

(LEARNING HOW T( BELAJAR MELAKUKAN (LEARNING HOW

TO r BELAJAR MENJADI DIRI SENDIRI (LEARNING r BELAJAR

HIDUP DALAM KEBERAGAMAN (LE LIVE TOGETHER)

C. Bagaimana Sistem Penilaiannya?

a. BERORIENTASI KOMPETENSI HASIL BELAJAR DAN INDIKATORNYA

b. PENILAIAN BERBASIS KELAS MENILAI APA YANG SEHARUSNYA

DINILAI, BUKAN APA YANG DIKETAHUI SISWA .

Dengan konsep itu, proses penilai berlansung terus menerus. Data nilai diambil dari be berbagai cara, tidak hanya hasil tes, menilai dari penampilan, kinerja, dai Yang mendapat nilai tinggi dalam siswa yang olah raganya paling b ulangan tentang olah raga.

c. MENEKANKAN PROSES & HASIL BELAJAR O BERLANJUTAN &

KOMPREHENSIF

d. ALAT PENILAIAN

- TES KINERJA: DISIPLIN, KERJA SAMA, KEPEMIMPINAN

INISIATIF DI KELAS

- HASIL KARYA: LAPORAN, GAMBAR, BAGAN, KARYA SENI, DLL.

- TES TERTULIS: HASIL ULANGAN

- PROYEK: BEKERJA DALAM TIM

- PORTOFOLIO: KUMPULAN KARYA BELAJAR SATU SEMESTER

ATAU I TAHUN

D. Hierarki Tujuan Pendidikan Nasional Apa

yang Ingin Dicapai ?

Tujuan pendidikan nasional dijabarkan menjadi

1. KOMPETENSI LINTAS KURIKULUM

2. KOMPETENSI TAMATAN

3. KOMPETENSI RUMPUN MATA PELAJARAN

4.KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN

- KOMPETENSI DASAR

- HASIL BELAJAR

- INDIKATOR HASIL BELAJAR

E. Bagaimanakah Kedudukan Pendekatan

Kontekstual dalam KBK?

Kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpijak pada keinginan untuk menghidupkan kelas. Kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa dengan segala aktivitas belajarnya untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Sementara, KBK secara umum berisi daftar kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk semua jenjang pendidikan.

Dalam hubungan semacam itu, pendekatan kontekstual berperan sebagai strategi untuk mencapai, sedangkan KBK sebagai acuan pencapaian kompetensi minimal. Jadi, kontekstual adalah sebuah strategi pembelajaran. KBK merupakan pedoman yang berisi gambaran tujuan pendidikan nasional, pengaturan tentang jenjang sekolah, deskripsi bidang studi, daftar kompetensi per bidang studi yang ingin dicapai, sistem penilaian, clan pengelolaan sekolah.

BAB II

Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam KBK

A. Penerapan.

Kapan pendekatan Kontekstual diterapkan dalam KBK?

A.KETIKA GURU MENGAJARKAN APA YANG SEHARUSNYA DIAJARKAN!

BUKAN SEKADAR PENGETAHUAN TENTANG "X"

B. KETIKA GURU INGIN MENCAPAI KOMPETENSI DASAR YANG

DITARGETKANNYA, BUKAN 'MENYELESAIKAN MATERI'

C. KETIKA PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAI DIAJARKAN DEKAT

DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI

D. KETIKA SISWA MENCARI, MENEMUKAN, DAN MENGKONSTRUK

SIKAN SENDIRI PENGETAHAUAN DAN KETERAMPILANNYA .

E. KETIKA KELAS 'HIDUP' (SISWA BEKERJA DAN BERLATIH), BUKAN

GURU AKTING DI PANGGUNG (MURID MENONTON )

E. KETIKA SETIAP PELAJARAN AKAN DIMULAI, BERTERIAK "HORE,

PELAJARAN IPA!" "HORE PELAJARAN MATEMATIKA!" "ASYIK,

BELAJAR, QURAN" "ASYIK, PELAJARAN BAHASA INGGRIS.

F.KETIKA GURU MENILAI APA YANG SEHARUSNYA DINILAI, BUKAN

MELULU MENILAI PENGETAHUAN SISWA

G. KETIKA GURU MENGUMPULKAN NILAI DARI PRODUK, KINERJA,

DAN TES.

