MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BAHASA JAWA MENGGUNAKAN MEDIA MAJALAH BERBAHASA JAWA PADA SISWA KELAS VI SDN

/ On : 7:02 AM/ Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk berkunjung di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga memberikan manfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, berikanlah kritik, saran dan masukan dengan memberikan komentar. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel ini, silahkan Tinggalkan Comentar Anda.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan media pembelajaran tidak dilihat dari segi kecanggihan media pembelajarannya, tetapi yang lebih penting ialah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan Guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.

Pertama, Guru perlu memiliki pemahaman media pembelajaran diantaranya jenis dan manfaat media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pembelajaran, menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media pembelajaran dalam proses mengajar.

Kedua, Guru terampil membuat media pembelajaran sederhana untuk keperluan pembelajaran, terutama media pembelajaran dua dimensi atau media pembelajaran grafis, dan beberapa media pembelajaran tiga dimensi.

Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan media pembelajaran. Menilai keefektifan media pembelajaran penting bagi Guru agar ia bisa menetukan apakah penggunaan media pembelajaran mutlak diperlukan atau tidak selalu diberikan dalam pembelajaran sehubungan dengan prestasi pembelajaran yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pembelajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pembelajaran, sebaiknya Guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pembelajaran.

Sebelum memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu suatu peristiwa pembelajaran, Guru perlu memahami prinsip-prinsip atau faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu media pembelajaran.

Setiap mata pelajaran memiliki kekhususan atau spesifikasi muatan dan tujuan yang berbeda. Bahasa Jawa diajarkan dalam rangka melestarikan bahasa jawa dan budaya jawa yang mulai tergerus oleh kemajuan jaman . Pelestarian nilai – nilai budaya jawa yang adiluhung atau tinggi nilianya harus dilakukan sebagai upaya memelihara kekayaan budaya nasional Indonesia. Karena itu pembelajaran Bahasa Jawa menjadi penting untuk diberikan kepada siswa sebagai bagian dari upaya menjaga nilai budaya bangsa Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Jawa pada umumnya dan di SDN Sukorejo 2 pada khususnya , justru menghadapi permasalahan yang cukup dilematis. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Jawa itu antara lain : Pertama : Pembelajaran Bahasa Jawa kurang menarik minat siswa, hal ini ditunjukan dengan sikap siswa yang pasif, menjadi pendengar dan kurang terjadi umpan balik atas materi yang telah disampaikan oleh guru. Sebenarnya sikap siswa yang demikian juga disadari oleh penulis sebagai guru Bahasa Jawa . Sikap siswa yang demikian disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan kurang fariatif, cenderung monoton dan mengandalkan metode ceramah. Sehingga siswa hanya menjadi pendengar saja. Media dan sumber belajar Bahasa Jawa yang relatif kurang sehingga beberapa materi pembelajaran yang mestinya menarik jika memakai media, justru menjadi membosankan karena hanya berisi dongeng dongeng saja. Jadi siswa tidak dapat disalahkan dalam hal ini.

Kedua : waktu pembelajaran yang hanya 2 jam per minggu atau 2 x 45 menit per tatap muka menyebabkan materi pembelajaran tidak dapat diselesaikan dengan optimal. Materi ini harus dituntaskan dalam waktu yang terbatas. Padahal aspek utama pembelajaran pendidikan Bahasa Jawa adalah aspek afektif. Pada pembelajaran dengan aspek ini, guru dituntut dapat menanamkan nilai-nilai moral pada siswa, memantau pelaksanaan moralitas ke-Bahasa Jawa-anya dan mengevaluasi kesadaran berbangsa dan bernegaranya. Guru juga harus tahu apakah materi yang telah diterima siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau belum. Muatan aspek afektif yang begitu rupa, tentu belumlah cukup kalau hanya diberikan dalam dua jam tatap muka setiap minggu.

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis berusaha untuk menemukan jalan keluarnya melalui pendekatan pembelajaran dengan model kontekstual. Model kontekstual yang mengedepankan pembelajaran dengan masalah - masalah akurat yang terjadi di masyakat dan lingkungan siswa. Dengan model kontekstual ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa, yang selanjutnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Jawa . Adapun media yang dipakai dalam model ini adalah Majalah Berbahasa Jawa. Dipilihya majalah berbahasa jawa sebagai media, karena media ini dapat dengan mudah diperoleh, mudah dibawa ke sekolah dan harganya terjangkau.

