MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENELADANI KISAH PARA NABI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MEDIA BUKU CERITA TELADAN DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS 4 SMA

/ On : 7:05 PM/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan Tinggalkan Comentar Anda.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) sebenarnya adalah mata pelajaran yang penting. Pelajaran ini penting karena beberapa hal, antara lain: (1). PAI merupakan pelajaran yang memberikan muatan Iman dan Taqwa kepada Allah sebagai tujuan utama dalam kehidupan sebagai manusia. (2). PAI menjadi syarat kenaikan dan kelulusan siswa. Artinya jika siswa memperoleh nilai dibawah syarat yang ditetapkan maka tidak dapat naik atau lulus. (3). PAI ditempatkan sebagai pelajaran yang diharapkan memberikan kontribusi moral kepada siswa dalam pengertian bahwa dengan pendidikan agama, moralitas siswa menjadi seperti yang diharapkan. Namun demikian realitasnya tidaklah demikian.

Mata pelajaran PAI di SMA Negeri 2 Genteng justru menghadapi permasalahan yang cukup serius. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran PAI itu antara lain : Pertama : Pembelajaran PAI kurang menarik minat siswa, hal ini ditunjukan dengan sikap siswa yang pasif, menjadi pendengar dan kurang terjadi umpan balik atas materi yang telah disampaikan oleh guru. Sebenarnya sikap siswa yang demikian juga disadari oleh penulis sebagai guru PAI. Sikap siswa yang demikian disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan kurang fariatif, cenderung monoton dan mengandalkan metode ceramah. Sehingga siswa hanya menjadi pendengar saja. Media dan sumber belajar PAI yang relatif kurang sehingga beberapa materi pembelajaran yang mestinya menarik jika memakai media, justru menjadi membosankan karena hanya berisi dongeng dongeng saja. Jadi siswa tidak dapat disalahkan dalam hal ini.

Kedua: Waktu pembelajaran yang hanya 2 jam per minggu atau 2 x 45 menit per tatap muka menyebabkan materi pembelajaran tidak dapat diselesaikan dengan optimal. Materi ini harus dituntaskan dalam waktu yang terbatas. Padahal aspek utama pembelajaran pendidikan agama adalah aspek efektif. Pada pembelajaran dengan aspek ini, guru dituntut dapat menanamkan nilai-nilai agama pada siswa, memantau pelaksanaan ibadah amaliyahnya dan mengevaluasi kesadaran beragamanya. Guru juga harus tahu apakah materi yang telah diterima siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau belum. Muatan aspek efektif yang begitu rupa, tentu belumlah cukup kalau hanya diberikan dalam dua jam tatap muka setiap minggu.

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis berusaha untuk menemukan jalan keluarnya melalui pendekatan pembelajaran dengan model kontekstual. Model kontekstual yang mengedepankan pembelajaran dengan masalah masalah akurat yang terjadi di masyakat dan lingkungan siswa. Dengan model kontekstual ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa, yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun media yang dipakai dalam model ini adalah surat kabar atau surat kabar. Dipilihya surat kabar sebagai media, karena media ini dapat dengan mudah diperoleh, mudah dibawa ke sekolah dan harganya terjangkau.

Untuk menguji efektifitas penggunaan media ini penulis menggunakan PTK atau Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ). Dengan penggunaaan PTK ini guru telibat langsung dalam proses perencanaan, pengorganisasian kelas, melakukan pengamatan terhadap penggunaan media dan selanjutnya dapat memperbaiki proses embelajaran selanjutnya.

B. Identifikasi Masalah

Metode penyampaian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini banyak dilakukan oleh guru cenderung monoton dan konvensional. Guru-guru agama pada umumnya menyampaikan pelajaran dengan ceramah saja sehingga siswa menjadi jenuh, bosan dan tidak kreatif. Memang tidak semua ceramah membosankan. Jika penceramah memiliki kemamuan orasi yang baik, maka dapat juga menarik perhatian siswa. Namun demikian penggunaan metode ceramah yang terus menerus akan memilki banyak kelemahan. Seperti siswa menjqadi pasif, pembelajaran terlalu berpusat ada guru, sulit mengukur tingkat pemahaman siswa dan tidak semua materi dapat disampaikan dengan ceramah.