B. Contoh Model Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Mata Pelajaran Bahasa Inggris .

1. Masalah

Berdasarkan catatan guru, selama dua tahun terakhir belajar murni akhir Bahasa Inggris, khususnya keterampilan be siswa kelas III, SLTP ... dari 40 siswa rata-rata 63,5 (65,tahun 2003). Hasil analisis guru menunjukkan bahwa da bulanan (Test-1=63; Test-2=61; Test-3=62; Test-4=64), nilai r keseluruhan kelas 62,5. Nilai ini merupakan nilai evaluasi setiap cawu III Tahun 2002 dan 2003. Hingga saat ini, pasti, belum diketahui penyebab masalah tersebut. Walaupun demikian pengamatan guru pengasuh mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut di atas menunjukkan beberapa indikasi yang dapat dasar asumsi penyebab masalah.

Pertama, siswa merasa enggan mempraktikkan bahasa Inggris baik di ruang kelas, lingkungan sekolah, apalagi di luar lingkungan sekolah karena mereka belum memahami benar keberadaan bahasa Inggris sebagai bahasa ilmu pengetahuan, terutama kesadaran terhadap penguasaan speaking sebagai alat komunikasi lisan internasional. Kedua, guru terlalu mendominasi kelas, dalam arti persentase berbicara guru lebih besar daripada siswa dalam kegiatan dialog. Ketiga, penekanan proses pembelajaran lebih berfokus pada aspek gramatika, sehingga siswa enggan mengungkapkan perasaannya karena takut disalahkan dan dilecehkan. Keempat, proses pembelajaran lebih berorientasi pada hafalan teks-teks printed conversation yang tidak berhu­bungan dengan konteks lingkungan siswa. Kelima, hubungan guru dengan siswa relatif bersifat formal dan kaku. Keenam, pendekatan proses pembelajaran masih bersifat tradisional, yakni: (a) fokus lebih mengarah pada isi buku teks yang telah ditentukan (terikat, tidak dinamis); (b) setting pembelajaran ber­sifat kaku, tidak komunikatif; (c) peran guru lebih besar dan bersifat teacher­centered, sehingga membuat siswa relatif pasif, (d) tujuan pembelajaran lebih ditentukan oleh guru, tanpa mempertimbangkan minat dan aspirasi siswa.

2. Asumsi Pemecahan Masalah

Pemahaman dan kesadaran siswa terhadap eksistensi dan signifikansi bahasa lisan, serta frekuensi praktikum dengan ungkapan-ungkapan sederhana yang sesuai dengan konteks lingkungan siswa perlu ditingkatkan dan dilatih dengan menerapkan model pembelajaran tertentu, tepat clan efektif, sehingga proses pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan menantang.

3.Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan tujuan penelitian, ditetapkan indikator keberha silan sebagai berikut.

(1) Di atas 85% siswa dapat memahami dan menyadari eksistensi

dan signifikansi bahasa Inggris baik untuk kepentingan

penguasaan ilmu pengetahuan maupun komunikasi praktis dalam

dunia nyata.

(2)Di atas 70% konteks ilustrasi bahan pembelajaran dapat dipahami

oleh siswa.

(3)Seluruh siswa (100%) mendapat kesempatan untuk

mempraktikkan percakapan pendek (lebih kurang lima menit

dialog secara berpasangan) setiap sesi pembelajaran.

(4) Rata-rata siswa dapat memproduksi di atas 7 kalimat dialog yang

efektif dan dapat dimengerti.

(5) Nilai rerata kualitas kalimat dialog yang diproduksi siswa di atas

70.

(6) Di atas 70% siswa mampu melakukan peragaan dialog tanpa

melihat teks dengan ekspresi yang alamiah.

(7) Prestasi belajar siswa meningkat hingga sekurang-kurang nya 10

poin dari nilai awal (63,5) menjadi 73,5.

(8) Di atas 80% siswa merasa senang melakukan praktikum.

4. Hipotesis Proses Pembelajaran

(1) Menjelaskan eksistensi, signifikansi, clan manfaat masa depan siswa

dalam dunia akademis clan pi mendalam clan mengesankan.

(2) Meningkatkan frekuensi praktikum.

(3) Menggunakan ungkapan-ungkapan pendek bahasa dengan konteks

lingkungan siswa.

(4) Menjalin hubungan yang akrab, luwes, clan men( materi pembelajaran

secara bersama sesuai dengan lingkungan.

(5) Melaksanakan proses pembelajaran dengan prinsip­pendekatan 'whole

language' Watson melalui kre; yang efektif, clan mengesankan.