Untuk menguji efektifitas penggunaan media ini penulis menggunakan classroom action research atau Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ). Dengan penggunaaan classroom action research ini guru telibat langsung dalam proses perencanaan , pengorganisasian kelas, melakukan pengamatan terhadap penggunaan media dan selanjutnya dapat memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

B. Identifikasi Masalah

Menjadikan mata pelajaran Bahasa Jawa menjadi menarik dan menyenangkan penting dilakukan. Hal ini karena metode penyampaian mata pelajaran Bahasa Jawa yang selama ini banyak dilakukan oleh guru cenderung monoton dan konvensional. Guru-guru Bahasa Jawa pada umumnya menyampaikan pelajaran dengan ceramah saja sehingga siswa menjadi jenuh, bosan dan tidak kreatif. Memang tidak semua ceramah membosankan. Jika penceramah memiliki kemampuan orasi yang baik,maka dapat juga menarik perhatian siswa. Namun demikian penggunaan metode ceramah yang terus menerus akan memilki banyak kelemahan. Seperti siswa menjadi pasif, pembelajaran terlalu berpusat pada guru, sulit mengukur tingkat pemahaman siswa dan tidak semua materi dapat disampaikan dengan ceramah.

Dalam rangka untuk mengatasi kejenuhan tersebut, guru perlu mencari model-model pembelajaran kontekstual yang kreatif, rekreatif dan inovatif. Salah satunya melalui media Majalah Berbahasa Jawa. Untuk itu diperlukan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Dengan classroom action research pelaksanaan pembelajaran dapat diteliti, disempurnakan, ditingkatkan dan dapat dievaluasi hasilnya.

Model pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran ini diharapkan merubah suasana belajar yang berpusat kepada guru menjadi berpusat kepada murid. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, membangkitkan gairah untuk mencari, menemukan dan memecahkan masalah secara bersama- sama.

Melalui media Majalah Berbahasa Jawa sebagai media pembelajaran siswa dapat memanfaatkan waktu di rumah , di perpustakaan sekolah dan melalui media lainya , untuk mencari informasi yang cocok pada Majalah Berbahasa Jawa atau yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang dibahas. Sehingga pembelajaran Bahasa Jawa terjadi pula diluar kelas, selanjutnya didalam kelas hasil belajarnya dikomunikasikan dengan teman satu kelompok maupun kelompok lainnya. Sehingga kegiatan ini menambah wawasan, minat dan Lancar Berbahasa Jawa antar siswa. Guru Bahasa Jawa hanya menjadi fasilitator dan narasumber dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan demikian maka masalah yang didentifikasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana agar guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media Majalah Berbahasa Jawa.

C. Rumusan Masalah.

Masalah dalam classroom action research ini adalah nilai dan pemahaman siswa yang masih rendah dalam pelajaran Bahasa Jawa sehingga perlu ditingkatkan khusunya materi Lancar Berbahasa Jawa pada kelas 1 (satu) semester kedua tahun pelajaran 2002/2004

Adapun rumusan masalah yang akan diuji melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Apakah melalui model pembelajaran kontekstual, dengan media Majalah Berbahasa Jawa dapat meningkatkan prestasi belajar keaktifan dan Lancar Berbahasa Jawa siswa dalam mata pelajaran Bahasa Jawa ?

2. Bagaimankah cara menerapkan model pembelajaran konteks tual dengan media Majalah Berbahasa Jawa agar dapat me ningkatkan prestasi belajar, keaktifan dan Lancar Berbahasa Jawa siswa ?


D. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Meningkatkan keaktifan, prestasi belajar dan kerja sama siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan media Majalah Berbahasa Jawa .

2. Meningkatkan proses belajar yang ada awalnya kurang menarik minat siswa menjadi lebih menarik sehingga meningkatkan minat belajar siswa.

E. Hipotesa Tindakan.

1. Prestasi belajar akan meningkat dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan media Majalah Berbahasa Jawa.

2. Aktivitas siswa akan meningkat dan kegiatan belajar akan lebih menarik dengan model pembelajaran kontekstual dengan media Majalah Berbahasa Jawa.

3. Kerja sama siswa akan meningkat dengan menggunakan media Majalah Berbahasa Jawa dalam model embelajaran kontekstual.


F. Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini bagi pengelolaan pembelajaran Bahasa Jawa , yaitu :

1. Menjadi contoh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keaktifan proses belajar, prestasi belajar dan Lancar Berbahasa Jawa siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa .

2. Menjadi salah satu contoh model penggunaan media kreatif yang mudah didapat, murah harganya dan dapat dengan mudah dilakukan oleh siswa.

3. Mendorong minat para guru untuk terus melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan proses dan mutu pembelajaran , sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan secara umum.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas menurut Suyanto ( 1997 ) ,merupakan suatu cara memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, karena guru merupakan orang yang paling tahu mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam pem­belajaran. Penelitian tindakkan kelas dapat dilakukan secara efektif oleh setiap guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tanpa harus meninggalkan tugas utamanya mengajar. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara logis dan sistematis, serta jujur dalam pelaporannya akan menjadi masukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran, yang secara langsung akan berdampak terhadap perbaikan manajemen sekolah secara keseluruhan.

Penelitian tindakan kelas merupakan sarana penilaian pembe­lajaran khususnya dan pendidikan pada umumnya, yang hasilnya akan memberikan masukan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, melalui tindakkan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Menurut E .Mulyasa (2002) ,Penelitian pendidikan pada umumnya bertujuan untuk:

(1) Memperoleh dasar bagi pertimbangan suatu prosedur kerja

(2) Menjamin cara kerja dalam pendidikan yang efektif dan efisien,

(3) Memperoleh fakta-fakta tentang berbagai masalah pendidikan, dan

menghindarkan situasi-situasi yang dapat merusak, serta

(4) Meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembe­

lajaran, dan organisasi sekolah.

Sehubungan dengan itu, secara umum penelitian tindakkan kelas bertujuan untuk:

a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitaspembelajaran dikelas;

b. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajarandikelas, khususnya layanan kepada peserta didik;

c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakkan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas; dan

d. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

Adapun manfaat penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran adalah

1. Untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran;merupakan upaya pengembangan kurikulum di tingkat kelas; dan

2. Untuk meningkatkan profesionalisme guru, melalui upaya penelitian yang dilakukannya.

Untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki beberapa hal berikut:

(a) Perasaan ketidak­puasan terhadap praktek pembelajaran;

(b) Berani dan jujur terhadap diri sendiri;

(c) Bemahami kelemahan- kelamahan dalam pembelajaran yang dila

kukannya.

Beberapa langkah umum yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan rancangan penelitian tindakan kelas, adalah sebagai berikut.

(1) Identifikasi masalah;

(2) Analisis masalah dan menentukan berbagai faktor penyebab;

(3) Merumuskan ide-ide sementara tentang berbagai faktor penting

yang berkaitan dengan masalah;

(4) Mengumpulkan dan menafsirkan data untuk mengembangkan alter

natif tindakan

(5) merumuskan tindakan

(6) menilai hasil tindakan.

Beberapa petunjuk praktis yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas, dikemukakan McNiff (1991), sebagai berikut:

1). Mulailah dari hal-hal kecil yang terjadi dalam pembelajaran di

kelas;

2). Kembangkan disain penelitian tindakkan secara cermat; buatlah

jadwal sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia

secara realistik;

3). Konsultasikan dan diskusikanlah hasil penelitian tindakan dengan

orang lain ( kepala sekolah );

4). Carilah dukungan informasi dari pihak lain ( teman sejawat ),

untuk memperkokoh asumsi tindakan yang akan dilakukan;

5). Ciptakanlah sistem umpan balik untuk melakukan koreksi

terhadap setiap langkah yang dilakukan;

6). Buatlah jadwal penulisan laporan penelitian tindakan kelas yang

telah dilakukan balk secara formal maupun informal.

Untuk merealisasikan petunjuk di atas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanan penelitian tindakan kelas, sebagai berikut.

a. Apakah alternatif tindakan telah dirumuskan berdasarkan hasil kajian dengan ladasan yang mantap, baik secara teoritis maupun konseptual?

b. Apakah alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan telah menjawab permasalahan dengan tepat?

c. Bagaimanakah tindakan pemecahan masalah dilakukan, bagaimana menentukan, dan mengetahui hasilnya?

d. Bagaimanakah cara menguji gagasan tindakan sebagai bukti telah terjadi perbaikan kondisi atau peningkatan kinerja sistem pembelajaran mengetahui efektifitas dan efisiensi terhadap penelitian

tindakan kelas nakan perlu dilakukan pengkajian dan penilaian. Penilaian penelitian tindakan kelas dapat dilakukan sebagai berikut:

a.Melihat pemecahan masalah dan perbaikan yang dapat dilakukan

dalam sistem pembelajaran.

b.Membandingkan keadaan serta perubahan yang terjadi sebelum dan

sesudah dilakukan tindakan dapat dicapai.