Untuk mengatasi kejenuhan tersebut, guru perlu mencari model-model pembelajaran kontekstual yang kreatif, rekreatif dan inovatif. Salah satunya melalui media surat kabar. Untuk itu diperlukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan PTK pelaksanaan pembelajaran dapat diteliti, disempurnakan, ditingkatkan dan dapat dievaluasi hasilnya.

Model pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran ini diharapkan merubah suasana belajar yang berpusat kepada guru menjadi berpusat kepada murid. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, membangkitkan gairah untuk mencari, menemukan dan memecahkan masalah secara bersama- sama.

Melalui media surat kabar sebagai media pembelajaran siswa dapat memanfaatkan waktu di rumah untuk mencari informasi yang cocok pada surat kabar atau surat kabar yang berkaiatan dengan materi pembelajaran yang sedang dibahas. Sehingga pembelajaran agama terjadi pula diluar kelas, selanjutnya didalam kelas hasil belajarnya dikomunikasikan dengan teman satu kelompok maupun kelompok lainnya. Sehingga kegiatan ini menambah wawasan, minat dan kerjasama antar siswa. Guru agama islam hanya menjadi fasilitator dan narasumber dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan demikian maka masalah yang didentifikasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana agar guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media surat kabar.

C. Batasan dan Rumusan Masalah.

Masalah dalam PTK ini adalah nilai siswa yang masih rendah dalam pelajaran PAI sehingga perlu ditingkatkan khusunya materi penyakit penyakit hati pada kelas VII (tujuh) semester kedua tahun pelajaran 2004/2005.

Adapun rumusan masalah yang akan diuji melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Apakah melalui model pembelajaran kontekstual dengan media surat kabar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?

2. Bagaimanakah cara menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan media surat kabar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan media surat kabar.

2. Meningkatkan proses belajar yang ada awalnya kurang menarik minat siswa menjadi lebih menarik sehingga meningkatkan minat belajar siswa.

E. Hipotesa Tindakan.

1. Hasil belajar akan meningkat dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan media surat kabar.

2. Aktivitas siswa akan meningkat dan kegiatan belajar akan lebih menarik dengan model pembelajaran kontekstual dengan media surat kabar.

F. Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini bagi pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu :

1. Menjadi contoh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam.

2. Menjadi salah satu contoh model penggunaan media kreatif yang mudah didapat, murah harganya dan dapat dengan mudah dilakukan oleh siswa.

3. Mendorong minat para guru untuk terus melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan roses dan mutu pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan secara umum.


BAB II

clip_image001KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK atau classroom action research adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran. Mc.Niff ( 1992:1) dalam Suyanto (1998:2 ) menjelaskan bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pegembangan keahian mengajar dan sebagainya. Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri praktek pembelajaran yang ia lakukan di kelasnya, memperbaiki proses, dan memperbaiki interaksi pembelajaran di kelas ataupun diluar kelas. Dengan demikian maka PTK akan daat memperbaiki pembelajaran menjadi lebih efektif.

Selain itu tujuan dari PTK untuk memperbaiki pembelajaran secara berkesinambungan sehinga meningkatkan mutu hasil intruksional, mengembangkan ketrampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya penelitian dikalangan guru.

PTK menggambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan

siklus berikutnya. Bagan pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral tindakan (adaptasi hopkins, 1993) sebagai berikut :

clip_image003

B. Model Pembelajaran Kontekstual.

E. Mulyasa (2005:102) dalam Buku Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa: Model pendekatan pembelajaran Kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning atau sering disingkat CTL adalah model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) 2004.

CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu menerapkan dan menghubungan peristiwa belajar dengan kehiduan sehari hari . Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari hari, siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap materi yang dipelajarinya.

Nurhadi (2002:4 dalam E.Mulyasa : 2005 : 103) mengemukakan pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “ Siswa aktif bekerja dan berkarya,guru mengarahkan”.

b. Pembelajaran harus berpusat pada “ bagaimana cara “ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c. Umpan balik sangat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.

d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Dari uraian diatas dapatlah diketahui bahwa pembelajaran kontekstual diperlukan dalam rangka menumbuhkan proses belajar yang menyenangkan bagi siswa, menarik untuk beraktifitas dan berkreasi, bekerja dalam kelompok dan sebagainya sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

C. Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Pengertian pendidikan agama Islam, seperti dijelaskan pada karakteristik mata pelajaran PAI dalam pengembangan silabus dan sistem penilaian mata pelajaran PAI dijelaskan sebagai berikut :

1. Secara umum PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar agama Islam yaitu Al – Qur’an dan Al – Hadist

2. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam kerangka dasar ajaran Islam yaitu Akidah, Syariah dan Ahklak.