5. Rencana Pelajaran Tatap Muka Pertama

(1) Guru mempersiapkan bahan ceramah menyangkut ek bahasa Inggris

sebagai alat komunikasi dalam perg clan faedah potensial lainnya bagi

siswa yang mar dalam bahasa tersebut.

(2) Guru mempersiapkan bahan berupa gambar atau ilusti pada suatu box

telepon umum dengan karakteristik orang yang jenuh clan

membosankan, (b) beberapa or memegang tas eksekutif clan dua

wanita menyanc empat orang anak sekolah duduk di kursi panjang,

orang wanita baya memegang tas kusam clan lima o keranjang ayam.

(3) Guru membuat skedul untuk setiap siswa melakukan ii substansi

gambar.

(4) Guru membuat susunan klasifikasi, clan deskripsi ker siswa.

(5) Guru membuat skenario peran dialog siswa.

(6) Guru membuat lembaran format evaluasi secara sister kriteria aspek-

aspek bahasa yang dinilai.

6. Skenario Pelaksanaan Proses Pembelajaran Tatap Muka.

Sesi-1

Selama 35 menit guru menjelaskan secara rinci pentingi dengan memberikan contoh yang mengacu pada berb dalam dunia akademis maupun praktis. Penjelasan ini bahasa Inggris yang lugas dengan ritme yang pantas. Ke akhir sesi pertama, siswa diminta untuk mengajukan pert menyangkut isi ceramah guru. Setiap siswa minimal haru pertanyaan dalam bahasa Inggris.

Sesi-2

Guru menggantungkan sebuah gambar di papan tulis, den you think?. Gambar itu memperlihatkan antrian panjar telepon umum. Substansi gambar itu mengilustrasikan ber

Kemudian, guru meminta setiap siswa mengidentifikasi karakter-karakter yang ada dalam gambar itu dan menulisnya di secarik kertas catatan. Kegiatan ini berlangsung selama 20 menit.

Selajutnya, guru mengecek pengetahuan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan berikut.

What is happening here? What time of the day is it? Who are the people in the picture? What are their jobs?

Do we know their names? What might they be called? Where have they come from? Where are they going?

Who are they telephoning?

What is the attitude of the other person?

How does each person feel about having to wait in the queue? Is there any interaction between them?

Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit clan semua siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, clan minimal 75% dari seluruh siswa mampu menjawab seluruh pertanyaan.

Sesi-3

Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok atau pasangan. Masing­masing kelompoWpasangan terdiri atas 2 orang. Tugas siswa adalah meng­ajukan pertanyaan kepada pasangannya atau kelompoknya dan menuliskan setiap respon yang diberikan oleh pasangannya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengacu pada konteks gambar yang diberikan guru di atas. Kegiatan ini berlangsung selama 15 menit. Hasil kegiatan berupa teks hasil percakapan siswa sendiri.

Kemudian, guru meminta setiap pasangan dan/atau kelompok maju ke depan untuk memperagakan hasil kerja kelompoknya. Sementara kelompok yang satu melakukan peragaan (dialog), kelompok lainnya memperhatikan clan membuat catatan-catatan menyangkut kesalahan lafal, intonasi, stressing, clan gramatika jika perlu. Selama proses peragaan ini berlangsung guru melakukan evaluasi dengan menggunakan lembaran format penilaian. Hasil catatan siswa clan rekaman guru digunakan sebagai bahan diskusi (ebih lanjut. Kegiatan ini berlangsung selama 15 menit.

Lima belas (15 menit) terakhir, guru meminta tanggapan siswa tentang hasil percakapan yang diperagakan itu, terutama yang berkenaan dengan lafal, intonasi, stressing, clan (gramatika jika perlu). Kemudian guru memberikan komentarnya dengan mengacu pada hasil rekaman.

Pengamatan Kelas

Selama 20 menit pertama sesi-2 berlangsung, guru berkeliling kelas, memberi bantuan kepada siswa yang bertanya, tetapi guru hanya menjawab atau memberi bantuan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat teknis melihat gambar, bukan substansi gambar. Kemudian `pada kegiatan 25 menit kedua sesi-2 guru membuat catatan-catatan tentang keberhasilan dan kegagalan siswa menjawab pertanyaan. Penilaian guru lebit substansi atau konteks gambar, bukan pada gramatika bi kesalahan gramatika, lafal, dan intonasi dicatat sebaga, pada sesi lainnya. Dalam masa kegiatan sesi-3, 15 mf memeriksa dari satu kelompok ke kelompok lainnya, m yang dibutuhkan siswa dan kadangkala guru bergabung mengajukan pertanyaan dan iut;a menjawab pertanyaan. kegiatan 15 menit kedua guru hanya memperhatikan dan mc siswa dengan menggunakan tape-recorder.