Dasar pelaksanaan PTK dapat dijelaskan dalam kegiatan yang sistematis sebagai berikut, yaitu:

a. Identifikasi masalah

b. Perencanaan

c. Tindakan

d. Observasi

e. Refleksi

f. Perencanaan ulang

clip_image001Apabila digambarkan, maka proses kegiatan penelitian dapat digambarkan dalam skema berikut:

clip_image002

Gambar 1 :Siklus PTK dalam bentuk Spiral oleh Hopkins ; 1993.


B.Media Pembelajaran

1.Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media pembelajaran diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

media pembelajaran menurut Briggs dalam Sumantri (1998:176), ialah

"Segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan dari pengirim ke penerima pesan serta perangsang peserta didik untuk pembelajaran."

Menurut Gagne dan Reiser dalam Sumantri (1998:176) media pembelajaran ialah :

"Alat-alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang bagi peserta didik untuk pembelajaran."

Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association / NEA) dalam Rohani, (1997:2) berpendapat bahwa media pembelajaran ialah :

"Segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau di

bicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut."

Sedangkan menurut Sadiman dkk, (1986:7) menyatakan bahwa media pembelajaran ialah :

"Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga

proses pembelajaran terjadi."

Menurut McLuahan dalam Rohani, (1997: 2) mengatakan bahwa :

" Media pembelajaran ialah channel (saluran) karena pada hakekatnya telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak ruang dan waktu-waktu tertentu. Dengan bantuan media pembelajaran batas­-batas itu hampir menjadi tidak ada."

Menurut Blake dan Haralsen dalam Rohani (1997:2) mengatakan bahwa :

" media pembelajaran ialah medium yang digunakan untuk membawa/ menyampaikan sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan."

Menurut Rohani (1997:4) media pembelajaran ialah :

"Sarana komunikasi dalam proses proses pembelajaran yang berupa

perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan

hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional

dapat dicapai dengan mudah."

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan yang terkandung dalam pengertian media pembelajaran ialah :

a. media pembelajaran pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yakni sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.

b. media pembelajaran pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yakni kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

c. Penekanan media pembelajaran pendidikan terdapat pada visual dan audio.

d. media pembelajaran pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

e. media pembelajaran pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi Guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

f. media pembelajaran pendidikan dapat digunakan secara massa (radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (film, slide, video, OHP), atau persiswaan (modul, komputer, radio/kaset, video recorder).

g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan, manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebagai salah satu komponen kegiatan proses pembelajaran, media pembelajaran dan keterampilan menggunakan media pembelajaran merupakan hal mutlak yang harus dikuasai Guru dalam menunjang kegiatan proses pembelajaran.

Adapun alasan penggunaan media pembelajaran ialah :

a. Media pembelajaran merupakan sumber utama yang menunjang proses proses pembelajaran.

b. Membantu siswa memahami konsep dan memahami pelajaran yang dijelaskan Guru.

c. Membantu Guru untuk lebih mengefektifkan proses proses pembelajaran sehingga tujuan program pembelajaran dapat lebih tercapai.

d. Media pembelajaran merupakan sarana komunikasi antara Guru dan siswa yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dalam suasana yang positi dan merangsang siswa untuk lebih berkembang dalam hubungan yang interaktif.

2.Tujuan dan Fungsi Penggunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses mengajar dalam pembelajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil pembelajaran yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses mengajar.

Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses proses mengajar diantaranya :

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi pembelajaran.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan lebih baik.

c. Metode mengajarakan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh Guru, sehingga siswa tidak bosan.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, sebab tidak hanya mendengarkan uraian Guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Alasan kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran ialah berkanaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkrit menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Secara khusus penggunaan media pembelajaran bertujuan sebagai berikut :

a. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media pembelajaran yang paling tepat menurut karakteristik bahan.

b. Memberilkan pengalaman pembelajaran yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk pembelajaran.

c. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam tekhnolgi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media pembelajaran tertentu.

d. Menciptakan suasana pembelajaran yang tidak dapat dilupakan peserta didik karena adanya keterlibatan penuh dari siswa serta menciptakan pembelajaran yang interaktif dan komunikatif.

media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan itu.

Fungsi penggunaan media pembelajaran secara umum, yakni :

a. Alat bantu untuk mewujudkan situasi proses pembelajaran yang efektif.

b. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.

c. Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat VIerbalisme.

d. Membangkitkan motivasi pembelajaran peserta didik.

e. Mempertinggi mutu proses pembelajaran.