3. Mata pelajaran PAI tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan diberikan mata pelajaran PAI adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan beraklaqul karimah.

5. Tujuan akhir dari pelajaran PAI di SMP adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki aklak mulia (2001 ; 2)

Tentang struktur keilmuan mata pelajaran PAI dapat dilihat pada gambar berikut :

clip_image004

Dari gambar pada skema diatas diketahui bahwa pendidikan agama Islam mendidik siswa melaksanakan ajaran Islam dengan benar meliputi aqidah, syariah dan akhlak yang bersumber dari Al Qur’an , Hadits dan Ijtihad. Dengan demikian pendidikan agama bukan hanya menekankan aspek kognitif saja, tetapi juga asek psikomotorik dan aspek afektif.

D. Media Pembelajaran.

Media pendidikan adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran (2001 ; 76). Media pembelajaran dibedakan atas media fisual, audio dan audiovisual. Media fisual adalah media yang dapat dilihat atau dipandang seperti gambar, foto, poster dan sejenisnya. Media audio adalah media pembelajaran yang dapat didengarkan seperti radio dan tape recorder.Sedangkan media audio visual adalah media pembelajaran yang dapat berwujud dapat dilihat dan daat didengar, seperti TV, VCD,Video, LCD dan Komputer yang difungsikan secara audiovisual. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah surat kabar sebagai media fisual. Dengan menggunakan surat kabar sebagai media fisualisasi pembelajaran maka akan diperoleh fakta sosial keagamaan yang dapat digunakan sebagai bahan pembahasan dalam proses pembelajaran.

Tujuan penggunaan media surat kabar dalam pembelajaran kontekstual antara lain :

1. Menjelaskan fakta, konsep, realitas, kegiatan dan tindakan pembelajaran yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

2. Mendekatkan pemahaman siswa terhadap materi pembejaran yang dihadapi.

3. Meningkatkan gairah dan minat belajar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Media Pembelajaran adalah :

1. Sesuaikan dengan tema, waktu belajar dan tingkat usia siswa.

2. Rumuskan tema pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan oleh siswa.

3. Berhentilah sesaat demi sesaat untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi (Supriyanto, 2001).

Dengan penjelasan tersebut berarti bahwa surat kabardaat digunakan sebagai media pembelajaran. Mengingat harganya yang murah, dapat menggunakan surat kabar bekas dan mudah didapat, maka media ini dapat diterakan dengan mudah oleh siswa.


BAB III

clip_image005METODE PENELITIAN

A. Obyek Tindakan

Tindakan yang diteliti dalam penelitian Pendidikan Tindakan Kelas ini adalah :

1. Minat siswa untuk belajar menemukan sendiri.

2. Kerjasama dan berkomunikasi dalam proses belajar

3. Keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

4. Hasil belajar yang diperoleh sebagai hasil tindakan.

B. Setting atau Subjek Penelitian

Lokasi atau setting penelitian ini adalah di SMA Negeri 2 Genteng Kabupaten Banyuwangi, kelas VII.a dengan jumlah siswa 40 siswa. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan materi pembahasan Penyakit – Penyakit Hati, Semester genap, Tahun Pelajaran 2004/2005. Penelitian dilakukan bersama dengan guru agama Islam yang lain selama tiga pertemuan pembelajaran.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunkan metode observasi dan metode evaluasi. Melalui catatan observasi dan hasil evaluasi penelitian dilakukan hingga 3 siklus bersama mitra kolaborasi.

Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan kooperatif siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan salah satu aspek dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan penelitian.

Dengan metodologi tersebut maka diharapkan hasil penelitian dapat disempurnakan dari siklus pertama kepada siklus berikutnya. Akhirnya pada siklus terakhir, hasil penelitian dapat mencapai tujuan yang diharapkan

D. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi pembelajaran dianalisis bersama-sama dengan mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan hasil belajar siswa atau hasil evaluasi, dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa.

0 komentar:

Post a Comment

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
 
Copyright © 2015. Literatur Karya Ilmiah . N-A Shop.com
popok cuci ulang | popok cuci ulang | menstrualpad | Biohikmah | clodi banyuwangi| menspad | celana plastik | cloth diapers
Distributor Clodi 2015 Clodi murahCelana Lampin