BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mampu membaca Al Qur’an dengan fasih dan benar menjadi tugas penting bagi setiap muslim, tanpa terkecuali. Kefasihan membaca Al Quran, bukan saja diperlukan dalam rangka ibadah, tetapi secara lebih spesifik diperlukan untuk memperdalam ilmu – ilmu agama Islam yang memang diajarkan dari sumber Al Quran.
Namun kenyataan dilapangan menunjukan, tidak semua umat Islam bisa membaca Al Qur’an, termasuk juga anak – anak sekolah. Ini menjadi kendala penting bagi peningkatan kefasihan dalam mempelajari agama. Berdirinya berbagai tempat Pendidikan Al Qur’an di berbagai pelosok tanah air menjadi fenomena yang menggembirakan. Kita dapat lebih banyak kepada generasi mendatang akan kefasihan membaca Al Qur’an . Kalau kira-kira 20 – 30 tahun yang lalu, untuk dapat lancar membaca Al Qur’an diperlukan waktu 3 sampai 5 tahun. Namun sekarang dengan metode-metode pembelajaran yang baru seperti IQRO’, AN-NUR, QIRO’ATI, dan sebagainya, anak sudah dapat lancar membaca Al Qur’an dalam satu tahun saja.
Meskipun demikian tidak semua anak dari keluarga muslim dapat lancar membaca Al Qur’an . Seperti misalnya disekolah ini banyak siswa yang belum lancar membaca dan bahkan sisanya masih mulai mengenal huruf dan belum lancar sama sekali.
Keadaan inilah yang membuat kepala sekolah dan guru agama Islam perlu untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut. Alasan utamanya adalah : pertama; untuk dapat memahami agama Islam umat Islam harus mampu memahami Al Qur’an. Kedua; agar upaya memahami Al Qur’an dapat dilakukan, maka bekal membaca Al Qur’an harus baik dan lancar. Ketiga; dengan kemapuan baca Al Qur’an yang baik, maka diharapkan pendidikan agama dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
Atas dasar uraian tersebut di atas itulah penulis mengadakan penelitian tentang bagaimana meningkatkan kefasihan membaca Al Qur’an dengan metode belajar kelompok di SDN 2 Kedungringin Muncar tahun pelajaran 2004/2005.
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan agama Islam di sekolah yang waktunya hanya dialokasikan 2 jam tatap muka setiap minggu, tentu belum cukup untuk menjadikan siswa lancar membaca Al Qur’an . Hal ini ditambah lagi dengan beragamnya kefasihan yang dibawa oleh siswa dari sekolah dasar yang berbeda-beda. Satu SD dengan SD yang lain berbeda kefasihan Al Qur’annya. Antara SD dengan MI (Madrasah Ibtida’iyah) juga memiliki kefasihan yang berbeda. Masalah ini memerlukan upaya yang terencana, terpadu dan kesinambungan untuk mencari solusinya
Salah satu solusi yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode Belajar kelompok. Metode ini sudah sangat lama ditampilkan, bahkan bisa disebut klasik. Namun dengan program yang trerencana, terpadu, dan berkesinambungan maka penulis membuktikan bahwa metode ini telah berhasil menjadikan siswa lancar membaca Al Qur’an .
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ajukan pada penelitian ini adalah:
Apakah dengan menggunakan metode belajar kelompok dapat meningkatkan kefasihan membaca Al Qur’an siswa kelas 6 SDN 2 Kedungringin Muncar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Classroom Action Research ini adalah :
1. Meningkatkan kefasihan siswa dalam membaca Al Qur’an
2. Memanfaatkan teman sebaya sebagai belajar kelompok yang membantu guru dalam pembelajaran Al Qur’an.
E. Hipotesa Tindakan
Hipotesa tindakan dalam CAR ini adalah :
1. Kefasihan membaca Al Qur’an akan cepat meningkat dengan menggunakan metode belajar kelompok.
2. Tugas guru efektif dan kegiatan belajar menjadi optimal dengan metode belajar kelompok
3. Metode ini akan meningkatkan kefasihan yang lebih tinggi pada siswa dalam membaca Al Qur’an .
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi guru agama Islam dalam upaya :
1. Meningkatkan kefasihan membaca Al Qur’an .
2. Memecahkan pembelajaran Al Qur’an yang dialami oleh siswa dan guru.
3. Menjadi contoh model pendidikan agama Islam yang efektif.
BAB II
A. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
PTK atau dalam bahasa Inggris CAR (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru atau ia mengajar. PTK memberikan penekanan dan penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran.
Tujuan PTK untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksi; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efesiensi; dan menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.PTK menggambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan degan siklus berikutnya.
Dasar pelaksanaan PTK dapat dijelaskan dalam kegiatan yang sistematis sebagai berikut, yaitu:
a. Identifikasi masalah
b. Perencanaan
c. Tindakan
d. Observasi
e. Refleksi
f. Perencanaan ulang
Apabila digambarkan, maka proses kegiatan penelitian dapat digambarkan dalam skema berikut:
Diagram 1. Siklus PTK dalam bentuk Spiral oleh Hopkins ; 1993.