Menurut Levie & Lentz dalam Arsyad, (2002:16) terdapat empat fungsi media pembelajaran yakni :

a. Fungsi atensi

Fungsi atensi media pembelajaran visual merupakan inti, yakni menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b. Fungsi afektif

Fungsi efektif media pembelajaran visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika pembelajaran atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, contohnya informasi yang menyangkut masalah sosial dan sebagainya

c. Fungsi kognitif

Fungsi kognitif media pembelajaran visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris

Fungsi kopensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media pembelajaran visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfunsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan menerima dan memahami isi pelajaran yang disaksikan yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Dipandang dari segi peranan media pembelajaran dalam efektivitas pembelajaran memegang peranan yang sangat menentukan sebagai salah satu komponen yang menentukan efektivitas dan keberhasilan kegiatan proses pembelajaran. Penggunaan dari suatu media pembelajaran yakni untuk membantu Guru menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan pesan tersebut secara cepat, dan akurat.

Dalam kerangka proses proses pembelajaran yang dilakukan Guru, penggunaan media pembelajaran hendaknya dikembangkan dengan maksud agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran itu terhindar dari gejala Verbalisme, yakni mengetahui kata kata yang disampaikan Guru tetapi tidak memahami arti atau makna. Hal tersebut hanya akan memberikan pemahaman kepada siswa secara parsial belum menyentuh esensi yang mendasar tentang sebuah konsep yang dipelajari.

3.Kriteria dan Pemilihan Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran tidak dilihat dari segi kecanggihan media pembelajarannya, tetapi yang lebih penting ialah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan Guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.

Pertama, Guru perlu memiliki pemahaman media pembelajaran diantaranya jenis dan manfaat media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pembelajaran, menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajardan tindak lanjut penggunaan media pembelajaran dalam proses mengajar.

Kedua, Guru terampil membuat media pembelajaran sederhana untuk keperluan pembelajaran, terutama media pembelajaran dua dimensi atau media pembelajaran grafis, dan beberapa media pembelajaran tiga dimensi.

Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan media pembelajaran. Menilai keefektifan media pembelajaran penting bagi Guru agar ia bisa menetukan apakah penggunaan media pembelajaran mutlak diperlukan atau tidak selalu diberikan dalam pembelajaran sehubungan dengan prestasi pembelajaran yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pembelajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pembelajaran, sebaiknya Guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pembelajaran.

Sebelum memutuskan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu suatu peristiwa pembelajaran, sesiswa Guru perlu memahami prinsip-prinsip atau faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu media pembelajaran.

Adapun prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran tersebut, yakni :

a. Memilih media pembelajaran harus berdasarkan tujuan pembelajaran dan bahan pembelajaran yang akan disampaikan.

b. Memilih media pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik utamanya bagi guru.

c. Memilih media pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan Guru, dalam pengadaannya maupun penggunaannya.

d. Memilih media pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.

e. Memilih media pembelajaran harus memahami karakteristik dari media pembelajaran itu sendiri.

Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran ialah :

a. Objektivitas, artinya pemilihan media pembelajaran tidak didasarkan karena kesukaan pribadi atau sekedar hiburan sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya dengan bahan dan karakteristik peserta didik.

b. Program pembelajaran, memilih media pembelajaran harus disesuaikan dengan program pembelajaran karena tidak semua media pembelajaran dapat digunakan untuk semua program pembelajaran.

c. Situasi dan kondisi, pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan situasi proses pembelajaran, artinya disesuaikan dengan pengelolaan kelasmengajar, materi pelajaran, serta lingkungan sekolah dan kelas.

d. Kualitas teknik, yakni kesiapan operasional media pembelajaran sebelum digunakan, contohnya untuk tape recorder apakah semua berjalan dengan baik atau ada kerusakan.

e. Keefektifan dan efisiensi, penggunaan artinya penggunaan media pembelajaran bukan semata-mata karena melaksanakan salah satu komponen pembelajaran tetapi apakah media pembelajaran itu betul-betul berguna untuk penggunaan penguasaan peserta didik.