Evaluasi dan Contoh Capaian Siswa

Evaluasi dilakukan terhadap dua kategori hasil produksi 6 peragaan praktik dialog. Kriteria evaluasi untuk produN meliputi diksi dan struktur kalimat. Sedangkan peraga meliputi intonasi, stressing, dan lafal. Hasil evaluasi untu{ rata-rata 59 dari 20 siswa; dan kategori kedua rata-rata 75. nilai ini, dibagi dua menghasilkan angka rata-rata 67. A nilai mata pelajaran Bahasa Inggris, khususnya keterampil ditetapkan guru adalah sebagai berikut. Kategori pertama .' kedua 70%; dan jumlah kedua nilai itu menghasilkan ni demikian, nilai akhir yang dicapai rata-rata siswa pada tat ini adalah 70,2 (kategori satu 17,7 dan kategori dua 52,5.

Tindak Lanjut

Dari hasil refleksi guru dan hasil evaluasi, ada beberapa perhatian dan perlu ditindaklanjuti pada tatap muka k antara lain:

(1) Siswa perlu terus didorong untuk mengajukan pertanya gunakan bahasa Inggris walaupun masih cenderung b bahasa Indonesia.

(2) Guru harus bersabar dan berusaha semaksimal mungkin siswa bertanya dan secara fleksibel memberikan peluz siswa untuk berpikir sejenak. Meminta siswa berpil pertanyaan saat guru sedang memberikan ceramah a sedikit waktu setelah ceramah berakhir merupakan s; sehingga siswa tidak kalang kabut memikirkan pertanya dari guru. Usahakan setiap siswa dapat mengajukan mini Pada kegiatan ini, sebaiknya interaksi tidak hanya F juga siswa-guru dan siswa-siswa sehingga kelas lebih siswa aktif.

(3) Karena sebagian besar siswa mengeluh tentang ilusti kurang jelas dan terlalu abstrak, guru perlu mengkaji dan mengusahakan setiap gam.".ar yang dijadikan me perlu dirancang secara jelas, tidak terlalu abstrak (pad tidak membingungkan siswa.

(4) Karena keterbatasan kosakata (harus melihat kamu kamus terbatas) dan penguasaan gramatika bahasa y maka sukar bagi siswa memproduksi kalimat dialog yan mungkin.

(5) Karena tahap ini juga merupakan tahap penilaian, diusahakan supay~ semua siswa mendapat kesempatan melakukan peragaan praktik dialog Guru harus mengelola waktu seefektif mungkin. Pada tahap persiapar

guru harus benar-benar mempertimbangkan dan membuat skedul waktL yang tepat.

Rencana Pelajaran Tatap Muka Kedua (1)

Guru mempersiapkan satu cerita pendek tentang kehidupan orang-oran€ desa dan latar lingkungan pedesaan itu.

(2) Guru mempersiapkan bahan berupa gambar atau ilustrasi orang-orang desa di sawah dengan karakteristik: (a) perilaku petani yang sedang beristirahat di bawah pondok-pondok kecil di pinggir pematang sawah, sambil menunggu hidangan makan siang dari rumah mereka yang tidak jauh dari sawah; (b) beberapa orang wanita baya dan anak-anak sedang menjinjing bungkusan dan ceret air minum; (c) empat orang pemuda sedang memancing di pinggir sungai kecil yang mengairi persawahan sambil merokok tembakau yang dibalut dengan daun rumbia; (d) beberapa orang anak lelaki sedang membuka baju sekolahnya untuk terjun ke sungai; (e) di tengah pematang sawah ada segundukan tanah yang ditumbuhi pohon kelapa dan pohon rambutan yang rindang, dan di situ ada beberapa orang lelaki baya sedang bermain kartu domino.

(3) Guru membuat skedul untuk setiap siswa melakukan identifikasi terhadap substansi gambar.

(4) Guru membuat susunan klasifikasi, dan deskripsi kerja setiap kelompok siswa, dan skedul kegiatan setiap sesi pembelajaran.

(5) Guru membuat skenario peran dialog siswa.