B. Metode Belajar kelompok
Metode Belajar kelompok adalah metode mengajar yang memanfaatkan kefasihan beberapa siswa yang menonjol kefasihannya dalam bidang pelajaran tertentu untuk membantu temannya agar mempunyai kefasihan yang sebanding dengan teman yang lain dalam menyelesaikan suatu tahap pembelajaran.
Metode belajar kelompok memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
1. siswa yang kurang mampu di dalam menerima pelajaran, dapat dibantu oleh teman yang sudah mampu sehingga kefasihan mereka sebanding.
2. Siswa yang memiliki kefasihan menonjol akan semakin bertambah kefasihannya dengan berlatih mengajarkannya kepada yanglain.
3. Siswa yang kurang mampu dapat belajar dengan tenang tanpa harus bergantung pada guru.
4. Guru dapat lebih meningkatkan efektifitas mengarjarkannya karena dibantu oleh siswa yang sudah meguasai tahap pembelajaran.
( 2001 : 16)
Dalam metode belajar kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Kelompok Tinggi; yakni kelompok siswa yang memiliki kefasihan di atas rata-rata teman sebayanya.
2. Kelompok Sedang; yakni kelompok siswa yang memliki kefasihan rata-rata dengan teman sebayanya.
3. Kelompok Rendah; yakni kelompok siswa yang memili kefasihan di bawah rata-rata teman sebayanya. (2001 : 18)
Dalam metode ini, tugas guru pertama adalah melakukan pengujian atau test penempatan terhadap semua anggota kelas atau kelompok. Test penempatan ini bertujuan untuk menentukan pada kelompok mana siswa tersebut ditempatkan. Selanjutnya akan ditentukan tiga kelompok yakni tinggi, sedang dan rendah. Pada langkah kerja, maka pekerjaan akan terbagi ke dalam kelompok berikut:
1. Siswa dengan kefasihan rendah, dibimbing oleh siswa yang berkefasihan sedang.
2. Siswa dengan kefasihan sedang dibimbing oleh siswa yang berkefasihan tinggi.
3. Siswa yang berkefasihan tinggi, langsung dibimbing oleh guru.
Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, efektif dan tugas guru menjadi lebih ringan.
C. Membaca Al Qur’an
Untuk membaca Al Qur’an dengan benar diperlukan kesabaran. Ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membunyikan huruf-huruf dengan betul di dalam Al Qur’an adalah ilmu tajwid. Ilmu ini berguna untuk memelihara bacaan Al Qur’andari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan membacanya. Mempelajari ilmu tajwid hukumnya Fardlu Kifayah, sedangkan membaca Al Qur’an dengan baik sesuai dengan ilmu tajwid hukumnya Fardlu ‘Ain. (1987 : 7)
Bacaan-bacaan yang dipelajari dalam ilmu tajwid adalah:
1. Bacaan nun sukun dan tanwin
2. Bacaan miem sukun
3. Bacaan nun tasydid dan miem tasydid
4. Empat bacaan idghom
5. Lam ta’arif
6. Tarqiq – tafkhiem
7. Lam sukun
8. Qolqolah
9. Mad
10. Waqof
11. Makhorijul churuf (1987 : 4)
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa membaca Al Qur’an dengan benar adalah membaca Al Qur’an sesuai dengan tajwid. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan kefasihan membaca Al Qur’an harus memahami tajwid dan makhorijul churuf.
BAB III
A. Obyek Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi objek tindakan adalah :
1. Kefasihan membaca Al Qur’an pada berbagai tingkat kefasihan dasar siswa.
2. Peran belajar kelompok dalam meningkatkan kefasihan teman sekelasnya.
3. Keaktifan siswa di dalam proses belajar dengan teman sebayanya.
B. Setting / Subjek Penelitian
Setting atau lokasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah SDN 2 Kedungringin Muncar Kabupaten Banyuwangi, kelas 6 dengan jumlah siswa yang menjadi subjek adalah 40 siswa, mata pelajaran pendidikan agama Islam, semester ganjil tahun pelajaran 2004/2005.
C. Metode pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal hingga sampai siklus ketiga, bersama-sama dengan mitra kolaborasi.
Catatan observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan kefasihan siswa dalam membaca Al Qur’an , sedangkan ecvaluasi untuk mengukur kefasihan siswa dalam memakai tajwid dan mahroj dalm membaca Al Qur’an .
Pada bagian refleksi, dilakukan analisa data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi hasil yang dapat dicapai setelah pelaksanaan tutorial. Bagiuan terpending dari refleksi ini adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran dan target tujuan yang ingin dicapai.
D. Metode Analisis Data
Data hasil observasi pembelajaran dianalisis bersama-sama dengan mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan hasil belajar siswa (evaluasi) dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa. Dari hasil analisis ini dapat diketahui apakah hipotesa penelitian yang sudah ditentukan dapat dibuktikan atau belum dapat dibuktikan.
0 komentar:
Post a Comment