Dalam hubungannya dengan pengguanaan media pembelajaran pada waktu berlangsungnya pembelajaran setidak-tidaknya digunakan Guru pada situasi sebagai berikut :

a. Perhatian siswa terhadap pembelajaran sudah berkurang sebagai akibat kebosanan mendengarkan penjelasan Guru, apalagi bila cara Guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media pembelajaran akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian pembelajaran para siswa.

b. Bahan pembelajaran yang dijelaskan Guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini Guru harus menampilkan media pembelajaran untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pelajaran. Contohnya menyajikan gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pembelajaran.

c. Terbatasnya sumber pembelajaran yang tersedia di sekolah. Situasi ini menuntut Guru menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media pembelajaran.

d. Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pembelajaran secara verbal akibat terlalu lelah karena telah mengajar terlalu lama. Dalam situasi ini Guru dapat menampilkan media pembelajaran.

Dari segi pengadaan media pembelajaran pihak sekolah dan Guru sudah baik untuk mengusahakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan Guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Untuk suatu penyelenggaraan proses proses pembelajaran, sering Guru sekolah dihadapkan pada berbagai kelangkaan media pembelajaran yang dibutuhkan. Dalam kenyataanya, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah setempat atas penyelenggaraan pendidikan di sekolah, lebih-­lebih untuk pengembangan media pembelajaran amatlah terbatas.

Secara umum mengajukan prinsip-prinsip pembuatan media pembelajaran sebagai berikut :

a. Kesederhanaan (simplicity), yakni suatu media pembelajaran hendaknya ringkas, sederhana dan dibatasi dengan hal-hal yang dianggap penting.

b. Kesatuan (unity) , yakni hubungan yang ada di antara unsur-unsur media pembelajaran itu sebagai satu keseluruhan yang bermakna.

c. Penekanan (emphasis), yakni adanya gagasan atau pesan tertentu yang menjadi fokus perhatian dan bagian-bagian tertentu untuk menarik minat dan perhatian.

d. Keseimbangan (balance), yakni komposisi penampilan media pembelajaran itu untuk memperlihatkan keadaan yang serasi, baik itu penampilan segi-segi estetika / keindahan.

Berbagai usaha memang seharusnya dapat dilakukan sekolah, namun Guru sering harus membuat media pembelajaran atau alat peraga pembelajarannya sendiri atau bersama-sama dengan para peserta didiknya. Sebenarnya kebutuhan untuk membuat suatu media pembelajaran bukanlah sekedar merespon permasalahan di atas. Yang paling penting, tujuan penggunaan media pembelajaran dalam itu ialah peserta didik, bahwa pembelajaran yang dikembangkan Guru harus berorientasi pada perkembangan anak, contohnya tujuan pembelajaran dibangun atas kepentingan anak yang pembelajaran, maka bahan pelajaran haruslah konkrit dan relevan dengan kehidupan anak (reallite).

Oleh karena itu, media pembelajaran yang memanipulatif bahan pembelajaran; yang menjadikan si anak bergairah dalam belajar merupakan tuntutan yang harus bisa dibuat oleh guru . Menghadapi tuntutan tersebut, berbagai pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan berbagai media pembelajaran amat diperlukan.

4.Jenis Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran diklasifikasikan menjadi 4, yakni media pembelajaran visual, audio, audio visual dan media pembelajaran asli dari siswa.

a. Media Pembelajaran Visual

Media pembelajaran visual merupakan media pembelajaran yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Jenis media pembelajaran ini terdiri dari :

1. Media pembelajaran gambar dan grafis

Media pembelajaran ini ialah hasil potret dari berbagai peristiwa atau kejadian, objek, yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata­-kata, simbol-simbol maupun gambaran.

Yang termasuk dalam kelompok media pembelajaran ini diantaranya grafik, chart atau bagan, peta, diagram, poster, karikatur, komik, gambar mati dan foto.

2. Media pembelajaran papan

Media pembelajaran papan ialah media pembelajaran dengan papan sebagai bahan baku utamanya yang dapat dirancang secara memanjang maupun secara melebar. Alat-alat lain yang digunakan dalam media pembelajaran papan ini ialah berupa kain flanel, kapur tulis, guntingan kertas untuk ditempel, brosur dan sebagainya.

Yang termasuk dalam kelompok ini, diantaranya papan tulis, papan flanel, papan tempel dan papan pameran.