(6) Guru membuat lembaran format evaluasi secara sistematis sesuai dengan kriteria aspek-aspek bahasa yang dinilai, termasuk instrumen lain seperti tape-recorder.

Skenario Pelaksanaan Proses Pembelajaran Tatap Muka Kedua

Sesi-1

Selama 5 menit guru bercerita tentang kehidupan orang di pedesaan, dengan mendeskripsikan latar beberapa desa yang makmur, hijau, dan sejuk. Kemudian guru memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk bertanya, minimal setiap siswa mengajukan satu pertanyaan. Kegiatan tanya jawab ini berlangsung selama 10 menit. Catatan bahwa cerita pendek guru dan interaksi (tanya jawab antara guru dan siswa) dilakukan dalam bahasa lnggris yang sederhana.

Kemudian, guru menggantungkan sebuah gambar di papan tulis, dengan topik "Farming and Gambling". Gambar itu memperlihatkan kegiatan orang­orang di area persawahan. Substansi gambar itu mengilustrasikan berbagai karakteristik. Kemudian, guru meminta setiap siswa mengidentifikasi karakter­karakter yang ada dalam gambar itu dan menulisnya di lembaran/buku catatan siswa. Kegiatan ini berlangsung selama 30 menit.

Sesi-2

Pada sesi ini, pemahaman siswa tentang ilustrasi gambar itu dicek melalui pertanyaan-pertanyaan berikut.

What is happening here? What time of the day is it? Who are the people in the picture? What are their jobs?

What are they doing?

Do we know their names?

Why do children put their clothes off? How do the farmers drain their field-rice? What is the attitude of the person in the picture?

How does each farner feel about having to wait the food? Is there any interaction between people?

What are the women and the kids carrying in their hands? Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit dan semua menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan minimal 75% dar mampu menjawab seluruh pertanyaan. Selanjutnya, 20 men meminta siswa saling bertanya dengan pasangannya masir ditentukan sendiri dengan mengacu pada contoh pertanyaan.

Sesi-3

Guru meminta siswa bekerja secara berpasangan. Masing-m, terdiri atas 2 orang. Tugas siswa adalah mengajukan perti pasangannya clan menuliskan setiap respon yang diberikan ole Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengacu pada kontek diberikan guru di atas. Kegiatan ini berlangsung selama 30 m, draf hasil wawancara masing-masing pasangan diminta s antarpasangan selama 10 menit. Hasil revisi dikembalikan k masing pasangan clan pasangan itu (selama 5 menit) mencc hasil revisi clan bertanya kepada guru jika perlu.

Sesi-4

Setiap pasangan diminta maju ke depan untuk melakukan gambar itu, sesuai dengan pemahaman mereka (hasil tanya ja, dalam pasangan clan revisi antarpasangan). Sementara pasar melakukan peragaan (dialog), pasangan-pasangan lainnya i clan membuat catatan-catatan menyangkut kesalahan lafal, intc clan (gramatika jika perlu). Selama proses peragaan ini bei melakukan evaluasi dengan menggunakan lembaran format F catatan siswa clan rekaman guru digunakan sebagai bahar lanjut. Kegiatan ini berlangsung selama 40 menit. Lima (5 menit) terakhir, guru meminta tanggapan siswa percakapan yang diperagakan itu, terutama yang berkenaar intonasi, stressing, clan (gramatika jika perlu). Kemudian gui komentarnya dengan mengacu pada hasil rekaman.

Pengamatan Kelas Kelihatannya bahwa pemberian atau penyajian konteks gamr dengan lingkungan clan latar belakang siswa memberikan h; baik. Hal ini tercermin dari pemahaman siswa yang te kalimat-kalimat dialog. Selama 20 menit terakhir sesi-2 ber hanya mengamati interaksi siswa sambil membuat catatan tentang siswa, tetapi tidak langsung mengoreksinya. Dalam masa kegiatan 30 mer pertama sesi-3 berlangsung, guru berkeliling kelas, memberi bantuan kepa< siswa yang bertanya, tetapi guru hanya menjawab atau memberi bantuz terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat teknis melihat gambar, bukz substansi gambar. Di samping itu, guru juga berfungsi sebagai kamus hidui Guru membuat catatan-catatan tentang keberhasilan dan kegagalan sism menjawab pertanyaan. Penilaian guru lebih kepada kebenaran substansi ata konteks gambar, bukan pada gramatika bahasa. Akan tetapi, kesalaha gramatika, lafal, dan intonasi dicatat sebagai bahan perbaikan pada se lainnya. Dalam masa kegiatan sesi-3 ini, guru juga memeriksa dari sat pasangan ke pasangan lainnya, menjelaskan bahasa yang dibutuhkan sisw dan kadangkala guru bergabung dalam diskusi itu; mengajukan pertanyaa dan juga menjawab pertanyaan. Selanjutnya, pada kegiatan sesi-4 gur hanya memperhatikan dan merekam percakapan siswa dengan menggunaka tape-recorder.