3. Media pembelajaran dengan proyeksi

Media pembelajaran ini ialah penggunaan media pembelajaran dengan menggunakan proyektor sehingga gambar tampak pada layar. Yang termasuk dalam kelompok media pembelajaran ini diantaranya slide, film strBahasa Jawa, opague projector, transparansi, micro film dan sebagainya.

b. Media Pembelajaran Audio

media pembelajaran audio merupakan jenis media pembelajaran yang didengar. media pembelajaran ini memiliki karakteristik pemanipulasian pesan hanya dilakukan melalui bunyi atau suara-suara. media pembelajaran ini sangat cocok untuk kepentingan pembelajaran bahasa. Namun demikian untuk tujuan yang berkaitan dengan penguasaan informasi faktual, prosedur dan sikap, media pembelajaran ini masih memungkinkan untuk digunakan.

Yang termasuk dalam jenis media pembelajaran ini diantaranya cassete tape recorder, radio dan sebagainya.

c. Media Pembelajaran Audio VIisual

Media pembelajaran ini ialah media pembelajaran yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga dapat didengar. Jenis media pembelajaran ini diantaranya televisi dan video cassette.

d. Media Pembelajaran Asli

Media pembelajaran ini merupakan benda yang sebenarnya, media pembelajaran yang membantu pengalaman nyata peserta didik.

Yang termasuk dalam media pembelajaran ini diantaranya :

1. Specimen, merupakan bagian atau pecahan dari benda yang sebenarnya. Seperti specimen mahluk hidup dalam akuarium, kebun binatang dan sebagainya.

2. Mocks-up, ialah model tiruan suatu benda yang menonjolkan bagian-bagian tertentu dari suatu benda asli dan menghilangkan bagian lain dengan maksud untuk menghilangkan perhatian siswa terhadap bagian-bagian yang tidak dipentingkan dan lebih memusatkan perhatian pada bagian yang dimaksudkan.

3. Diorama, ialah model pemandangan yang dibuat seperti keadaan asli, contohnya pemandangan suasana perang dengan tentara dan senjata.

4. Laboratorium di luar sekolah, contohnya pasar, sungai, laut dan sebagainya yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran.

5. Museum, ialah tempat menyimpan dan memelihara benda­-benda bersejarah dan purbakala.

6. Community study ialah program yang dirancang agar peserta didik dapat mengetahui keadaan sosial masyarakat yang sebenarnya. Kegiatan ini dapat berupa widyawisata.

7. Walking trBahasa Jawa ialah memberikan pengalaman pembelajaran kepada peserta didik melalui demonstrasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan pekerja-pekerja di lingkungan masyarakat, contohnya polisi, pak pos dan sebagainya.

8. Field study, ialah studi lapangan bagi siswa untuk memahami suatu informasi tentang sesuatu. Contohnya untuk memahami suatu informasi pertanian maka siswa dibawa ke lahan atau sawah.

9. Model nara sumber, yakni proses proses pembelajaran dengan mengggunakan manusia sebagai nara sumber. Contohnya untuk menjelaskan dan memelihara kesehatan gigi, sekolah mendatangkan dokter gigi.

10. Special learning trBahasa Jawa ialah penggunaan media pembelajaran di lingkungan sekitar sekolah, seperti perkemahan di perkebunan untuk memahami masalah-masalah perkebunan.

Model, yang merupakan media pembelajaran tiga dimensi yang mewakili benda sebenarnya.


C. Model Pembelajaran Kontekstual.

E. Mulyasa (2005:102) dalam Buku Menjadi Guru Profesional menjelaskan bahwa: Model pendekatan pembelajaran Kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning atau sering disingkat CTL adalah model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) 2004.

CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu menerapkan dan menghubungan peristiwa belajar dengan kehiduan sehari hari . Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari hari , siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap materi yang dipelajarinya.

Nurhadi (2002:4 dalam E.Mulyasa :2005:103) mengemukakan pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “ Siswa

aktif bekerja dan berkarya,guru mengarahkan”.

b. Pembelajaran harus berpusat pada “ bagaimana cara “ siswa

menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih

dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c. Umpan balik sangat penting bagi siswa, yang berasal dari proses

penilaian yang benar.

d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu

penting.