Evaluasi dan Contoh Capaian Siswa

Sebagaimana pada tatap muka pertama, tatap muka kedua ini, evaluasi jug dilakukan terhadap dua kategori-hasil produksi kalimat dialog dan peragaai praktik dialog. Kriteria evaluasi untuk produksi kalimat dialog meliputi dikE dan struktur kalimat. Sedangkan peragaan praktik dialog meliputi intonasi stressing, dan lafal. Hasil evaluasi untuk kategori pertama rata-rata 92 dai 20 siswa; dan kategori kedua rata-rata 77,5. Sesuai dengan sistem penilaiai yang dijelaskan sebelumnya maka hasil akhir rata-rata siwa yang dicapa pada tatap muka kedua ini adalah 81,8. Terjadi perbaikan 11,6 poin dar tatap muka pertama. Perbaikan lebih menonjol pada kategori pertam; (kenaikan 33 poin), dan kategori kedua hanya 7,3 poin.

Tindak Lanjut

Dari hasil refleksi dan hasil evaluasi, ada beberapa hal yang menjad perhatian dan perlu ditindaklanjuti pada kesempatan lainnya antara lain: (1) Guru perlu terus mendorong siswa mengajukan pertanyaan dengar menggunakan bahasa Inggris, dan diusahakan meminimalkan pemakaiar bahasa Indonesia atau campuran walaupun masih ada kesalahan.

(2) Usahakan setiap siswa dapat mengajukan pertanyaan lebih dari sati pertanyaan, tetapi harus dibatasi sesuai dengan alokasi waktu.

(3) Untuk meningkatkan kemampuan pengungkapan bahasa, praktik dialoi terus ditingkatkan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .

Berdasarkan pembahasan dalam bagian terdahulu, maka kesimpulan

dari tulisan ini adalah :

A. KETIKA GURU MENGAJARKAN APA YANG SEHARUSNYA DIAJARKAN

BUKAN SEKADAR PENGETAHUAN TENTANG "X"

B. KETIKA GURU INGIN MENCAPAI KOMPETENSI DASAR YANG

DITARGETKANNYA, BUKAN 'MENYELESAIKAN MATERI'

C. KETIKA PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAI DIAJARKAN DEKAT

DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI

D. KETIKA SISWA MENCARI, MENEMUKAN, DAN MENGKONSTRUK

SIKAN SENDIRI PENGETAHAUAN DAN KETERAMPILANNYA .

E. KETIKA KELAS 'HIDUP' (SISWA BEKERJA DAN BERLATIH), BUKAN

GURU AKTING DI PANGGUNG (MURID MENONTON )

E. KETIKA SETIAP PELAJARAN AKAN DIMULAI, BERTERIAK "HORE,

PELAJARAN IPA!" "HORE PELAJARAN MATEMATIKA!" "ASYIK,

BELAJAR, QURAN" "ASYIK, PELAJARAN BAHASA INGGRIS.

F.KETIKA GURU MENILAI APA YANG SEHARUSNYA DINILAI, BUKAN

MELULU MENILAI PENGETAHUAN SISWA

G. KETIKA GURU MENGUMPULKAN NILAI DARI PRODUK, KINERJA,

DAN TES.

B. Saran.

1. Pembelajaran kontekstual harus diupayakan terus diterapkan dalam proses pembelajaran agar upaya menjadikan siswa sebagai subyek didik dan bukan obyek didik dapat direalisasikan.

2. Diperlukan kemauan guru untuk terus belajar dan kemampuan untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual agar kegiatan proses belajar semakin bermakna.

0 komentar:

Post a Comment

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
 
Copyright © 2015. Literatur Karya Ilmiah . N-A Shop.com
popok cuci ulang | popok cuci ulang | menstrualpad | Biohikmah | clodi banyuwangi| menspad | celana plastik | cloth diapers
Distributor Clodi 2015 Clodi murahCelana Lampin