Dari uraian diatas dapatlah diketahui bahwa pembelajaran kontekstual diperlukan dalam rangka menumbuhkan proses belajar yang menyenangkan bagi siswa, menarik untuk beraktifitas dan berkreasi, bekerja dalam kelompok dan sebagainya sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

D.Media Majalah Berbahasa Jawa

Media pendidikan adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran (2001 ; 76). Media pembelajaran dibedakan atas media fisual, audio dan audiovisual. Media fisual adalah media yang dapat dilihat atau dipandang seperti gambar, ,gambar pada majalah, foto, poster dan sejenisnya. Media audio adalah media pembelajaran yang dapat didengarkan seperti radio dan tape recorder.Sedangkan media audio visual adalah media pembelajaran yang dapat berwujud dapat dilihat dan daat didengar, seperti TV, VCD,Video, LCD dan Komputer yang difungsikan secara audiovisual. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah Majalah Berbahasa Jawa sebagai media fisual. Dengan menggunakan Majalah Berbahasa Jawa sebagai media fisualisasi pembelajaran maka siswa dapat berlatih menggunkan bahasa Jawa sebagai bacaan yang akan memperlancar pengunaan bahasa jawa . Tujuan penggunaan media Majalah Berbahasa Jawa dalam pembelajaran kontekstual antara lain :

1. Menjelaskan fakta, konsep, realitas, kegiatan dan tindakan pembelajaran yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

2. Mendekatkan pemahaman siswa terhadap materi pembejaran yang dihadapi.

3. Meningkatkan gairah dan minat belajar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Media Pembelajaran adalah :

1. Sesuaikan dengan tema, waktu belajar dan tingkat usia siswa.

2. Rumuskan tema pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan oleh siswa.

3. Berhentilah sesaat demi sesaat untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi (Supriyanto, 2001).

Dengan penjelasan tersebut berarti bahwa Majalah Berbahasa Jawadaat digunakan sebagai media pembelajaran. Mengingat harganya yang murah, dapat menggunakan Majalah Berbahasa Jawa bekas dan mudah didapat, maka media ini dapat diterakan dengan mudah oleh siswa.

Petunjuk pembuatan Majalah Berbahasa Jawa :

  1. Alat dan Bahan :

1. Majalah berbahasa jawa , dapat dipakai majalah bekas.

2. Kertas HVS untuk menempel gambar yang sudah digunting.

3. Gunting atau kater pemotong

4. Penggaris untuk memotong ketas agar lurus.

5. Lem kertas

6. Alat tulis

  1. Cara Kerja:

1. Ambilah gambar gambar dari majalah yang ada kaitanya dengan tema pembelajaran .

2. Tempelkan pada lembar kertas HVS dan berilah komentar atau keterangan dengan bahasa jawa di bawah gambar.

3. Tempelkan pada karton yang besar dan jelaskan di depan kelas masing masing gambar.

  1. Peran Guru:

1. Mengarahkan kegiatan pembuatan kliping.

2. Memberikan penjelasan cara kerja dan cara presentasi

3. Memberikan penguatan dan kesimpulan akhir

4. Melakukan pengamatan jalanya kegiatan

5. Melakukan tes akhir atau evaluasi hasil kegiatan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Tindakan

Tindakan yang diteliti dalam penelitian Pendidikan Tindakan Kelas ini adalah :

1. Keaktifan siswa belajar di kelas dalam membuat kliping dari majalah berbahasa jawa.

2. Kerjasama dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa yang benar dalam proses belajar.

3. Prestasi belajar bahasa jawa yang diperoleh sebagai hasil tindakan.

B. Setting atau Subjek Penelitian

Lokasi atau setting penelitian ini adalah di SDN Sukorejo 2 Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi, Kelas IV ( enam ) a dengan jumlah siswa 20 siswa. Mata pelajaran Bahasa Jawa , dengan materi Kerjasama Internasional . Penelitian dilakukan bersama dengan guru Bahasa Jawa yang lain selama tiga pertemuan pembelajaran.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunkan metode observasi dan metode evaluasi. Melalui catatan observasi dan hasil evaluasi penelitian dilakukan hingga 3 siklus bersama mitra kolaborasi guru kelas yang lain.

Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan kooperatif siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa.

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan salah satu aspek dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan penelitian.

Dengan metodologi tersebut maka diharapkan hasil penelitian dapat disempurnakan dari siklus pertama kepada siklus berikutnya. Akhirnya pada siklus terakhir, hasil penelitian dapat mencapai tujuan yang diharapkan

D. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi pembelajaran dianalisis bersama-sama dengan mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan prestasi belajar siswa atau hasil evaluasi, dianalisis berdasarkan ketutasan belajar siswa.

0 komentar:

Post a Comment

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
 
Copyright © 2015. Literatur Karya Ilmiah . N-A Shop.com
popok cuci ulang | popok cuci ulang | menstrualpad | Biohikmah | clodi banyuwangi| menspad | celana plastik | cloth diapers
Distributor Clodi 2015 Clodi murahCelana Lampin